12. Hadiah

350 39 3
                                    


Gue jadi malu sendiri, membayangkan betapa manjanya gue kemaren sampe merengek ikut ke singapur sama Yunis. Padahal gue orangnya jauh dari manja, bahkan kemarin di singapur kalo gak karena Papa. Mungkin gue akan mengintil kemanapun Yunis pergi.

Gak tau kenapa gue juga bingung sendiri, ada apa dengan perubahan memalukan itu. Kini sudah normal, bahkan sekarang Yunis protes karena gue malah kembali lebih cuek dari biasanya.

Di depan pintu utama sekolah Leon, gue berdiri menunggunya pulang. Mengobrol dengan beberapa Ibu disini, dan ada juga seorang ayah tunggal menunggu anaknya pulang. Hingga terdengar suara pekikan nyaring dari Leon membuat gue menoleh dengan riang.

Senyuman gue diganti dengan wajah terkejut, gue masih ingat betul. Tadi pagi gue mendandani Leon dengan tampan dan juga menggemaskan, tapi kenapa sekarang malah berpenampilan seperti ini ?

"Kamu abis ngapain ini, Ya ampun Leon"

Dengan baju yang penuh cat warna, tangan pun sama dan ada beberapa coretan warna merah juga hijau di wajahnya. Leon menunjukan senyum cerahnya, mau tidak kau gue harus memendam kekesalan. Ini anak gue abis dicemplungin ke kolam cat apa gimana ?

"Ibu Nada, maaf" suara lembut keibuan membuat gue menoleh, gurunya Leon menghampiri. "Tadi agenda kita itu kelas melukis, karena Leon sangat aktif jadi dia menumpahkan cat dan kena bajunya. Di tambah main sama anak lain dengan cat" wajah guru Leon terlihat merasa bersalah.

Gue menatap anak gue lagi, Leon masih memasang wajah cerahnya dan tangannya mengangkat sebuah kanvas hasil gambarannya. Disana Leon menggambar superhero kesukaannya dan ada gambar rumah yang dicat dengan warna gelap.

"Leon main sama Jingga sama Nino sama Rasi sama Zafran sama-" dan nama-nama teman sekelasnya ia sebut semua dengan ceria, gue melihat beberapa anak seumurannya memang ada yang kotor juga bajunya. Tapi tetap, gak ada yang sekotor Leon.

"Gak apa-apa, Miss. Namanya juga anak-anak, catnya gampang di cuci kan, Miss ?"

"Iya, gampang kok bu. Cuma saran saya rendam dulu air hangat biar tidak berbekas"

"Terimakasih, kalo begitu kami pamit ya, Miss. Leon salim dulu sama Miss Lala" Leon pun menuruti kata gue, dia salim pada gurunya lalu berpamitan pada temannya yang lain dan memegang tangan gue untuk di tuntun menuju mobil.

Sesampai di mobil, setelah memasang sabuk pengaman pada Leon. Ponsel gue berdering, ada panggilan dari Yunis. Sambil menyalakan mobil dan menerima panggilan lewat layar di mobil karena sudah terhubung dengan ponsel.

"Halo, aku udah sampe di rumah. Kamu dimana ?" Suara Yunis terdengar lewat speaker mobil.

"PAPAAA!!!" Leon berteriak setelah mendengar suara Papanya, dia melirik ke arah ponsel gue yang ada di sebelah gue. Tapi dia kebingungan karena ponselnya mati.

"Itu sayang di layar" tunjuk gue pada layar, "aku lagi jemput Leon ini, jangan kaget nanti pas di rumah gimana penampilan jagoan kamu" jawab gue pada Yunis.

"Papa! Leon lukis superhero di ajarin Miss Lala" adu Leon pada Yunis dengan suara nyaringnya, di seberang sana Yunis tertawa mendengar semangatnya Leon bercerita kegiatannya di sekolah.

"Lanjut nanti aja ceritanya ya jagoan, Papa tunggu di rumah" ujar Yunis menghentikan obrolannya dengan Leon.

"Oke, Capt!" Teriak Leon sambil hormat dengan tangan kirinya, gue tertawa melihat tingkah menggemaskan anak gue sendiri.

Akhirnya sampai rumah juga, Leon langsung turun dari mobil setelah gue melepaskan sabuk pengamannya. Membuka pintu rumah dengan tergesa, gue mengambil tasnya dulu di jok belakang dan membawa belanjaan di bagasi mobil.

HIM : My Husband || Cho SeungyounTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang