1 Detik Yang Meruntuhkan 7 Tahun

12 2 0
                                    

"Selamat pagi juga ayu, senang bisa ketemu kamu lagi"

Deg...
Kenapa begini? Mengapa atasan ku harus pria ini? Kenapa aku harus kembali melihat laki-laki ini?

Apakah takdir sedang mempermainkan kembali perasaan ku? Ternyata aku belum sepenuhnya melupakan perasaan cinta ku kepada pria ini.
Disudut hati terkecil ku, rasa kagum akan ketampanannya ternyata masih ada, walaupun rasa takut, rasa amarah, rasa sakit entah karena apa masih dominan di hati ku.

Aku sadari 7 tahun yang lalu laki-laki ini tidak membuat kesalahan. Tidak menjawab perasaan ku itu hak nya bukan? membalas perasaan ku juga bukan kewajibannya bukan?

Bahkan setelah adegan ungkapan cinta yang tiba-tiba lalu kabur karena rasa malu , pria ini tetap kembali ramah kepada ku seakan-akan ungkapan cinta ku tidak pernah terjadi

Dia tetap kembali menyapa ku, tersenyum dan bahkan dengan sangat jelas di ingatan ku, gabriel mengomentari foto postingan ku di instagram memuji hasil potrettan ku yaitu foto jalanan yang tergenang air hujan

Aku menyadari disini aku yang salah. Aku mati-matian menjauh dari gabriel, bahkan aku memblokir seluruh sosial media nya.

7 tahun ku habiskan untuk kembali membangun rasa percaya diri ku. Kata-kata gosip tentang diri ku selama masa SMA sangat sulit untuk ku hilangkan. Mereka semua tidak salah, wajar jika mereka memberikan komentar seperti itu tentang hidupku
Memang disini aku yang salah, karena seenaknya mengartikan keramahan gabriel pada waktu itu.

Tapi jika sewaktu MOS di SMP dulu, laki-laki ini tidak menyebarkan virus baper itu kepada ku, pasti nya aku tidak akan sefanatik ini kepada dia kan?
Ya, laki-laki ini yang salah bukan aku. Dia tampan dan ramah sehingga membuat ku salah paham

"Wah.. bapak kenal sama risa?" Pertanyaan dari wanita berjilbab hitam itu mengintrupsi luka-luka lama yang kembali basah di hatiku

"Please deh saya tidak setua itu, bahkan sama ayu cuma beda 1 tahun" ujar pria itu secara ramah

Lihat bukan? Keramahannya ternyata belum luntur

"Wah beneran pak? Eh.. gabriel maaf maaf ga enak aja manggil atasan dengan sebutan nama" wanita itu kembali menimpali

"Emang ya Jakarta sempit" sambung mbak melia

"Hehehe ayu ini adik kelas saya sewaktu SMP dan SMA"

Tolong jangan ingatkan itu. Kata-kata nya barusan membuat ku kembali membenci diriku. Karena rasa cinta ku kepada gabriel, aku sampai mengincar SMA yang sama dengan gabriel supaya bisa kembali satu sekolah. Bahkan aku pernah galau selama kelas 9 karena gabriel sudah SMA, parah bukan penyakit ini?

"Eh risa kenapa diam aja? Kaget yaa atau terpesona sama pak gabriel?" Tanya wanita yang menurut ku usia nya sudah jauh lebih tua di atas ku

Aku harus bagaimana ini, bahkan untuk tersenyum saja aku sulit

"Wah kaya nya mbak risa kaget banget ya? Sampai bingung gitu.." kata melia yang menanggapi pertanyaan dari ibu-ibu tadi

"Ayu memang pemalu dari dulu guys maklumin yaa. Yasudah kalian jangan nakalin ayu ya, dibimbing dan bantu ayu untuk menghafal letak-letak obat di ruang rawat jalan dan rawat inap. Ayu semoga kamu bisa bekerja sama dengan baik dengan team farmasi di rumah sakit ini ya"

"Iya pak.." bahkan aku bingung harus menjawab apa. Bukankah seharusnya aku mengucapkan terimakasih? Ahh entahlah pertemuan ini sungguh benar-benar merusak pertahanan diri ku

"Ya sudah saya tinggal ya semuanya.." pamit gabriel kepada kami semua.

Setelah pertemuan pagi ini aku mengalami pergumulan yang rumit kembali. Apakah aku harus re-sign dari rumah sakit ini? Tapi aku butuh pekerjaan untuk menabung melanjutkan pendidikan ku mengambil profesi serta melanjutkan hidup dijakarta, bayar kost dan makan memerlukan uang bukan?

Jauh dari orangtua dengan posisi sudah lulus kuliah serta beban masa depan dengan memikul nama baik orangtua sungguh berat bukan? Masa aku harus kembali kuliah dengan uang orangtua ku, sedangkan tahun ini adik terakhir ku juga akan masuk perguruan tinggi dan membutuhkan biaya yang banyak.

Sebagai anak pertama beban terberat ku ini di saat-saat setelah aku telah menjadi sarjana. Aku harus tetap bertahan karena banyak orang di luar sana yang ingin memiliki pekerjaan bukan? Namun bagaimana dengan rasa trauma ini? Mengapa sangat sulit berdamai dengan masa lalu?




Terimakasih yang sudah membaca, jangan lupa bantu vote ya ❤

DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang