part twelve

977 151 33
                                    

     ALDEN tak mendengar Ethan bersuara. Suasana di antara mereka mendadak sunyi. Mengira Ethan tak ada di dekatnya, Alden mengucapkan sesuatu. "Kau masih di sini?"

Bibir Ethan melengkung lembut. Entah mengapa ia sangat menyukai suara Alden ketika itu. Melihat wajahnya membuat hatinya diselimuti bahagia.

"Aku di sini ... menatapmu ...." Suara Ethan berbisik di hadapan wajah Alden.

Mendengar Ethan sedang menatapnya tak ayal membuat Alden merasa canggung sekaligus bahagia. Dia tak bisa membayangkan wajah itu dan berharap bisa melihatnya. Detik selanjutnya, Alden merasakan sentuhan hangat di wajahnya. Ethan membelai lembut pipinya sembari menyulam senyum. Tubuh Alden seakan mati rasa ketika Ethan menyapukan jemarinya di wajahnya. Jantungnya seperti ingin melompat keluar dari dadanya 

"Apa kau yakin bisa membunuhku dengan tatapanmu?" bisik Ethan di hadapan wajah Alden. Dia sangat penasaran seperti apa sebenarnya bola mata yang terpatri dalam tatapan pemuda itu.

Alden bergeming sejenak memikirkan jawaban apa yang harus ia berikan. Karena sesungguhnya dirinya ingin sekali menatap wajah Ethan tanpa kacamata itu. Dia ingin melihat seluruh warna dalam pandangnya ketika mereka saling melempar tatap.

"Aku takut itu bisa terjadi kalau aku membuka mataku." Alden bersuara sendu merasa kecewa karena enggan mengikuti kata hatinya.

Ethan memandangi wajah Alden semakin lekat. Dia enggan melepas sentuhannya dari wajah pemuda itu, lalu dirinya mengungkapkan sesuatu yang membuat jiwa Alden seolah bergetar. "Kalau memang begitu, kurasa aku akan mati dengan senyum paling bahagia di dunia."

"Aku tak ingin melihatmu mati di hadapanku." Alden tak sanggup memenuhi keinginan Ethan.

"Aku tahu." Ethan berbisik dengan lembut dan tatap yang berbinar.

Entah berapa lama Ethan memandangi wajah itu, bahkan semakin lekat. Hingga kemudian Alden merasakan sebuah kecupan yang sangat lembut, hangat, dan begitu berperasaan menyentuh bibirnya. Alden tak bisa berpikir apa-apa ketika itu. Otaknya seakan membeku. Seperti ada ledakan kembang api dalam perutnya. Alden tak bisa merasakan debaran jantungnya. Ciuman itu membuat jiwanya terasa melayang.

Kedua bola mata Ethan memejam lembut ketika merasakan bibirnya bersentuhan dengan bibir Alden. Manis sekali, jauh lebih manis dari semua kudapan manis yang pernah dicicipinya. Ciuman itu adalah kali pertamanya untuk mereka. Ethan nyaris tak bisa mengingat apa pun kala itu. Semua yang ada di kepalanya tertuju pada Alden. Terlebih ketika satu tangan Alden menyentuh wajahnya dengan penuh perasaan membalas ciuman itu. Ethan selalu menantikan itu darinya.

Ketika bibir mereka tak lagi berpagut, Ethan membuka kedua matanya, dan ia berbisik dengan lembut di hadapan wajah Alden. "Aku mencintaimu."

Ungkapan itu merasuki benaknya begitu kuat. Alden tak tahu apa yang ia rasakan ketika itu. Kata bahagia saja tak cukup untuk menggambarkan betapa senangnya hatinya begitu Ethan mengungkapkan perasaannya yang mendalam. Alden tak bisa mengendalikan hatinya. Kobaran hasrat mendesak jiwanya hingga membuatnya tanpa sadar mengangkat kelopaknya perlahan sampai tatapnya memperlihatkan kedua bola matanya. Pupil Alden membesar tatkala dirinya melihat wajah Ethan sangat jelas bertatapan dengannya. Ini adalah hal yang sama-sama mereka nantikan sejak lama.

Ethan terdiam sejuta kata ketika Alden menatapnya. Lidahnya membisu ketika sepasang bola mata Alden yang teramat memukau bertemu dengan miliknya. Raut Ethan membeku. Kilauan mata itu terlihat sangat menakjubkan. Entah kata seindah apa yang patut ia ucapkan. Seolah Alden membawanya mengarungi lautan bintang di alam semesta melalui tatapannya. Binar mata Ethan memancarkan sebuah kekaguman yang luar biasa indah.

Beberapa detik tatapan mereka terus terpaut, Alden melihat darah mengalir dari hidung Ethan. Alden panik dan langsung memejamkan kembali matanya. Jemari Ethan menyentuh darah itu di hidungnya. Dengan gusar Alden merogoh saku celananya—mengeluarkan sehelai sapu tangan milik Ethan yang belum ia kembalikan. Ethan lantas bangkit dan duduk. Alden pun turut melakukan yang sama.

Kill Me With Your EyesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang