Part 10

66.5K 2.1K 180
                                    

Happy Reading!

Hanum membuka matanya lalu melirik kesamping dan tidak ada Siv di sana. Ia sudah beniat untuk pergi jadi ia harus melakukannya. Apalagi setelah melihat apa yang Siv lakukan padanya. Sungguh itu benar-benar keterlaluan. Bagaimana jika bayinya kenapa-napa. Apa Siv tidak memikirkan itu.

Hanum perlahan turun dari tempat tidur kemudian membuka lemari pakaian miliknya. Akan sulit jika ia pergi membawa koper karena itu, Hanum memutuskan hanya akan membawa dompet dan uang tunai.

"Siv." Gumam Hanum begitu mendegar suara langkah orang yang mendekat. Hanum dengan cepat menyembunyikan tasnya di dalam lemari.

Ceklek

Hanum menoleh lalu memasang wajah marah. Siv melangkah mendekati Hanum kemudian menarik lengan wanita itu agar berbaring di atas tempat tidur.

"Siv_ apa yang kau lakukan?" Tanya Hanum takut saat melihat Siv mengeluarkan sebuah suntikan.

"Sttt..Diamlah! Ini tidak akan sakit." Bental Siv membuat Hanum diam.

Siv menaikkan baju yang dipakai Hanum hingga perut buncit istrinya itu terlihat.

"Shhhh" Ringis Hanum saat jarum kecil itu menusuk permukaan perutnya.

Siv tersenyum puas lalu menarik jarum kecil itu keluar dari kulit istrinya.

"Istirahatlah! Aku akan pulang nanti malam dan kita akan bersenang-senang." Ucap Siv lalu.

Cupp

Hanum segera mengusap bibirnya yang baru saja dicium oleh Siv.

"Hahaha." Tawa Siv terdengar kemudian berjalan meninggalkan Hanum.

Hanum melirik ke arah pintu yang kembali tertutup. Jika Siv tidak ada di rumah maka ia punya kesempatan untuk pergi.

Hanum mengusap perutnya yang terasa kebas lalu mulai bergerak perlahan.

"Shh" Ringis Hanum setelah kakinya menapak ke lantai. Entah apa yamg pria itu suntikan tapi nyatanya perutnya terasa sedikit nyeri.

Hanum berjalan tertatih menuju lemari untuk mengambil tas miliknya. Entah bagaimana nasibnya nanti tapi yang jelas Hanum tidak akan mau menjadi budak sex pria gila seperti Siv. Terlebih saat ini ada nyawa baru yang harus ia jaga.

Dengan tekad kuat, Hanum berjalan keluar dari kamar. Selama beberapa minggu terakhir ia sudah mengawasi semua pelayan, dan setahu Hanum di jam sekarang semua pelayan pasti sedang sibuk dengan urusan mereka masing-masing.

Hanum berjalan pelan menuju pintu yang terhubung dengan kolam renang yang bergabung dengan taman. Kalau tidak salah ingat, ada sebuah pintu diujung taman yang terhubung dengan jalan raya.

Hanum semakin mempercepat langkahnya begitu ia berhasil melewati area kolam renang. Ia akan aman jika berhasil melewati taman tanpa terlihat oleh siapapun.

"Hahh hahh " Hanum berusaha mengatur napasnya begitu ia tiba di pintu yang akan membawanya keluar dari tempat terkutuk ini.

"Nyonyaaaaaa"

Hanum melotot lalu menoleh kebelakang. Jantung Hanum spontan berpacu lebih cepat saat ia melihat seorang pelayan berlari ke arahnya. Jika ia tidak pergi sekarang maka tidak akan pernah ada kesempatan untuk pergi lagi.

Hanum Pregnancy (Season 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang