24. Seimbangnya Gengsi Rendi & Rini

9.7K 1.1K 27
                                    

"Jangan mentang-mentang dimanja suami, bisa seenaknya di sini!"

Itulah kata-kata yang selalu Rini ucapkan saat Rendi pergi bekerja.

Wanita itu tidak akan membiarkan sang menantu berleha-leha menikmati waktu luangnya.

Dia selalu punya tugas yang harus Shanaz kerjakan. Seperti pagi ini, cucian yang menumpuk dari tiga hari lalu milik Rini, harus Shanaz cuci.

Pekerjaannya selalu terjeda karna Yasa sedikit rewel. Tidak heran jika sampai sesiang ini, Shanaz baru mulai menjemuri.

Perempuan itu segera naik ke lantai dua setelah mematikan kran air. Langkahnya terhenti di tengah tangga, saat kedua matanya menangkap sosok Rini yang tampak memangku Yasa.

Rini menepuk-nepuk pantat bocah laki-laki Shanaz dengan pelan. Mata perempuan itu mendadak berkaca-kaca.

Shanaz sangat tahu, sebenci apapun Rini pada dirinya, wanita itu tidak pernah menyangkutpautkan Yasa pada permasalahan keduanya.

Bahkan, Rini sering menemani Yasa bermain, saat Shanaz sibuk mengerjakan pekerjaan rumah yang dia berikan.

"Ma," Panggil Shanaz pelan membuat Rini menoleh.

"Lama banget! Jam segini baru selesai, kamu sebenarnya nyuci apa tidur?!" Sikap ketusnya kembali membuat Shanaz menghela nafas pelan.

Rini beranjak dari kursi, meletakkan Yasa di karpet tepat di tengah-tengah mainannya yang berserakan.

"Itu, cucian yang kering kemarin belum diseterika. Kerjakan sekarang. Mama mau istirahat."

"Iya, ma." Jawab Shanaz. Rini hanya melengos kemudian berlalu pergi.

"Sayang, mama nyeterika baju dulu ya." Ujar Shanaz pada Yasa, sembari mengambil bola dan mobil-mobilan untuk sang anak.

Bocah laki-laki yang saat ini sudah genap berumur satu tahun itu tampak sumringah.

Di tahun pertamanya, Yasa begitu sibuk mengenali dirinya sendiri. Dia sudah mulai berjalan selangkah, dua langkah, sambil berpegangan pada apapun yang ditemui.

Anak itu juga sudah mampu mengucap sepatah dua patah kata. Membuat Shanaz terharu saat pertama kali Yasa memanggilnya 'Mama'.

"Mama awasin dari sini ya." Ujar Shanaz lalu memulai kegiatan menyeterika.

Kebetulan, tempat menyeterikanya tidak jauh dari posisi karpet yang Yasa pakai untuk bermain.

Terlalu bersemangat menyelesaikan pekerjaan, Shanaz tersentak saat mendengar suara benda jatuh.

"Ma.... Huwaaaa!"

"Astaga Yasa!" Shanaz mematikan saklar di sampingnya, kemudian menghampiri sang anak yang jatuh tertimpa bingkai dari atas rak.

Tidak bisa dijelaskan bagaimana paniknya perempuan itu. Darah segar mengalir dari pelipis sang anak membuat Shanaz kalap.

Dia langsung membawa Yasa turun, beranjak menuju mobil Rendi yang kebetulan tidak dibawa kerja hari ini.

"Mau ke mana kamu?" Teriak Rini dari ruang keluarga sambil berjalan mendekat ke garasi.

"Ma, Shanaz ke rumah sakit sebentar. Yasa jatuh ketimpa bingkai." Ujar Shanaz sembari tergopoh-gopoh meletakkan Yasa di kursi.

Rini terdiam, wanita itu hanya melotot tanpa memberi tanggapan apapun, sampai mobil Rendi keluar dari halaman.

___________________

Luka yang dialami Yasa memang tidak begitu parah, pelipisnya sedikit robek membuat anak itu harus menerima tiga jahitan di pelipis kanannya.

Bukan Permainan TakdirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang