part twenty five

848 130 5
                                    

     HAMPIR setiap waktu, Ethan selalu membuka laptopnya dan memeriksa petisi yang disebarkannya bersama Justin dan Molly. Sudah dua hari berlalu, petisi tersebut sudah ditandatangani lebih dari sepuluh ribu orang dan terus bertambah di hari-hari selanjutnya. Tak hanya membuat petisi di internet, Ethan dan kedua sahabatnya itu juga memberi kesempatan bagi orang-orang yang ingin mengirimkan surat berisikan dukungan untuk Alden.

Di minggu kedua, Ethan mendapati ada beberapa surat yang dikirimkan oleh orang-orang yang bersimpati pada Alden. Rasanya begitu menyenangkan sewaktu melihat semua isi surat itu. Hampir setiap harinya tukang pos datang ke rumahnya mengantarkan surat-surat tersebut. Ethan menyimpan semua surat itu untuk diberikannya nanti pada Alden. Dia penasaran seperti apa reaksinya nanti. Alden pasti tak akan menyangka bahwa dirinya terkenal sewaktu di dalam penjara.

Sewaktu Ethan sedang duduk santai sembari bermain laptop di ruang tengah, tiba-tiba ia kaget karena ayahnya mendadak tiba di rumah. Tak biasanya sang ayah pulang ke rumah lebih awal, bahkan saat ini hari masih terbilang sore.

"Ayah? Kau sudah pulang?" sambut Ethan terheran-heran sembari memindahkan laptop di pangkuannya ke atas meja.

Sang ayah melangkah ke dekat perapian meletakkan kunci mobil di atas sana.

"Semua pekerjaan sudah selesai," jawab sang ayah, lalu dirinya melangkah ke sofa dan duduk di sebelah putranya.

"Itu bagus. Kau tak perlu bekerja sampai larut." Ethan senang mengetahui ayahnya dapat beristirahat lebih awal hari ini.

"Ayah akan libur panjang setelah ini," ujar ayahnya.

"Ayah mengambil cuti?"

"Tidak."

Raut Ethan yang antusias, seketika berubah terheran-heran. Dahinya mengernyit. Firasat hari itu muncul kembali. Gelagat ayahnya terlihat tak seperti biasanya. Seperti ada sesuatu yang disembunyikannya.

"Lalu?" Ethan bertanya.

"Sebenarnya ...." Sang ayah menahan ucapannya sejenak.

"Apa sesuatu terjadi?" Ethan amat penasaran apa sebenarnya yang ingin ayahnya sampaikan.

"Ayah berhenti dari pekerjaan itu."

Sontak Ethan termangu. Dia tak mengerti apa alasan ayahnya yang tiba-tiba berhenti dari pekerjaannya.

"K—Kenapa?" gagap Ethan merasakan sesuatu yang membuat perasaannya diterpa risau.

Sesaat kemudian sang ayah menyampaikan sesuatu yang membuatnya terperanjat. Ethan nyaris tak percaya. Semua itu terasa amat mendadak. Ayahnya tak mengatakan apa pun sebelum memberitahukan hal itu. Kebahagiaan yang dirasakannya seolah sirna tatkala mendengar kabar tersebut. Ethan tak henti memikirkan hal itu. Dia tak tahu bagaimana caranya memberitahu kabar itu pada Alden. Ethan khawatir Alden akan merasa terpukul saat ia menyampaikannya langsung.

Ethan tak ingin melihat Alden bersedih di hadapannya. Dia tak sanggup melakukannya. Nyaris semalaman ia tak bisa tertidur memikirkan hal itu. Dirinya merasa sedih membayangkan ketika hari itu tiba.

•°•°•

     DUA hari kemudian, Ethan datang menjenguk Alden. Tak lupa ia membawa semua surat itu. Alden membaca semua surat itu dengan ekspresi tak percaya. Dirinya sama sekali tak menyangka akan mendapat pesan yang mendukung dan menghangatkan hati. Selama ini ia selalu mengira orang-orang membencinya.

"Di luar sana, orang-orang membicarakanmu." Senyum Ethan tak henti mengukir di wajahnya. Dia bahagia melihat Alden begitu antusias membaca surat-surat itu.

Kill Me With Your EyesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang