sejak tubuhku menjalar kedewasaan
dini hari adalah tempat tumpah perasaan
aku tidak pintar berbual kosong tanpa kelakar
mata teduh ini cuma tahu erti keseriusan
sejauh sukma bertebaran ada angin-angin rindu pada sebelumnyaKamar menjadi saksi suara hati
meringkuk bersoal tanya pada pantulan cermin
selalu tersalahkan kenang-kenang lampau
atma berombak keliru menanti pantai memujuk
lekas pulang dari keheningan
carilah,pulau yang mendakapmu erat
tanpa mengutuk masa silammumereka bukan tuhan
sepatu-sepatu asing yang sibuk menghakimi
seolah paling benar (kepala-kepala dipesong)
keadaan ngeri itu kau pertahankan?
aku bukan terlahir dari rahim ibumu
bukan manusia kuat melaungkan amarah
minda masih ditawan oleh silam
yang lalu masih menjadi musuh hari ini.30.10.20
YOU ARE READING
Tentang Lampau Yang Purba
PoesíaLampau begitu purba sudah mendiami atma sejak berkurun waktu. Kelak,akan dipertemukan lagi dengan masa depan.