18

699 72 0
                                    

"se-sehun" jongin berucap lirih, keringat sudah mengalir perlahan di dahinya.

Sehun melenguh pelan dan membuka sedikit matanya. Sehun sedikit mengintip jam di atas nakas di samping tempat tidurnya. Pukul dua dini hari.

Sehun mendengar deru nafas jongin yang tercekat, Sehun menajamkan pendengarannya untuk memastikan dan menoleh kearah jongin.

Sehun memegang kening jongin dan langsung tersadar sepenuhnya. Sehun bergegas menyalakan lampu untuk melihat kondisi jongin.

"Jongin" Sehun panik. "Kau?"

"Sehun, mungkin bayinya akan lahir."

Sehun seperti orang bodoh dan hanya diam memperhatikan jongin. Otaknya masih belum bisa memproses semua kejadian ini.

Setelah mendengar jongin yang kembali merintih, Sehun bergegas mengambil ponsel. Mencari kontak ibunya, dan menghubunginya. Beberapa kali nada panggilan dan akhirnya panggilan tersambung.

"Halo Sehun,ada apa?"

"Ibu, jongin menangis. Kata jongin bayinya akan lahir."

"Ya!, Bawa kerumah sakit bodoh!, Cepat."

Sehun bergegas mematikan ponsel tak ingin mendengar Omelan ibunya yang masih terdengar.

Sehun merutuki dirinya yang mendadak bodoh di saat penting seperti ini.

Sehun bergegas mengambil perlengkapan dan menggendong jongin menuju mobilnya. Sehun juga sudah menghubungi dokter kandungan jongin dan mereka mengatakan sudah berada di rumah sakit.

Sepanjang perjalanan Sehun terus menggenggam tangan jongin. Sementara jongin berusaha menahan rintihan dan tangisnya.

"Menangis saja jongin,tak apa"

Setelah mendengar itu, jadilah jongin yang menagis sambil menyenderkan kepalanya di bahu Sehun. Sehun ingin memeluk jongin tapi Sehun berusaha fokus pada jalanan.

"Sehun" panggil jongin lirih.

"Iya"

"Sudah tidak sakit lagi"

Sehun mendengar perkataan jongin, beruntung di depan ada tempat untuk mobil berhenti.

"Bagaimana?"

"Sudah tidak sakit lagi" jongin masih menangis pelan. "Mungkin hanya kontraksi palsu. Sehun maafkan aku"

"Ssstttt" Sehun mengelus pelan kepala jongin. Mencium pucuk kepala jongin karna jongin menenggelamkan kepalanya pada bahu Sehun.

"Tidak apa jongin." Sehun masih terus mengecupi dan mengusap punggung jongin memberi ketenangan.

"Maafkan aku"

Sehun merasa hatinya sungguh sakit. Mereka memang menjalankan hari dengan lebih baik. Tapi terkadang jongin suka merasa takut pada Sehun. Mungkin efek trauma masih ada di diri jongin. Sehun hanya akan terus merasa bersalah saat jongin kembali berkali-kali meminta maaf.

"Sudah, tak apa jongin. Kita periksa ke rumah sakit saja ya. Untuk jaga-jaga"

Sekali lagi Sehun mengecup kepala jongin dan membiarkan jongin bersandar di bahunya. Sehun kembali melajukan mobilnya.

Lima belas menit mobil mereka sudah tiba di rumah sakit dan di sambut oleh perawat juga dokter kandungan yang selama ini mengontrol kesehatan kandungan jongin.

"Sanggup berjalan atau ingin naik kursi roda?" Tanya dokter Lee, dokter kandungan jongin.

"Berjalan saja."

it's my mistake? [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang