Accident

566 61 1
                                        

.
.
.

Esok hari nya di sekolah

Seperti biasa suasana kelas ramai sebelum bel masuk berbunyi. Vincent sudah duduk di kursi nya sambil membaca novel, novel yg dia beli kemarin saat perjalanan pulang dari rumah Joy, novel yg menarik perhatian nya krn cover nya mirip dgn novel yg biasa Joy baca.

Bel pun berbunyi.
Namun Joy belum tiba di kelas, ada rasa khawatir menyelimuti hati Vincent krn dia ingat betul kemarin Jimin akan datang ke paviliun Joy, apa terjadi sesuatu? batin Vincent.

Setelah jam pertama selesai, Vincent menghampiri kelas XI B yg letak nya bersebelahan dgn kelas nya. Dia hendak mencari informasi tentang Joy pada Jimin.

Tok tok tok
Kelas yg tadi nya riuh tiba-tiba hening.
"Hai Vin, masuk aja" ucap Justin, ketua kelas XI B yg sedang duduk bersama Jimin dan Mark. Jimin menatap Vincent merendahkan.
"Hai Justin! Hm aku mau ada perlu sama Jimin" ucap Vincent.
"Oh! Ya sini masuk aja" ucap Justin santai.
Vincent pun masuk ke dalam kelas XI B.
Jimin masih menatap Vincent merendahkan.
"Sorry nih ganggu waktu kamu Jimin. Aku cuman mau tanya kamu tau kabar Joy ga?" tanya Vincent.
"Eeyy lo naksir ya sama Joy?" goda Mark.
"Euh bukan gitu, aku kan harus absensi siswa, nah kebetulan Joy ga ada kabar, barangkali Jimin tau, soalnya anak-anak di kelas juga ga ada yg punya no hp Joy" terang Vincent.
"Oh si Joy emang ga punya hp dia" jawab Jimin santai tapi nampak ada sesuatu di balik raut wajah Jimin yg mencurigakan.
"Tapi Joy baik-baik aja kan?" tanya Vincent.
"Kenapa nanya gitu? Emang nya kamu fikir Joy ada sesuatu?" jawab Jimin curiga.
"Hei Jim dia nanya aja, dia kan ketua kelas wajar nanyain keadaan anak-anak di kelas nya, aku juga suka nanya gitu sama anak yg ga masuk kelas" ucap Justin.
"Kalau kamu mau tau keadaan dia, datang aja ke rumah mungkin dia senang ada teman kelas nya yg datang" ucap Jimin.
"Hm baiklah, tapi aku gatau rumah dia" terang Vincent pura-pura bingung dan tidak tahu.
"Yaudah bareng kita aja nanti, kita mau sekalian main ke tempat nya Jimin" tawar Justin.
"Emang nya gapapa?" Tanya Vincent ragu.
"Hm ga masalah" jawab Jimin dgn nada yg mencurigakan.
"Yaudah nanti pulang sekolah aku tunggu di parkiran aja" jawab Vincent.
"Yoi" jawab Justin lalu tersenyum pada Vincent.
Vincent pun kembali ke kelas.

Bel pulang sekolah.
Jam menunjukan pukul 04.05
Vincent sudah menunggu Jimin di parkiran.
Tak lama Jimin pun keluar bersama Mark dan Justin.

"Hai bro ketemu lagi" ucap Mark.
"Hm bukan nya kita tiap hari ketemu yah" jawab Vincent dgn senyum kotak nya.
"Iyasih haha" jawab Mark dgn tawa garing nya.

Mereka pun masuk ke mobil audi hitam yg biasa mengantar jemput Jimin dan Joy.

Tibalah mereka di mansion yg amat luas milik Jimin dan juga Joy.
Mereka pun mengikuti Jimin ke kamar nya.
Vincent kagum melihat interior mansion utama, setelah kemarin di buat kagum dgn paviliun milik Joy.
Kamar Jimin hampir seluas paviliun Joy, Justin dan Mark langsung menyerbu sudut yg di penuhi game yg ada di dalam kamar Jimin.
Tak lama ada Art memasuki kamar Jimin mengirimkan beberapa minuman dan makanan ringan.

"Laura bisa kau antarkan Vincent ke tempat Joy" perintah Jimin.
"Baik Tuan Muda" jawab Art bernama Laura itu dgn patuh sambil membungkuk.
Vincent pun pergi meninggalkan kamar Jimin, Jimin menatap Vincent lalu menyunggingkan smirk nya.

Vincent dan Laura tiba di paviliun milik Joy.
"Silahkan Tuan, Miss Joy ada di dalam, saya hanya mengantarkan sampai sini" ucap Laura.
"Terimakasih Mrs Laura" jawab Vincent ramah.

Tok tok tok
Tidak ada jawaban

Tok tok tok
Vincent pun membuka pegangan pintu, tidak di kunci.

Dia melihat sekeliling, tidak ada tanda-tanda Joy di ruang tamu, dapur ataupun kamar nya.
Vincent mengintip kamar nya dan melihat ada bekas selimut dan kasur nya masih berantakan berarti ada Joy disini. Dia melihat ke arah kamar mandi yg tertutup.
"Oh mungkin dia sedang buang air" batin Vincent.
Vincent pun menunggu di dekat pintu kamar.

5 menit berlalu namun tidak terdengar suara seseorang dalam kamar mandi.
"Ah tidak mungkin" batin Vincent berfikir yg tidak-tidak.
Dia pun memberanikan diri menghampiri kamar mandi yg ada di dalam kamar Joy.

