tanah perantau sudah lama terabai
tidak disapa oleh pengembara
lena dengan keabadian terkutuk
redup,tertutup dan bisu.dingin terkadang singgah dikarung waktu
menarik selimut hingga kemuka
kebiasaan menjadi arus tanpa arah
senada dengan warna kamardari aku kepada tanah
sepatu tidak berlumpur tika hujan
tidak kebasahan terkapar cari teduhan
tanpa debu sawang sawang kota
jejakku menapak pada garis terasingbukan beratapkan langit tengah hari
yang sering mematikan kulit-kulitku
jejak terbatas oleh keadaan
bau rumah bercampur dengan tubuhku
tertutup,terkunci dan terkurungdari aku kepada tanah
tolong sampaikan pada udara
lekas pulih dari sakit
dari kotor dari noda
aku ingin menapak lagi padamubukan cuma menikmati aroma tanah seusai hujan
tapi meninggalkan jejak-jejak tanda aku pernah bercerita tentang keadaan kotamu.Nanti menjangkau senja,sepatuku akan mengimbau nostalgia pada sejarah langkahku dulu.28.10.20
YOU ARE READING
Tentang Lampau Yang Purba
PoetryLampau begitu purba sudah mendiami atma sejak berkurun waktu. Kelak,akan dipertemukan lagi dengan masa depan.