19. Mantan Terindah, tapi Salah!

8.4K 975 8
                                    

"Tadi ngusir-ngusir gue! Sekarang telfon, kenapa? Perlu bantuan? Giliran butuh aja, ngerecokin. Dasar perempuan!"

"Ren... Yasa nggak ada di kamar, hiks!" Tangis pilu Shanaz bercampur rasa panik cukup membuat Rendi bingung.

"Apa?" Tanya laki-laki itu.

"Gue mohon, tolong ke sini sebentar bantu gue cari Yasa."

"Iya, iya. Gue masuk lagi ke sana, tunggu... Tunggu..!"

Derap langkah kaki Rendi begitu cepat kembali ke kamar Shanaz. Bahkan laki-laki itu melupakan meeting pentingnya pagi ini.

Kamar Shanaz yang tampak sepi beberapa menit lalu, saat Rendi keluar dari sana. Kini sudah penuh dengan para perawat serta petugas Keamanan yang ikut memeriksa dan mencari keberadaan Yasa.

Rendi langsung mendekati Shanaz yang terduduk lemas di sisi tempat tidur sambil menangis sesenggukan.

"Gimana ceritanya?" Tanya laki-laki itu.

"Tadi setelah lo keluar, gue pergi sebentar ke toilet. Tapi pas kembali ke kamar, Yasa udah nggak ada, Ren."

"Gue bingung, spontan keluar cari perawat dan tanya ke siapapun barangkali ada yang melihat, tapi semua orang bilang nggak tahu." Jelas perempuan itu.

"Maaf pak, sebelumnya ada laki-laki yang datang dan mengatakan pada saya bahwa dia ayah dari anak Ibu Shanaz. Dia meminta masuk ke kamar ini, setelah beberapa saat laki-laki itu keluar membawa bayinya, dia bilang ingin mengajak sang bayi untuk berjemur di halaman."

"Tapi setelah kami periksa, laki-laki tadi sudah tidak ada di sekitar sini." Jelas salah seorang petugas keamanan yang baru saja tiba.

"Nggak mungkin, apa jangan-jangan Dafa benar-benar nekat mengambil Yasa." Ujar Shanaz pelan sembari menggeleng frustasi.

"Maafkan kami karna sudah teledor mengijinkan orang asing masuk. Tapi kami benar-benar tidak tahu jika akhirnya akan seperti ini."

Tidak lama kemudian, Sidik datang diikuti beberapa anggota kepolisian yang tidak lain adalah teman-temannya dulu sebelum pensiun.

"Pa, bagaimana kalau Yasa diculik?!" Shanaz berhambur ke pelukan Sidik.

"Kamu tenang, papa dan teman-teman akan berusaha mencari Yasa. Kita akan bergerak cepat untuk anak kamu."

"Pak, bisa kami memeriksa CCTV yang ada di rumah sakit ini?" Ijin salah seorang teman Sidik.

"Boleh pak, mari saya antar ke bagian kontrol CCTV." Shanaz beranjak dari duduknya, dia ingin mengikuti Sidik dan anggota polisi lainnya.

Rendi menarik tangan perempuan itu, lalu memaksa Shanaz untuk duduk di ruang kamarnya.

"Biar gue yang ikut ke sana, lo tunggu di sini aja."

"Gue mau ikut cari Yasa, Ren!" Serunya.

"Iya, gue tahu lo panik. Percayalah semua pastik baik-baik aja.

"Yasa pasti ketemu. Lo jangan nekat, baru kemarin lo lahiran, jangan banyak gerak. Gue ikutan ngilu lihatnya." Akhirnya setelah dibujuk, Shanaz menurut. Rendi juga meminta beberapa perawat untuk menemani perempuan itu.

Bukan Permainan TakdirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang