8. Perihal Nasihat

7.8K 914 15
                                    

"Gue tadi ke kantor, tapi ternyata lo udah balik." Bagas terlonjak mendapati Rendi sudah berdiri di depan pintu rumahnya.

Wajahnya kuyu tampak sekali laki-laki itu sedang lelah. Tapi bukan itu yang mengganggu pikiran Bagas, ini malam pertama Rendi! Lalu untuk apa dia di sini.

"Lo? Lo mau ngapain ke rumah gue." Tanyanya.

"Suruh masuk dulu bisa nggak sih, capek nih gue berdiri terus dari tadi. Udah ketuk pintu keras masih lama banget dibukanya." Protes laki-laki itu sembari nyelonong masuk tanpa menunggu dipersilahkan.

"Loh, mas Rendi di sini?" Ujar Hanum saat keluar dari dapur.

"Han, lo masak nggak? Gue lapar banget belum makan." Bagas mengangkat alisnya tinggi-tinggi.

"Datang-datang bikin kerepotan!" Protesnya membuat Rendi tertawa geli.

"Nggak, kalo ini gue serius mau numpang makan." Ujarnya.

"Ya udah, mumpung masakannya juga udah siap, mas Rendi bisa makan di sini bareng kita. Kebetulan aku sama anak-anak juga belum makan." Hanum mempersilahkan dengan lembut.

Rendi tertawa jahil ke arah Bagas lalu berjalan mengikuti Hanum ke ruang makan.

Meja makan sudah begitu riuh dengan Rakin dan adik-adiknya.

"Om Rendi di sini!!" Seru Rakin senang saat melihat Rendi berjalan ke arahnya.

"Nanti kita main PS ya om!" Ajaknya sembari duduk di sebelah Rendi.

"Oke deh!" Jawab Rendi singkat.

"Ayo semua makan dulu, Zhi-Zhi letakin mainannya ayo mama suapin makan." Bocah empat tahun itu tampak menggerutu tapi tetap menuruti ucapan sang ibu.

Sedangkan Bagas mengambil Arjuna dari box bermainnya. Anak ke tiga Bagas dan Hanum yang baru berumur dua tahun.

Hati Rendi menghangat melihat kekompakan keluarga kecil ini. Perjuangan Bagas membangun rumah tangganya memang bukan hal mudah. Terbukti, sekarang mereka mampu memetik hasil yang baik, buah dari kesabaran dan perjuangan yang dilewati.

"Makan lo! Ngapain ngalamun." Seru Bagas membuyarkan lamunan Rendi.

"Ini juga mau makan." Jawab Rendi lalu memulai menikmati masakan Hanum.

"Yang banyak mas, nggak usah malu-malu." Ucap Hanum lembut.

Bagas berdecak keras!

"Kalo masih punya malu harusnya nggak ngerampok makanan di sini." Sindir Bagas telak membuat Rendi tertawa geli tanpa rasa bersalah.

"Papa jangan pelit-pelit." Protes Rakin, bocah laki-laki yang sekarang duduk di kelas satu SD itu tampak tidak senang dengan sikap papanya.

Rendi dan Rakin memang sangat kompak, apalagi saat bermain game. Hal yang terkadang membuat Bagas iri melihatnya.

"Setelah makan, Rakin belajar dulu sama dek Zhi-zhi biar mama ajarin." Sela Hanum.

"Rakin mau main PS sama om Rendi, ma." Protes anak itu.

"Om Rendi lagi ada kerjaan sama papa. Main PSnya besok siang ya." Ucap Hanum berusaha memberi pengertian pada anak laki-laki itu. Hanum paham, tentu ada yang tidak beres dengan Rendi. Mana mungkin tiba-tiba datang di malam yang seharusnya menjadi malam sejarah setelah pernikahannya tadi pagi.

"Lo tunggu di ruang kerja gue aja. Biar Hanum beresin ruang makan, gue mau antar anak-anak ke kamar dulu." Bagas sudah bersiap menggendong Arjuna di tangan kirinya, Zhi-zi sudah menggelendot manja minta digendong di punggung Bagas dan Rakin menggandeng jemari kanan Bagas.

Bukan Permainan TakdirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang