15

1.4K 112 41
                                    

Taehyung baru saja selesai meeting, tentu saja tanpa Yoongi.

Sebenarnya dia cukup kesal. Yoongi tak mau ikut meeting karena alasan "Klien kali ini seorang ahjuma tua yg kaya raya" tidak enak di pandang katanya. Sungguh tak profesional.

"Jadi kau sudah disini sejak tadi pagi?".

Taehyung masih berada di di ruang meeting bersama Jisoo. Rencananya setelah ini mereka akan membicarakan tentang launching fashion baru itu.

"Kau sudah sarapan?". Jisoo cukup terkejut saat pertanyaan itu keluar dari mulut Taehyung.

Hey apa dia sedang bermimpi?

"Hey, aku bertanya, apa kau sudah sarapan?"

"A-a-iya?" Jisoo sontak gelagapan lalu menggeleng untuk menjawab pertanyaan Taehyung.

"Ck, bagaimana bisa kau melewatkan sarapan mu? Sarapan itu penting, kau tidak lupa kan jika di perutmu itu ada anak kita?". Ujar Taehyung sambil sibuk dengan ponselnya.

Dia sedang memesan makan siang untuk Jisoo dan juga dirinya. Sedangkan Jisoo kini membeku bingung. Anak kita?

Entah Taehyung yang kesurupan atau dia yang salah dengar, namun kini hatinya menghangat.

Mengingat sikap Taehyung padanya selama ini, dia sungguh merasa senang saat Taehyung mengakui janin di perutnya adalah anak nya.

~••~

Ochi POV

Setelah bertemu Yoongi tadi, aku berencana ingin pulang dengan Jimin, aku ingin ikut dia ke rumah papi karena aku merindukan Taera. Namun harus ku urungkan.

Seokjin oppa mengajak ku untuk bertemu siang ini. Sudah hampir 1 jam aku menunggunya namun dia tak kunjung datang juga.

"Apa dia mempermainkan ku?".

Sungguh tak berguna, aku sudah membuang-buang waktu ku hanya untuk kedatangan yang tak pasti. Dan lihatlah, aku bahkan sudah menghabiskan 4 gelas teh dan 3 piring cheese cake selama menunggu nya.

"Aish, apa dua tertidur di RS bersama para pasien nya?".

Aku mengetukan jari ku di atas meja. Menunggu itu sangat membosankan, bahkan bokong ku sudah terasa panas karena duduk terlalu lama.

"Ochi?".

Aku mendongak karena merasa terpanggil.

"Eoh? Guanlin-ssi? Apa yang kau lakukan disini?".

"Hanya mampir sebentar, aku kelaparan". Balasnya sambil terkekeh.

"Ah, duduklah disini! Kita sudah lama tidak bertemu".

Guanlin terkekeh lagi lalu segera duduk dan memanggil weathers untuk memesan.

"Kau mau pesan sesuatu nona Kim?".

"Ah-ya, bir saja".

"Baiklah, tambah bir satu". Ucapnya pada weathers itu.

Jika di perhatikan dari dekat begini, pria bermarga Lee ini tampan juga.

Astaga, berapa sempurna nya dia. Oh jangan lupakan lesung pipi itu, aku bisa diabetes jika seperti ini".

"Ochi-ssi? Kau baik-baik saja?".

Aku segera mengalihkan pandangan ku ke sembarang arah dan secepat nya mencari alasan.

"Ah ya, aku baik-baik saja". Ucapku kelewat gugup.

"Daritadi kau memperhatikan ku terus, apa ada yang salah dengan ku?".

Skakmat, mati lah aku.

"Ani, hanya saya kau terlihat banyak berubah".

"Aku tampan ya?". Kekehnya

Ingin sekali ku pukul kepalanya. Tapi yah faktanya memang dia tampan.

Ochi POV end

"Ochi?".

Ochi dan Guanlin kompak menatap kearah suara yang tiba-tiba datang. Seokjin berdiri di sana. Menatap Ochi dan Guanlin secara bergantian.

Guanlin yang merasa tak enak kini segera pamit untuk pergi membawa sebungkus makan siang di tangannya.

"Siapa dia?"

"Teman".

Seokjin hanya mengangguk lalu duduk di bangku yang berada di depan Ochi.

"Kau mengerjai ku ya?". Seokjin mendelik

"Apa maksud mu?".

"Kau tau berapa lama aku menunggu mu di sini hah? Untung saja ada Guanlin, jika tidak, mungkin aku sudah rebahan di rumah sekarang". Balas Ochi kesal.

"Ya maafkan aku, aku ada pasien yang harus di operasi tadi".

Kesal? Tentu

Namun apa yg bisa di lakukan Ochi? Alasan Seokjin adalah urusan nyawa, dan tidak boleh main-main.

"Apa yang ingin kau bicarakan pada ku?".

"Aku ingin kau berbagi Taehyung dengan Jisoo".

Ochi bereaksi dengan cepat. Matanya membola karena terkejut.

"Apa kau gila?". Ucapnya sedikit membentak.

"Tidak, aku sehat jasmani rohani".

"Kau minta aku untuk rela di madu? Tidak ada istri yang mau di madu Seokjin-ssi".

Ochi sudah siap untuk pergi dari tempat itu, namun tangannya di tahan oleh Seokjin.

"Dengarkan aku Ochi-ya". Ochi diam

"Kau dan Jisoo berbeda. Kau bersatu dengan Taehyung karena perjodohan, kan? Maka mau tak mau, kau harus menerima nya-

-namun Jisoo? Hey, dia tidak di jodohkan, dia harusnya bisa memilih ingin hidup bersama siapa. Tapi Taehyung menghancurkan semua itu. Taehyung menghancurkan mimpi keluarga kecil yang indah untuk Jisoo".

Seokjin nampak berapi-api. Tak jauh beda dengan Ochi, namun kini Ochi yang harus menderita.

Yang kakak iparnya ucapkan itu benar. Seharusnya Jisoo bisa membuat keluarga kecil yang lebih baik.

Ochi menarik tangannya secara kasar dari genggaman Seokjin. Melangkah menjauh keluar dari cafe dengan air mata yang jatuh tanpa di perintah.

Apa dia harus benar-benar merelakan Taehyung untuk wanita lain? Sahabat nya sendiri?

"Maafkan aku, Ochi-ya".

Tbc

Hai kawan-kawan
Hehe aku up nih
Gimana chptr kali ini?
Ngebosenin kah?

Aku Nerima kritik dan saran kok😆
Di tunggu vote sama komennya ya sayang🤒

My husband KTH 2 ⟨ON GOING⟩Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang