Sehun menggila setelah acara pemakaman jongin dilakukan. Menghancurkan semua yang bisa Sehun gapai di kamarnya. menangis meraung-raung setelah acara pemakaman.
Sehun menarik rambutnya sendiri dengan kuat dan berteriak sangat kencang bahkan sampai terdengar hingga pintu utama rumah besar itu.
Suho, ayah Sehun sudah berulangkali memanggil nama Sehun sambil menggedor pintu kamar Sehun.
Teriakan Sehun dan tangisan taeoh saling bersahutan. Irene bahkan sudah bingung bagaimana cara membuat taeoh tenang begitu juga ayah Sehun yang terus memanggil nama Sehun.
"Sehun bukalah!"
Ayah Sehun terus mamanggil Sehun dari luar sambil berusaha mendobrak pintu kamar Sehun. Sehun tak menjawab panggilan ayahnya dan hanya terus menghancurkan semua barang yang ada di kamarnya.
Setelah belasan kali mencoba mendobrak pintu kamar itu, pada akhirnya ayah Sehun berhasil membukanya.
Pertama yang terlihat adalah Sehun yang benar-benar kacau dan kamarnya yang sudah kehilangan bentuk. Sehun mengambil pecahan kaca dan berencana menggoreskan ya pada lengan sebelum ayah Sehun menahan dan memeluk Sehun dengan erat.
"Kau harusnya berfikir dengan benar." Ayah Sehun sudah kesal dan kasian dengan Sehun sebetulnya.
"Aku ingin bertemu jongin, kenapa jongin pergi lebih dulu?"
"Kau ingik bertemu jongin dan kau tak memikirkan taeoh?"
Ayah Sehun menaikkan nada bicaranya. Sementara Sehun hanya menangis dan seketika melepas pecahan kaca yang ada di genggamannya.
Taeoh, putranya itu sudah tidak memiliki ibu dan sekarang dengan pikiran pendek, Sehun berencana menyusul jongin dan tak memikirkan taeoh.
Sehun meningat janjinya dengan jongin. Jongin mempercayakan taeoh padanya dan Sehun dengan bodohnya ingin menyusul jongin.
Ayah Sehun terus memeluk sehun sambil sesekali menepuk pundak tengap Sehun yang bergetar karna menangis.
Saat Sehun sudah lebih tenang, Sehun mendengar tangisan taeoh yang semakin keras.
"Dia sudah menangis sejak kau menangis tadi Sehun. Temui putramu, sekarang dia hanya punya sosok ayah."
Sehun bangkit dan berjalan keluar kamar untuk menghampiri bayinya yang menangis, Sehun melihat ibunya yang juga sudah sangat lelah untuk membuat taeoh tenang.
Sehun mengambil taeoh dari dalam gendongan ibunya dan menimangnya pelan, Irene memberikan dot susunya kepada Sehun karna dari tadi taeoh menolak untuk menghisap botol tersebut.
"Tenanglah bayiku." Sehun mengecupi kepala bayinya yang berkeringat, menyodorkan botol susu yang awalnya di tolak tapi pada akhirnya dihisap perlahan.
Bayinya sudah tidak menangis histeris seperti tadi saat Sehun mendekapnya. Mungkin bayinya dari awal merasa asing dan gelisah dengan orang lain yang menggendongnya.
Irene mengusap punggung tegap Sehun dengan tatapan memberi semangat.
Dalam sekejap bayi itu tertidur pulas di gendongan Sehun. Sehun kembali meneteskan air mata melihat wajah tenang taeoh. Semakin lama di pandang, wajah taeoh sangat mirip jongin. Mata Sehun kembali berkaca-kaca dan mengecupi wajah taeoh.
"Tidurkan dia bersamamu Sehun, kau juga perlu istirahat."
Irene menatap wajah Sehun, tersenyum teduh dan meyakinkan bahwa Sehun pasti bisa bangkit untuk taeoh.
"Ibu dan ayah juga harus istirahat."
"Ibu dan ayah sementara akan tinggal disini, kau tidak perlu pergi ke perusahaan. Kau hanya perlu lebih dekat dengan putramu Sehun."
KAMU SEDANG MEMBACA
it's my mistake? [✓]
General Fiction✨Sudah tamat✨ saat kau membuka mata hanya untuk menjadi sasaran amarah di kemudian hari. hanya berharap pada angan seperti apa hidup itu sebenarnya. meyakinkan dan mengharapkan sesuatu pada sang angan jauh lebih sakit ternyata. Hunkai! gs for kai...