Ada Apa Dengan Risa?

5 2 0
                                    

Semenjak kejadian kemarin sore di ruangan gabriel, sisa hari ku tidak terlalui dengan baik.

Tidur ku pun kurang baik akibat fikiran-fikiran yang bersarang dikepala ku tak kunjung juga dapat di tenangkan

Rasa takut akibat pertanyaan gabriel kemarin dan kejadian dimana aku menangis lalu gabriel membantu ku membuang ingus dan juga jangan lupakan sentuhan tangannya di pipiku bahkan masih dapat terasa jelas, sehingga membuat ku menjadi pusing akibat merasakan hal takut dan baper secara bersamaan :)

Senyuman teduhnya dan kata-kata nya yang mengatakan bahwa aku lucu sejak dahulu juga berkecambuk di dalam otak ku.

Aku sudah tidak ingin menyalah artikan keramahan gabriel kepada ku. Aku harus belajar dari kejadian di masa lalu ku. Jika memang gabriel juga memiliki perasaan yang sama, pasti sewaktu pengakuan cinta ku pada saat SMA dulu akan ia balas.

Tapi ini apa? Ia diam tanpa memberikan jawaban dan dengan tidak tahu malu nya kembali baik dan ramah di esok hari nya? Aku yakin gabriel pasti mendengar banyak gosip yang tidak sedap tentang diri ku semenjak kejadian pengakuan cinta ku pada nya  namun ia juga tetap diam dan malahan membuat ku merasa senang dan benci ketika ia berkomentar di beberapa postingan instagram ku.

Awalnya aku memang tidak langsung memblokir gabriel, tapi karena tingkah laku diam dan ramah nya membuat ku marah akibat perasaan cinta ini kepada nya.

Aku ingin move on dari perasaan ini, dengan cara memblokirnya cukup membuat ketenangan di hidupku karena akses untuk virus bucin memuaskan nafsu nya dengan cara stalking gabriel di instagram sudah tidak bisa di lakukan. Keputusan ku untuk memblokirnya di instagram juga berimbas pada whatsapp.

Ketika aku melihat statusnya muncul di whatsapp, hari itu juga aku memblokir nomer nya lalu menghapus kontaknya.

Sudah sejauh itu aku berjuang sedari kelas 11 SMA sampai sekarang untuk melupakan perasaan ini, namun ternyata sia-sia hanya karena 1 detik memandang senyumnya

Sungguh hari ini aku sama sekali tidak siap untuk masuk kerja. Namun tidak mungkin pegawai baru seperti ku langsung izin bekerja di hari ke dua nya bukan?

Risa semangat!! Kamu tidak perlu kemana-mana nanti di rumah sakit. Jam istirahat pun kamu harus tetap berada di ruang racik dan jangan pergi ke  cafetaria supaya dapat menghindari kemungkinan bertemu dengan gabriel
Yah betul ini adalah keputusan terbaik.

Ku cek kembali peralatan yang harus aku bawa ke rumah sakit. Bahkan untuk makan siang aku membawa bekal dari rumah.

Entah sampai kapan hidup ku akan berjalan begini.

---------------------------------------

Setelah sampai di rumah sakit, rasa deg-deg gan ku semakin menjadi. Takut berpapasan dengan gabriel menjadi alasan utama ku.

Langkah kaki ku pun aku percepat kalau bisa lari mau nya lari namun ini masih pagi dan aku takut terlihat aneh didepan satpam dan di depan para pengunjung yang ada di lobi Rumah Sakit ini

"Pagi pak.." sapa ku kepada satpam yang sedang berjaga di depan pintu lobi Rumah Sakit

"Pagi mbak" balas satpam itu menanggapi sapaan ku

Bagus, pagi ini tidak bertemu gabriel. Huft lega nya.

Shift pagi ini resep yang masuk lebih banyak dari hari kemarin. Membuat aku sibuk sehingga dapat melupakan ketakutan ku yang alay itu

"Ris bisa minta tolong?" Suara ibu fatma senior ku

"Iya bu boleh"

"Tau ruang anak kan ris?"

"Iya tau bu, ada apa?"

"Ini resepnya kurang jelas, perawat ruangan nya di telfonin ga di angkat. Boleh minta tolong konfirmasiin resep ini ke dokternya?"

"Bisa bu"

"Terimakasih ya risa, maaf ngerepotin ya risa"

"Iya ibu tidak merepotkan sama sekali. Ini resep nya ya bu? Pasien atas nama angga 9 tahun"

"Iya betul ris"
---------------------------------------
Di depan ruang anak aku ketuk pintu nya namun tidak juga ada jawaban dari dalam

"Permisi dari ruang farmasi ingin mengkonfirmasikan resep"
Tok..tok..tok..
5 menit menunggu akhirnya pintu ruang anak terbuka dan aku melihat dokter sedang menangani pasien

"Iya mbak ada apa?" Tanya perawat yang membukakan pintu tadi

"Ini mau konfirmasi resep. Ada obat yang tidak jelas penulisannya"

"Oh iya sebentar ya dokter revannya sedang ada pasien"

"Iya mbak"
Setelah sesi pemeriksaan dengan pasien tersebut selesai aku langsung menanyakan resep ini kepada dokter anak yang sekarang ada di depan ku.

Kalau di lihat-lihat mengapa dokter ini masih sangat muda? Maksudnya untuk gelar spesialis wajahnya ini terlihat lebih ke dokter yang baru saja lulus dan lebih cocok menjadi dokter yang sedang magang?

Wah luar biasa sekali ternyata bukan hanya gabriel yang pintar tetapi dokter di depan ku ini pun pasti nya sangat pintar

"Sebentar kaya nya orang baru ya?" Setelah konfirmasi resep ini selesai dokter tersebut membuka obrolan diluar topik resep

"Iya dok, baru banget kemarin" balas ku dengan senyuman

"Wah pantes aja baru liat, nama nya siapa?"

"Saya clarrisa ayu dok, salam kenal"
"Ah iyaa salam kenal juga"
"Dokter saya permisi dan terimakasih maaf menggangu"
Pamit ku setelah merasa obrolan tadi sudah cukup

Keluar dari ruang anak tersebut dan kembali menuju ruang farmasi namun sepertinya keberuntungan ku cukup sampai disini

Di depan ku gabriel sedang menatap ke arah ku, seperti nya ia ingin lewat ke arah ku

"Ayu..." belum sempat gabriel berkata ternyata suara dari belakang ku membuat ku membalikan badan untuk melihat siapa dan ada apa?

"Risa ini pulpen kamu bukan?" Ternyata dokter revan yang mengintrupsi rasa tegang tadi

"Ah iya betul dok ini punya saya. Padahal tidak apa-apa dok jika ketinggalan" sambil mengambil pulpen yang sejak tadi di arahkan kepada ku

"Terimakasih ya dok, maaf merepotkan"

"Iyaa santai ajaa. Oh iya ris nanti makan siang.."

"Ayu bisa tolong saya?" Tiba-tiba suara gabriel menyanggah obrolan ku dengan dokter revan

Aduh bagaimana ini?? Kenapa sekarang posisi ku berada di tengah-tengah? Di depan ku dokter revan dan dibelakang ku gabriel
Huaa aku belum siap untuk bertemu dan berbicara dengan gabriel :(

"Hai gabriel, ada anak baru ternyata di farmasi"

"Halo revan, iya" balas gabriel secara singkat

Astaga manusia ini sungguh anjim banget sombongnya

"Ayu kamu sudah tidak ada urusan kan dengan dokter revan?"

"Bentar nama dia bukan ayu gab, dia clarrisa..."

"Ayu nama panggilan spesial gue ke dia"
Astaga dragon ball apan-apan mulut nya gabriel ini asal saja jika berkata

"Wahh.. gila kalian berdua?" Apan-apam alis dokter revan, naik turun seakan sedang merundung ku dengan opini yang ada di kepala nya

"Bukan dok bukan..." sanggah ku cepat. Jangan sampai dokter revan membuat gosip antara hubungan ku dengan gabriel

"Saya dengan pak gabriel teman sejak SMP dan SMA. Pak Gabriel, dokter Revan saya permisi duluan resepnya sudah ditunggu"

Astaga-astaga aku harus segera pergi dari sini jangan sampai masa-masa kelam sewaktu SMA terulang di tempat kerja.

DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang