Eommuk dan Odeng

6 1 73
                                    


Secèpat itu aku Up😆😆😆

___happy reading___

Anthy masuk kedalam kamar setelah melambai pada Yeosin dipintu ruang sebelah. Berjalan pelan menuju ranjang dengan tangan membawa surat, bimbang antra harus membuka amplop putih berisikan pesan itu atau membiarkanya saja.

Anthy mendudukan diri diranjang tak lama sampai dirinya memilih untuk rebahan menatap langit-langit kamar. Apa akan sangat jahat jika tak membuka surat dari Jin? tapi jika mengingat betapa rasa kecewa itu menyakiti hatinya beberapa hari ini, membuatnya benar-benar ingin lepas dari Jin.

"Hah aku harus apa," ucap Anthy mendudukan diri kembali menghembuskan nafas kasar.

Anthy menoleh menatap lemari disudut ruangan. Terfikir kata-kata Lee sebelum pulang tadi. Berfikir sebentar lalu segera berajak menuju tempat untuk menyimpan pakaian itu. menarik pelan daun pintu lemari langsuang dihadapkan dengan banyak jaket juga sweater dan kaos milik Jin.

Anthy berjongkok. Menyibak sedikit sweter digantungan lalu menarik laptop berwarna hitam yang diduga milik Jin itu keluar, segera mendekapnya dan beranjak tak lupa menutup pintu lemari kembali sebelum pergi.

Anthy memilih meja belajar didekat jendela sebagai tempat untuk memainkan laptop Jin. Dengan background pemandagan malam yang semakin larut dari kota membuat suasana hatinya sedikit lebih baik.

Anthy membuka laptop Jin lalu menyalakanya dan menunggu sebentar "Apa kodenya?" beonya pelan bertaya pada diri sendiri saat melihat laman pasword pengunci yang keluar pertama kali.

Anthy meraih surat dari Lee disebelah laptop. Membolak-balikan lagi benda itu berfikir bahwa kodenya ada didalam sana "Apa tanggal lahir Jin?" ucapnya meletakan kembali benda itu memilih untuk menebak saja.

Anthy memasukan tanggal lahir Jin yang diketahui olehnya dari internet kemarin saat iseng mencari-cari berita tentang lelaki itu "Apa jadi," beonya saat tak kunjung menemukan sandinya walau telah mencoba beberapa tanggal lahir orang-orang terdekat Jin.

Anthy mengetuk-ngetukan jarinya dimeja dengan pelan, memikirkan banyak hal yang sekiranya mungkin menjadi kunci laptop lelaki itu. Anthy kembali menatap surat yang masih rapi belum terbuka, jadi yakin kalau jawaban dari kunci ini ada disana.

"Baiklah ayo coba yang ini," ucap Anthy saat teringat sesuatu, mengurngkan niat membuka surat sebab hatinya juga belum siapa. Katakanlah Anthy bersikap berlebihan saat ini, tapi mau bagaimana lagi nyatanya membuka surat dari Jin lebih membutuhkan tenanga dari pada surat pemecatan dari kantor.

"Eommuk dan Odeng," Anthy mencoba sekali lagi, mengetikan nama hewan peliharan kesayangan Jin kekolom kunci. Berdoa dalam hati semoga ini berhasil sebab dirinya tak lagi memiliki bahan untuk dicoba.

"Akhirnya," beo Anthy bernafas lega saat laptop memunculkan tampilan home yang berarti sandi itu benar.

Anthy tertegu melihat latar layar home laptop milik Jin. Foto seorang gadis bergaun putih yang sangat apik diambil dari belakang dengan jarak tidak begitu dekat bertemankan bias-bias matahari tenggelam.

Perasaan apa ini? Batin Anthy menyentuh dadanya merasakan eufhoria aneh dalam hatinya. Bukan perasaan cemburu atau semacamnya yang Anthy rasa, melaikan rasa senang yang tak bisa dijelaskan mengetahui Jin sudah menyukainya sejak lama.

Anthy tidak mungkin salah mengenali gadis dalam foto yang nyatanya itu adalah diri sendiri. Anthy ingat hari itu, hari pertama kali mereka bertemu ditaman padang rumput saat sore setelah dirinya berpiknik dengan Ay.

Anthy mulai menjelajahi isi laptop Jin. Memilih membuka galeri terlebih dahulu sebelum keaplikasi lainya.

"Woaah daebak," beo Anthy terkejut luar biasa melihat banyak foto
dirinya disana.

Annyeong WinterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang