10. Rumah Tangga Tanpa Jiwa

8.1K 918 7
                                    

"Heh, cewek gila! Gaya tidur tengkurap gitu nggak khawatir anak lo ketindes?!" Seru Rendi saat tiba di kamar dan mendapati Shanaz tidur  tengkurap.

Perempuan itu beranjak dari posisinya. Dua buah guling diposisikan untuk tumpuan perut di samping kanan dan kiri.

"Punggung gue pegel banget. Dari kemarin pengen tidur tengkurap. Hari ini udah nggak tahan, akhirnya pakai guling untuk tumpuan." Jelasnya lalu berjalan ke arah Rendi.

"Dapat nggak martabaknya?" Tanya Shanaz cepat.

"Nih!" Rendi menyodorkan bingkisan plastik yang sejak tadi ditenteng membuat Shanaz menerima dengan bersemangat.

"Akhirnya!" Seru perempuan itu sembari duduk di sisi ranjang.

"Lo ngidam?" Tanya Rendi sambil melepas dasi dan kemeja kerjanya.

"Enggak, pertama kali ke rumah mbak Hanum dan disuguhi martabak ini, gue langsung suka." Sebelum menikah, Rendi sempat mengajak Shanaz berkunjung ke rumah Bagas dan Hanum.

"Ngantri panjang tuh!" Protes Rendi.

"Hhe wajar lah rasanya enak gini, thanks ya! Ntar uangnya gue ganti." Ujar Shanaz dengan mulut penuh martabak.

Laki-laki itu tidak merespon, badannya yang terlalu gerah membuat Rendi ingin segera mandi.

__________________

"Makan dulu yuk. Gue tadi bikin sop daging." Ajak Shanaz saat Rendi sudah selesai dengan ritual mandinya.

Kedua orang itu melangkah ke ruang makan, dengan cekatan Shanaz menyiapkan sendok dan piring.

"Biar gue ambil sendiri aja." Tegur Rendi saat Shanaz meraih piring di hadapan laki-laki itu. Shanaz berniat mengambilkan makanan untuk sang suami.

"Oh, okay." Jawabnya sembari meletakkan piring tadi ke tempat semula.

"Tadi mama Rini telfon, beliau ngajakin gue ikut ke Surabaya jemput ponakan lo yang mau tinggal sama mama. Tapi gue nolak." Ujar Shanaz.

"Lo tahu lah alasan gue nolak karna apa. Gue nggak paham, semakin hari gue semakin takut mau mengakui semuanya." Rendi seperti tidak ingin menanggapi. Laki-laki itu masih asyik dengan makan malamnya dan nambah nasi pula.

"Gue bilang ke mama kalo mau bulan madu sama lo ke Bali. Dan untungnya beliau percaya." Lanjut Shanaz takut-takut. Perempuan itu khawatir kalau Rendi akan marah namanya dibawa-bawa.

"Untungnya alasan kita sama!" Seru Rendi tiba-tiba.

Shanaz sontak melotot.

"Maksud lo?"

"Mama juga ngajakin gue, tapi gue nolak dengan alasan yang sama." Ucapnya.

"Thanks ya Ren! Lo baik banget, gue nggak tahu harus balas dengan cara apa lagi." Ujar Shanaz, matanya berkaca-kaca merasa terharu dengan pengorbanan Rendi ikut menjaga aibnya.

"Gue nggak menjamin bisa membantu lo nutupin ini semua lebih lama. Gue harap, lo akan segera jujur ke papa Sidik dan juga ke mama."

"Iya! Pasti gue akan jujur ke mereka." Jawab Shanaz yakin.

"Mama Rini pasti kecewa soal ini. Mungkin dia nggak akan mau kenal gue lagi." Tatapan Shanaz kosong, ketakutan itu semakin besar dia rasakan.

Bukan Permainan TakdirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang