BAB 16 AKHIRNYA

10.7K 2.2K 137
                                    

"Kriwil.."

Langkahku langsung terhenti begitu mendengar panggilan itu. Aku menoleh ke arah kanan dan kiriku. Ini baru saja keluar dari lobi dan akan menuju parkiran, saat mendengar suara itu. 

"Hei..."

Dari arah belakangku, pria dengan tubuh tegap kini melangkah ke arahku. Tentu saja aku langsung berbalik dan kini bersedekap. Di belakangnya ada Ziko yang cengegesan tak jelas. Siapa lagi yang manggil aku kriwil kalau bukan Ziko, dan geng krucil. 

"Apa lu anak kecil? Tak kasih sp baru tahu rasa. Manggil-manggil nggak jelas."

Pria yang ada di depan Ziko tadi malah memamerkan gigi rapinya dan kini sudah berdiri di depanku.

"Aih, ditinggal tugas ke luar kota 2 minggu aja udah galak banget, Bu Bos. Zik, kamu nggak jagain dia apa gimana?"

Ziko kini malah tertawa lebar dan menunjukku "Gue disiksa ama dia, kok malah gimana? Si Jingga semenjak punya calon suami jadi galak deh Dit."

Aku langsung menginjak kaki Ziko yang membuatnya mengaduh dan Dito langsung terkekeh. Yah pria itu adalah Dito, salah satu anak kreatif juga, dan tentunya punya silsilah di grupnya Mama Papa. Dito ini anak sulungnya Om Jono dan Tante Minul. Dia memang lebih tua dariku beberapa tahun, tapi kami memang berteman karena orang tua kami juga bersahabat. Dito ini sangat baik kepadaku, dulu saat aku pertama kali masuk ke kantor juga dia yang ngelindungin aku gitu dari orang-orang yang membully ku. Biasalah kalau anak bos kan banyak yang sirik juga. Katanya aku memanfaatkan kekuasaanlah, apalah. Makanya saat Dito membelaku, aku sangat senang.

"Oleh-oleh mana?"

Aku langsung menodong Dito yang kini malah garuk-garuk kepala.

"Oalah, ketinggalan di rumah Jingga, tadi tuh udah aku siapin gitu, eh tahu-tahu cuma oleh-olehnya anak kreatif doang yang kebawa."

Aku mencibir mendengar jawaban Dito, dia mah lagi lama, alasannya banyak kalau diminta oleh-oleh. Ziko kini malah merangkul bahuku.

"Udah, minta traktir aja gimana Neng? Mumpung Dito lagi banyak duit?"

Aku langsung menganggukkan kepala dan mengacungkan dua jempol/

"Starbuck ya?"

"Setuju...." Ziko dan aku bertos ria, tapi Dito langsung menepuk dahinya.

"Oiiii tanggal tua gini oi, beli kopi rencengan aja deh di warung."

Aku dan Ziko langsung menggelengkan kepala "Americanoooooooo" dan menjawab serentak yang membuat Dito langsung pasrah.

*********

"Bye...byee...." Aku melambaikan tangan kepada Ziko dan Dito. Akhirnya Ziko mengantarkanku sampai rumah, aku memang menyuruhnya membawa mobilku saja, dan besok bisa menjemputku di sini.

"Besok jangan lupa, jam 8 loh."

"Iya Neng, udah sana masuk."

Aku melambaikan tangan ke arah Ziko, dan Dito. Mobilku melaju meninggalkan halaman rumah. Ah senang sih, menghabiskan waktu dengan sahabat. Aku berbalik dan baru melangkah beberapa di atas rumput hijau ini saat aku merasakan ada seseorang yang sedang mengawasiku. Refleks aku langsung menatap depan, dan jantungku langsung berdegup kencang.

"Ma....maaassss?"
Aku mengusap mataku dengan kedua tangan. Jangan-jangan aku halusinasi? Bukankah Orion mengatakan masih 2 bulan lagi baru kembali? Kenapa dia sudah ada di depan rumahku? Atau aku kebanyakan minum kopi nih? Aku masih berdiri di halaman rumah saat sosok itu kini melangkah mendekat. Dia mengenakan jaket jins, dan celana jins. Penampilannya begitu kasual. Wajahnya terlihat bersih, bahkan rambutnya sepertinya baru saja dipangkasnya karena tampak begitu pendek.

"Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam."

Ini beneran aku nggak fatamorgana gitu kan? Eh tapi aku kan nggak kehausan ya? Gimana bisa fatamorgana coba? Aih ngaco otakku.