Tok tok tok
Tidak ada jawaban
Tok tok tok
Bagaikan de javu

Vincent membuka tuas pintu kamar mandi.
"Astaga Joy!!!" Pekik Vincent.
Dia segera berlari ke arah bathtub dan menarik Joy keluar dari rendaman air yg ada di bathtub lalu menggendong nya ke kasur Joy, menutup tubuhnya yg basah kuyup menggunakan selimut tebal milik Joy.
Vincent mengecek nafas nya, lemah.
Tanpa fikir panjang Vincent segera memberikan pertolongan pertama Cpr pada Joy sambil menekan-nekan dada Joy dia memberi nafas buatan.

Ohok ohok ohok
Joy pun terbatuk mengeluarkan beberapa mili air dari mulut nya.
Nafas Joy tersengal-sengal, tak lama dia menatap Vincent nyalang.

"Kenapa kau menolongku?" tanya Joy.
Vincent hanya menatap nya bingung.
"Kenapa kau menolongku?" tanya Joy lagi dengan nada meninggi.
"Aku tanya! Kenapa kau menolongku?!" bentak Joy sambil mengamuk memukul-mukul kasurnya lalu menangis.
"Karena kamu harus di tolong Joy, kamu tadi tenggelam" jawab Vincent menenangkan Joy yg telungkup di kasur nya.
"Lo ga usah nolong gue, gue mau mati gue mau mati!!!" Teriak Joy masih dalam keadaan menelungkupkan tubuhnya.
Vincent pun membantu Joy terduduk dan menatapnya lembut.
Joy tidak mengeluarkan air mata namun mata nya merah penuh dengan amarah dan kesedihan.
Vincent pun memeluk Joy sambil menutupi Joy dgn selimut agar tidak kedinginan.

"Kamu boleh marah sepuas nya keluarin semua keresahan kamu, jgn tahan air mata kamu" ucap Vincent.
Lagi, Joy menangis di pelukan Vincent, entah kenapa Joy yg dingin dan nampak kuat selalu lemah di hadapan Vincent.
Vincent hanya mengusap-usap kepala Joy sambil memeluknya erat.
Setelah Joy selesai menangis, Vincent membantu Joy mengganti pakaiannya dgn membawakan pakaian baru nya.
Saat Joy mengganti pakaian, Vincent menyimpan selimut basah tadi ke ruang cuci, setelah Joy selesai berpakaian Vincent menggendong Joy ke ruang tv lalu menyodorkan segelas teh ginseng hangat yg ada di nakas dapur.
Vincent merapihkan semua kamar Joy, mulai dari genangan yg ada di bathtub, seprai dan selimut nya yg basah di ganti dgn seprai dan selimut yg baru, tanpa Joy beritahu Vincent mencoba mencari nya sendiri.
Joy yg ada di ruang tamu memperhatikan Vincent yg sibuk merapihkan kamar Joy.
Sebenarnya bisa saja Vincent memanggilkan Laura, namun Joy melarang nya, tidak boleh ada yg tau jika Joy mencoba bunuh diri.
Vincent menuju ruang cuci utk mencuci selimut dan seprai milik Joy.
Saat memasukkan salah satu seprai, Vincent melihat ada bercak darah, dia masih positif thinking mungkin Joy ada luka. Namun Vincent kaget saat akan membuang bungkus detergen di sampah dekat ruang cuci belasan kondom dibuang dalam sampah itu. Tanpa fikir panjang dan tidak merasa jijik Vincent memasukkan salah satu kondom yg terisi sperma kedalam bungkus detergen, lalu di masukkan kedalam saku celananya.

Sambil menunggu cucian nya selesai Vincent menuju dapur, dia melihat Joy menatap nya.
"Hm aku boleh masak ramen ga? Soalnya aku lapar" izin Vincent pada Joy. Joy hanya mengangguk sambil tersenyum.
Wait? What? Apa Vincent melihat Joy tersenyum? Ah mungkin salah liat saja krn Vincent tidak memakai kacamata, fikirnya.

Setelah memasak ramen utk 2 orang Vincent memakan nya lahap.
"Kamu mau?" tawar Vincent, Joy hanya menggeleng.
"Kayanya kamu gapernah makan ya? Liat tangan sama kaki kamu kecil banget" ucap Vincent.
"Nih aaaa" ucap Vincent menyodorkan sumpit berisi ramen pada Joy.
Joy awalnya ogah-ogahan namun akhirnya dia memakan semua suapan dari Vincent.

"Hm kayanya aku masih lapar" gumam Vincent setelah menghabiskan ramen porsi berdua.
"Oh kamu kan pernah nyuruh aku habisin snack, bolehkan?" ucap Vincent. Joy hanya mengangguk.
Mereka menonton tv dalam diam sama seperti kemarin.
"Hm sebenernya aku banyak banget pertanyaan buat kamu skrg, tapi aku gamau kamu ngerasa kebebanin kalau aku paksa cerita" ucap Vincent.
Hening, seperti biasa tidak ada jawaban.
"Aku pingin mati aja" gumam Joy.
Vincent hanya mendengarkan.
"Aku cuman mau mati" gumam Joy lagi.
Vincent masih mendengarkan Joy.
"Sepertinya masalah dia berat banget" batin Vincent.
"Aku pingin mati" lanjut Joy dgn tatapan kosong.
"Aku pingin mati" lanjut Joy lagi.
Vincent segera duduk di sebelah Joy.
"Ssst ssstt ssttt ada aku disini kamu jgn mati" gumam Vincent kembali memeluk Joy.
Joy menarik-narik jempol nya sampai membuat pinggiran jempolnya memerah, Vincent melihat nya dan menggenggam tangan Joy agar berhenti menarik-narik jempol nya.

.
.
.

ADDICT [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang