"Secepat itu?"
Aku menatap Orion yang hanya menganggukkan kepala. Dia ini sejak datang ke rumah dan berbicara dengan Papa Mama wajahnya juga tetep serius begitu. Aku kan pingin ngobrol berdua, mengenal lebih dekat gitu. Lah kan baru itungan hari juga kita kenal dan aku menerima lamarannya. Toh aku juga belum mengenal dia lebih baik. Eh ini malah bilang sama Mama dan Papa kalau pernikahan harus dilaksanakan dalam kurun waktu kurang dari satu bulan ini. Alasannya dia udah ambil itu jadwal off buat nikah. Lha kok dia kayak orang mau buru-buru banget nikahin aku?Kami sudah duduk di teras rumah, tadi selama 2 jam Orion berdiskusi dengan Papa dan Mama. Ada kedua orang tua Orion juga. Aku tidak menyangka akan secepat ini urusan serius tentang menikah.
"Kita belum kenal loh Mas."
Akhirnya aku mengatakan itu. Orion hanya melirikku sekilas, dia kembali menekuni ukiran yang ada di meja kayu di depan kami. Kayaknya aku sama ukiran memang kalah, deh. Dia ini kangen nggak sih sama aku? Kok kayak aku yang bucin banget sama dia.
"Kenal setelah menikah, lebih bagus."
Jawabannya dalem ya. Tapi aku kan... duh gimana coba ngomongnya?
"Mas juga belum jelasin sama aku tentang Randu, kenapa tiba-tiba Mas berusaha ngerebut aku dari dia. Dan Randu juga, aku kayak ada di sebuah permainan deh ini."
Aku menatap Orion yang akhirnya mengalihkan tatapannya ke arahku. Dia hanya mengulas senyum tipisnya, tapi kemudian kembali ke wajahnya yang datar.
"Nggak baik buka aib seseorang. Toh kamu udah mau nikah sama aku."
Ih nyebelin.
"Siapa yang mau?"
Mata Orion melebar mendengar ucapanku. Rasain deh, emang aku cewek apapun? Eh tapi emang iya sih aku udah jatuh ke pesona balok es ini. Aku receh banget ya, cuma dikasih es batu aja langsung meleleh.Orion berdehem, tapi kemudian dia kembali terdiam. kali ini dia malah menatap jam yang melingkar di tangannya.
"Makan, yuk."
Eh malah ngajakin makan? Belum aku menjawab dia sudah beranjak berdiri. Lalu tanpa menungguku mengatakan iya, dia sudah membuka pintu mobilnya yang memang diparkir di halaman rumah. Pantas saja, cuma ke sini doang ngapain dia bawa mobil? Orang rumahnya juga cuma 5 langkah. Tapi ternyata mau ngajakin aku pergi. Eh kencan ini maksudnya?
"Mau makan di mana? Di dalam juga banyak makanan."
Aku menunjuk ke dalam rumah, tapi Orion sudah membuka pintu mobilnya dan mempersilakan aku masuk ke dalam mobilnya. Aku akhirnya menurut dan diam saja ketika Orion melajukan mobilnya. Suasananya kok canggung banget ini, dia yang diam saja dan aku yang malas untuk berbicara. Habis ngomong sama dia tuh ngeselin.
"Adek mau makan apa?"
Eh dia bertanya loh?
Aku hanya menggelengkan kepala, "No idea. Nggak laper sih Mas. Tapi kalau Mas maksa, makan di resto jepangnya Mas aja. Kangen mau makan udonnya. Boleh?"
Astaga Jingga. Aku kayak orang yang rakus makan ya? Yah hilang sudah mau jual mahal. Orion akhirnya menganggukkan kepala dan tak menanyakan apapun lagi. Dia serius mengemudi dan aku serius jadi bucinnya dia, dih malu-maluin emang.
*****
"Ehm kenapa nggak menetap aja gitu. Udah punya restoran, cafe, kurang apa coba? Makannya juga enak loh ini."
Aku berbicara sambil mengunyah chicken teriyaki yang baru saja aku suapkan ke dalam mulut. Dan sejak tadi si es balok ini hanya menganggukkan kepala, menggeleng tapi tidak bersuaara. Batreinya habis kali ya.
"Kan kalau Mas di sini, Jingga juga nggak perlu merasa khawatir terus. Nggak enak juga ngawatirin orang yang nggak pernah peduli."
Ih aku kok jadi merajuk ya? Orion hanya tersenyum tipis, tapi dia tidak menjawab. Malah kini menambahkan teriyaki ke piringku.Aku sebel dicuekin dan dianggurin gini, alhasil aku malah makan banyak-banyak apa yang terhidang, sampai aku tersedak sendiri dan Orion mengusap-usap punggungku.
"Pelan-pelan."
Dia mengambilkan ocha dan menyuruhku meminumnya. Aku hanya mengerucutkan bibir, malas juga bicara nggak ditanggepin.Tapi kemudian aku merasakan usapan lembut di rambutku, membuat aku menatap Orion.
"Sabar ya, akan indah pada waktunya."
BERSAMBUNG
KAMU SEDANG MEMBACA
Assalamualaikum Mas Pilot
RomantikDikejar deadline nikah. Itulah yang aku rasakan, Mama selalu mengatakan ingin segera punya cucu, padahal aku masih asyik melajang. Tentu saja, di usiaku yang sudah menginjak 25 tahun, harusnya masih senang berkarir dan ingin mengembangkan passion la...