"APA itu punyamu?" Ethan memekik riang ketika Molly menunjukkan sebuah kamera polaroid yang baru saja dibelinya.
"Ya, Justin menemaniku membelinya tadi siang. Dia yang memilihkan warnanya."
"Apa aku boleh melihatnya?"
"Ya, tentu." Molly memberikan kamera miliknya pada Ethan.
Tatapan Ethan berbinar sewaktu memandangi kamera polaroid berwarna hijau mint di tangannya. Benda itu terlihat sangat menarik.
"Tampaknya kau menyukai kamera itu." Alden mendapati senyum yang terus mencuat di wajah Ethan.
"Ya, andai saja aku punya kamera sebagus ini." Kekaguman itu meluncur dengan suaranya yang lembut seiring tatapnya terus memerhatikan kamera itu. "Apa orang tuamu yang membelikan ini?" Ethan bertanya begitu ia memberi kembali kamera itu pada Molly.
"Aku membelinya dari uang tabunganku," jawab Molly tersenyum bangga dengan usahanya mengumpulkan uang demi membeli kamera impiannya itu.
"Seharusnya aku juga menabung sepertimu," sesal Ethan bersungut.
Alden melirik dari ekor matanya melihat Ethan begitu menyukai kamera itu. Terbesit keinginan dalam dirinya untuk menghadiahkan kamera itu pada Ethan saat natal nanti. Alden berharap semoga saja Ethan belum membeli kamera tersebut sebelum hari itu tiba.
"Jadi, dari mana saja kalian seharian ini?" tanya Justin sesaat sebelum menyesap latte di cangkirnya. Lirik matanya memandang Alden dan Ethan di depannya.
Tatapan Ethan beralih pada Alden di sebelahnya. Dengan senyum manis ia meminta, "Kau yang jawab."
Alden pun menatap Justin dan menjawab seadanya. "Kami hanya berkeliling di taman dan sekitaran kota."
"Tapi sepertinya Ethan senang sekali hari ini." Justin menggoda. Sedari tadi ia merasakan aura yang berbeda dari keduanya. Terlebih Ethan. Selama mengenalnya, Justin tak pernah melihatnya menatap seseorang selekat itu dengan senyum yang terus merekah.
"Aku merasakan sesuatu dari kalian," timpal Molly bersuara penuh duga.
Justin lantas mengalihkan pandangnya pada perempuan itu. Ucapannya barusan seakan mewakili apa yang sedang dipikirkannya.
"Apa?" Ethan melirik Molly di kursinya.
"Aku juga melihatnya ketika kalian berpegangan tangan." Justin ikut menggoda Alden dan Ethan yang duduk di seberangnya itu.
Detik selanjutnya, Molly bertukar tatap dengan Justin di sebelahnya—berbagi senyum jahil. Justin jelas mengetahui apa yang sedang kekasihnya itu pikirkan.
"Kenapa kalian berdua menatap kami begitu?" heran Ethan sewaktu kedua temannya itu memandangi dirinya dan Alden seakan tengah menelisik sesuatu.
"Kenapa wajah kalian memerah?" tukas Justin dengan senyum jahil yang mencuat.
Alden dan Ethan saling melirik. Satu sama lain dapat melihat semu merah yang mencuat di pipi masing-masing. Mereka terlalu canggung untuk menanggapi. Satu-satunya yang mencuat di wajah mereka hanyalah senyum yang dengan malu menyapa. Dan tiba-tiba saja sekilat cahaya menyinari wajah mereka.
Sontak, Alden dan Ethan pun mengalihkan perhatian mereka pada Molly yang baru saja mengambil gambar mereka tanpa berkata apa pun. Dari dalam kamera di tangan perempuan itu keluar secarik kertas yang Ethan tahu itu adalah hasil jepretannya barusan.
"Berikan foto itu." Ethan mendesak seraya menjulurkan tangannya.
"Sebentar, aku lihat dulu," sanggah Molly mengibas-ngibas lembaran foto itu di udara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kill Me With Your Eyes
Fiksi Remaja🏆The WATTYS 2021 Winner genre Wild Card, kategori Young Adult. -3 Desember 2021. 🥈#LGBT on December 2021 Namanya Alden Watts, tetapi orang-orang menjulukinya 'si mata iblis'. Matanya yang indah, tetapi juga mematikan. Semasa hidupnya, Alden tak pe...