"Mas, pulang?"
Dia hanya menganggukkan kepala, bahkan kami masih berdiri di sini. Di halaman rumah, di atas rumput jepang yang ditaman Mama sejak aku kecil. Suasana sore juga menambah syahdu dengan berhembusnya angin sore. Aku tidak tahu harus ngapain.

"Mereka siapa?"

"Hah?"
Aku tentu saja bingung dengan pertanyaan itu. Dua bulang tidak bertemu dan dia hanya mengatakan itu? Bukan bilang miss you, rindu, kangen atau sejenisnya. Tapi malah menanyakan hal yang nggak penting.

Orion masih menunggu jawabanku, dan aku malah kini menatap Orion.

"Siapa?" Aku malah membeo.
Orion kini menghela nafas dan dia berbalik, melangkah meninggalkanku yang masih bingung. Lalu dia duduk di sofa yang ada di teras, tentu saja aku langsung menyusulnya. Kini menghempaskan tubuhku di atas sofa yang ada di depan sofa yang diduduki Orion.

"Mas kapan pulang? Kok Jingga nggak dikasih tahu? Kata Tante Ila, Mas masih di New York kemarin? Terus udah  3 hari ini juga susah banget dihubungin."

Aku langsung mencerca dia dengan pertanyaan. Pasalnya, dia memang sudah 3 hari tidak memberi kabar kepadaku. Yang ada aku jadi rajin bertanya ke Tante Ila. Karena meski denganku suka terputus kabarnya, tapi kalau ke Tante Ila, Orion tetap memberi kabar meski hanya satu kali satu hari. 

Orion masih diam saja, dia kini malah menangkup kedua jemarinya.

"Kamu ternyata nggak kangen sama aku."

Eh, dia ngomong apa sih? Aku langsung menatapnya. Dia bersuara lirih, tapi aku masih bisa mendengar.

"Eh, ya kangen. Jingga kangen tiap hari sama Mas."

Loh... aku keceplosan. Aku langsung membungkam mulutku dengan kedua tangan. Sedangkan Orion kini sudah mengalihkan tatapannya dari meja kayu di depan kami ke arahku.

"Hemmm...."

Dia hanya berdehem begitu, lah aku malah sekarang yang panik, dan langsung mengerti arah pertanyaannya tadi.

"Owh maksudnya mereka? Itu tadi Ziko sama Dito, sahabat Jingga di kantor. Tadi tuh ditraktir ama Dito, dia udah 2 minggu tugas di luar kota dan...."

"Ok. Aku pulang."

Tiba-tiba Orion beranjak berdiri membuat aku bingung. Tentu saja aku juga ikut berdiri.

"Loh, kok udah pulang? Jingga kan masih kangen?"
Orion kini menatapku, tapi kemudian menelitiku dari atas sampai bawah.

"Jadi?"

Dia malah bertanya, aih dia godain aku atau gimana sih? Nyebelin. Aku kesal. Kuhenttakkan kakiku, "Ya udah. Mas mau godain Jingga ya? Emang enak apa, selalu dicuekin sama Mas. Ngabarin juga sehari cuma 1 kali itupun kalau ingat. Kalau enggak bisa 3 hari tuh. Tahu kan? Jingga paling nggak suka digituin. Sekarang pulang, malah bilang kayak gitu. Jingga sebel sama Mas."

Aku langsung berbalik dan ingin masuk rumah saat tanganku tiba-tiba dipegangnya. 

"Dek, maaf."

Aku kembali berbalik dan kini menatapnya. Orion tampak canggung lalu melepaskan tanganku. Kini dia mengusap tengkuknya.

"Mas cuma ingin kamu istirahat dulu. Nanti malam Mas ke sini lagi. Tadi baru nyampe terus ke sini."

Aku mengerucutkan bibir, jadi dia di sini cuma nungguin aku dari tadi?

"Kangen."

Ih aku kok merajuk ya? 

Orion mengulurkan tangan untuk mengusap rambutku.

"Sama. Tapi Adek istirahat dulu ya?"
Dia melangkah mundur dan kini melambai. Sebelum berbalik dia mengatakan nanti malam, dan aku memang tidak bisa mencegahnya. Toh dia sudah kembali pulang, jadi waktu kami masih banyak.

BERSAMBUNG

EHMMM BABANG ORION BALIK NIH RAMEIN YUK

Assalamualaikum Mas PilotTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang