17. Abiyasa Farrez Assidik

9.3K 1.1K 36
                                    

"Papa ke sini bawa mobil?" Tanya Rendi saat keduanya berjalan keluar dari ruang sidang.

"Enggak, sebenarnya papa mengantuk karna tidak tidur semalaman. Jadi daripada bahaya mengendarai dalam kondisi lelah, papa lebih memilih pesan taksi." Ujar Sidik.

"Sekarang mau pulang atau kembali ke rumah sakit?"

"Papa mau pulang ke rumah dulu, Shanaz minta papa untuk istirahat. Mungkin nanti sore papa kembali ke sana sekalian membawa barang-barang yang Shanaz butuhkan."

"Biar Rendi yang antar papa pulang."

"Kamu nggak buru-buru?" Tanya Sidik takut merepotkan.

"Enggak, hari ini kebetulan Rendi nggak ke kantor."

__________________

Selepas mengantar sang mertua kembali ke rumah. Rendi segera pergi ke toko perlengkapan ibu dan bayi di pusat kota.

Kebetulan, jaraknya memang tidak jauh dari rumah Sidik. Rendi berencana pergi ke rumah sakit tempat dimana Shanaz dan bayinya dirawat, sesuai dengan informasi yang Sidik berikan.

Keluar dari toko, Rendi membawa dua kantong besar berisi baju bayi dan perlengkapan lain.

Tak lupa dirinya juga membeli beberapa bungkus makanan serta buah, oleh-oleh untuk Shanaz.

Hanya butuh waktu lima belas menit saja, mobil Rendi sudah berhasil masuk ke area parkir rumah sakit.

Bergegas turun dari mobil sambil membawa barang-barang yang tadi dibeli, Rendi langsung mempercepat langkahnya memasuki rumah sakit.

Berkat petunjuk dari petugas yang sedang berjaga, Rendi bisa dengan mudah menjangkau kamar Shanaz.

Laki-laki itu sedikit terpaku di depan ruang Anggrek nomor sepuluh. Kamar VIP yang ditempati Shanaz tampak tertutup rapat. Tangannya gemetar memegang gagang pintu bercat putih bersih itu.

Dalam hati menyusun kata-kata yang akan diucapkan saat pertama kali masuk ke dalam kamar.

Ah Shit! Gue gugup!

Perlahan, Rendi menekan gagang pintu, hingga sedikit demi sedikit terbuka. Kemudian berjalan pelan masuk ke ruangan yang cukup luas dengan nuansa putih. Tatapannya tertuju ke arah ranjang dimana Shanaz tidur di sana.

Tampaknya perempuan itu belum menyadari kehadirannya. Kebetulan, Shanaz tidur dengan posisi miring, membelakangi arah pintu sambil memeluk bayi mungilnya.

Rendi meletakkan barang bawaannya di meja yang terletak tepat di samping tempat tidur.

Rupanya, gerakan itu menimbulkan suara yang membuat Shanaz sontak membuka matanya.

"Sudah selesai, Pa?" Tanya perempuan itu, sembari menggeliyat pelan merubah posisi tidurnya.

"Sudah." Jawab Rendi singkat tanpa peduli reaksi Shanaz. Bahkan perempuan itu mengira jika yang datang adalah Sidik.

"Ren-Rendi?" Perempuan itu tentu sangat terkejut mendapati Rendi berdiri di hadapannya.

Rendi dengan raut datar tampak tidak peduli pada Shanaz yang masih menatapnya bingung.

"Iya, ini gue! Bukan papa." Jawabnya singkat lalu menarik kursi di samping tempat tidur dan duduk santai di sana.

"Kok lo tahu gue ada di sini?" Tanya Shanaz masih dengan raut tidak percaya. Dia merubah posisi tidurnya menjadi duduk bersandar.

"Gue tahu dari papa. Tadi kita bertemu di pengadilan." Shanaz mengangguk pelan, perasaannya masih gugup. Apalagi tatapan Rendi tampak serius mencermati wajah bayi yang sedang tidur pulas di sampingnya.

Bukan Permainan TakdirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang