Happy Reading!
Dua bulan berlalu begitu cepat bagi Hanum. Apalagi hubungannya dan Siv juga semakin baik. Pria itu tidak pernah lagi bersikap kasar bahkan selalu menunjukkan perhatiannya. Siv juga tidak melarang dirinya menelpon orang tuanya. Intinya Hanum merasa sangat bahagia dengan semua yang ia rasakan saat ini.
"Ada apa?." Tanya Siv saat Hanum tiba-tiba berhenti makan.
"Tidak, aku_" Hanum menutup mulutnya lalu berlari menuju wastafel.
"Huekk..huekkk"
Mendengar suara muntah, Siv bergegas berlari menyusul istrinya.
"huekk hueek"
Siv dengan telaten mengusap punggung istrinya."Kita ke rumah sakit?" Tawar Siv membuat Hanum menggeleng.
"Tidak perlu, ini_ hueek"
Siv berdecak lalu segera menggendong tubuh Hanum setelah berhenti muntah.
"Siv kita mau kemana?." Tanya Hanum saat Siv menggendongnya memasuki mobil.
"Rumah sakit." Ucap Siv singkat lalu meminta sopir menjalankan mobilnya.
Sepanjang jalan, Hanum hanya bisa memeluk tubuh Siv untuk meredam rasa mual pada perutnya. Sedang Siv hanya mengelus kepala istrinya lembut.
Tiba di rumah sakit, Hanum langsung diperiksa oleh Alan.
"Bagaimana?" Tanya Siv tak sabaran. Jujur saja ia berharap jika mualnya Hanum karena ia sedang mengandung.
Alan menatap Siv lalu mengangguk membuat senyum diwajah Siv mengembang.
"Jaga istrimu setelah ini. Jangan biarkan dia kelelahan atau_"
"Aku tahu." Potong Siv lalu mendorong Alan menjauh.
"ck! Dasar." Decak Alan lalu melangkah meninggalkan pasangan yang sedang berbahagia itu.
Siv mendekati Hanum lalu menunduk.
Cupp
"Terima kasih." Bisik Siv tulus membuat Hanum tersenyum manis.
"Aku berharap anak kita akan setampan dirimu Siv." Ucap Hanum sembari mengelus perutnya.
Siv tersenyum lalu ikut mengelus perut istrinya. "Aku justru berharap dia akan secantik dirimu." Ucap Siv membuat Hanum tertawa.
"Dia anak mirip kita berdua." Ucap Hanum akhirnya.
Sepulangnya dari rumah sakit. Siv langsung meminta Hanum untuk istirahat di kamar."Jika perlu sesuatu panggil saja pelayan." Ucap Siv lalu menunduk mencium kening dan perut Hanum.
"Untuk malam ini tidak perlu menyambutku karena kalian harus istirahat." Ucap Siv membuat Hanum tertawa.
"Kami tidak akan lelah hanya karena menyambutmu Siv. Aku ak_"
"Dengarkan perkataan suami ini atau aku akan marah." Ucap Siv lalu melangkah keluar dari kamar.
Hanum menggeleng lalu menghela napas. Sepertinya Siv sangat menyayangi anak mereka. Lihat saja, pria itu sudah mulai protective padanya.
Hanum tersenyum lalu mengelus perutnya."Lihatlah nak, ayahmu sangat perhatian pada kita." Ucap Hanum lalu memejamkan matanya.
Malam harinya, Siv masuk ke dalam kamar saat Hanum sudah terlelap. Siv melonggarkan dasinya lalu melangkah mendekati Hanum. Siv mengecup kening istrinya lalu beralih memandang tempat dimana anaknya sedang tumbuh.
"Lahirlah dengan sehat nak. Ayah menunggumu agar kita bisa bermain bersama." Ucap Siv sambil mengelus perut Hanum.
Puas bicara dengan calon anaknya. Siv bergegas memasuki kamar mandi. Setelah membersihkan diri, Siv keluar kemudian memakai piama tidurnya lalu ikut bergabung dengan istrinya di atas tempat tidur. Siv memeluk tubuh Hanum kemudian memejamkan matanya.
Pagi harinya, Siv terbangun saat mendengar suara seseorang yang sedang muntah.
"Hanum." Gumam Siv lalu bergegas turun dari tempat tidur menuju kamar mandi.
Siv langsung menopang tubuh istrinya yang nampak lemas."Sudah?" Tanya Siv yang diangguki oleh Hanum. Siv segera mengendong tubuh Hanum ke tempat tidur.
"Apa aku membangunkanmu?." Tanya Hanum lemah.
Siv menggeleng."Tidak. Sekarang apa kau membutuhkan sesuatu?." Tanya Siv perhatian.
Hanum mengangguk."Aku mau makan bubur ayam." Ucap Hanum membuat Siv mengangguk kemudian bergegas menelpon pelayannya.
"Ada lagi?." Tanya Siv setelah menelpon.
Hanum menggeleng lalu melebarkan kedua lengannya."Peluk!." pinta Hanum manja membuat Siv dengan senang hati mengabulkan permintaan istrinya.
Tok tok
"Masuk!" Titah Siv lalu nampaklah pelayan yang membawa pesanan Hanum.
"Ini tuan."
Siv mengangguk lalu mengisyaratkan pelayan tadi untuk pergi.
"Mau makan sekarang?." Tanya Siv setelah hanya tinggal mereka berdua di kamar.
Hanum mengangguk."Tapi suap ya?." Pinta Hanum.
Siv mengangguk lalu mengangkat tubuh Hanum agar duduk dipangkuannya.
"Aaa" Ucap Siv meminta Hanum membuka mulutnya.
Hanum tertawa lalu memakan suapan Siv.
"Ini enak." Ucap Hanum membuat Siv senang karena istrinya bisa makan tanpa merasa mual.
"Kalau begitu, habiskan semuanya." Ucap Siv membuat Hanum mengangguk.
Saat ini, Hanum sedang duduk di atas tempat tidur memperhatikan Siv yang sedang bersiap pergi ke kantor.
"Siv" Panggil Hanum.
"Hm?"
"Aku mau ikut denganmu, boleh?." tanya Hanum membuat Siv berbalik lalu berlutut dihadapan istrinya.
"Kau harus banyak istirahat sayang, lagipula aku akan sangat sibuk dengan pekerjaanku." ucap Siv lembut.
Hanum menggeleng."Aku janji akan duduk diam di ruanganmu. Aku tidak akan merepotkanmu." ucap Hanum memelas membuat Siv menggeleng.
"Tidak bisa. Aku akan sangat sibuk dan tidak ada waktu untuk menjagamu," ucap Siv datar lalu berdiri."Kau hanya harus istirahat dan menjaga anak kita." lanjut Siv membuat Hanum tersenyum lalu berdiri memeluk tubuh suaminya.
"Ayolah Siv. Aku benar-benar bosan jika hanya diam di rumah saja." Pinta Hanum tak menyerah membuat Siv melepas pelukan istrinya sedikit kasar.
"Aku bilang tidak ya tidak. Apa kau tuli?." Bentak Siv membuat Hanum melotot kaget.
"Siv" Panggil Hanum takut.
"Istirahat saja di rumah dan tunggu aku pulang." Ucap Siv dingin lalu berjalan keluar kamar.
Brakk
Hanum menatap pintu kamar yang baru saja dibanting oleh suaminya. Memangnya apa yang salah jika ia ingin ikut ke kantor. Hanum kan penasaran bagaimana Siv saat bekerja.
-Bersambung-
KAMU SEDANG MEMBACA
Hanum Pregnancy (Season 2)
RomanceMature content ( 21+ ) Tidak ada yang berubah. Karena, baik di dunia ular ataupun di dunia manusia, tugas Hanum hanya dua. Yaitu, melayani nafsu besar Siv dan melahirkan keturunan pria itu sebanyak yang ia inginkan.