Momen

9 2 104
                                    


Anthy berdiri dengan benar kembali. Menoleh ke belakang menatap pintu kamar Ay "Sebentar," teriaknya menjawab panggilan Jin.

Anthy mendengu baru akan berbalik saat tiba-tiba lampu padam membuatnya berhenti bergerak. Menoleh ke kanan dan kiri benar-benar gelap gulita dan ini adalah salah satu hal yang tidak di sukai Anthy.

"Jinnnn......" teriak Anthy berjongkok menutup wajahnya tak berani menoleh kemana-mana apalagi posisinya dekat dengan jendela yang tirainya tidak ada.

"Anthy-yaa...."

Anthy mendongak, menatap ke arah ruang tamu sadar suara Jin dari sana segera beranjak lalu berlari menuruti naluri ingatan tetang leatak semua barang.

Brukkkk.....

Anthy memejamkan mata, meringis merasakan badanya jatuh tapi menimpa sesuatu, Apa ini? Batinya merasa bibir menyentuh permukaan kulit.

Anthy melotot horor. Apa ini kulit hantu?? batinya mulai berfikir aneh-aneh. Anthy semakin memejamkan mata tak berani membukanya walau sedikit, tanganya mulai meraba ke bagian lantai agar tenang sebab dia masih di bumi dan belum melayang tinggi.

"Anthy-yaa.."

Anthy diam, mengaikan bisikan panggilan di telinganya, berpura-pura pingsan dari pada melihatnya.

"Anthy-ya kau sadar kan?"

Anthy membuka mata, mengernyit bingung mendegar suara familiar di telinganya juga hembusan nafas dekat leher. Memangnya hantu bernafas?.

Anthy menjauhkan wajahnya, menerka-nerka siapa yang ada di bawahnya saat ini "Jin..." ucap Anthy terkejut luar biasa "omo.." Anthy menyentuh mulutnya berucap tanpa suara setelah sadar berarti dirinya mencium pipi Jin tadi.

Anthy menyentuh kedua pipinya yang mulai terasa panas. Beruntung sebab lampu padam membuat itu tidak terlihat oleh Jin.

"Jangan kemana-mana ini gelap," ucap Jin menarik tangan Anthy hingga kembali terbaring di atasnya saat gadis itu akan beranjak pergi.

"Jin aku tidak bisa bernafas," ucap Anthy saat merasakan pelukan Jin terlalu kuat hingga menekan tubuhnya ke lelaki itu.

"Ah maaf," ucap Jin melonggarkan pelukan "Tapi tidak akan kulepas," ucapnya lagi membuat harapan Anthy pupus sudah.

Anthy menghela nafas "Kenapa kita tidak cari lilin?" ucapnya meletakan tangan di atas dada Jin agar bisa digunakan sebagai bantal.

"Aku sudah mencarinya," jawab Jin meletakan sebelah tangan ke belakang leher "tapi tidak menemukanya," lanjutnya memeluk pinggang Anthy dengan tangan lain.

Anthy menghela nafas, berfikir posisi mereka sekarang seperti orang pacaran saja "kenapa kita seperti pasangan kekasih begini?" ucapnya begitu saja.

"Ayo berpacaran"

Anthy mendongak menatap wajah Jin di depanya benar-benar terkejut luar biasa tak menyangka akan mendengar jawaban spontan lelaki itu "Jangan bercada Jin" ucapnya kembali meletakan kepala ke atas tangan.

"Tidak," jawab Jin "Kau mungkin tidak sadar jika kita sudah pernah bertemu 3 tahun lalu,".

Anthy mengernyit bingung. Menatap kosong kegelapan di depan mata. Menerawang jauh kemana-mana berfikir apa maksud perkataan Jin "Maksudmu?" tanya gadis itu pada akhirnya saat tak menemukan potongan memori apapun tetang lelaki yang ada di bawahnya ini.

"Jujur aku sudah menyukaimu sejak 3 tahun lalu sebelum berangakt wajib militer," jawab Jin membuat Anthy mendongak kembali menatap lelaki itu dan bisa di tebak bahwa yang di tunjukan pasti raut terkejut "Aku pertama kali melihat mu saat berkunjung ke apartemen Sori untuk mengambil barang titipan hyungku, dari situ aku sudah mulai tertarik padamu dan berniat meminta nomor ponselmu pada Sori," lanjutnya menatap ke langit-langit "tapi saat aku datang Sori menangis hebat dan bilang kau sudah pergi meninggalkanya".

Annyeong WinterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang