Bab 07 Cinta

10.6K 2.1K 53
                                    

Aku makin bingung dengan ucapan Orion. Sumpah, aku tidak tahu mana yang bisa dipercaya. Mau ngomong sama Mama atau Papa pun aku malah dikira halu. Dugaanku meleset terhadap Randu. Dia beneran cowok normal, maksudku tadinya aku pikir Randu itu...
Kugelengkan   kepala untuk menjernihkan otakku.

"Aiihhhhh.... Bingung."

Lalu tatapan Ziko yang siang ini nagih uang bensin dan ngajakin makan di restonya Orion ini membuat aku keki.

"Ish ish bingung kenape Neng?" Ziko kini menyeruput es tehnya dan membuat aku menelan ludah. Pasalnya aku lagi demam, flu dan batuk. Tidak boleh minum es. Sama Randu kemarin juga dikasih obat harusnya suruh istirahat di rumah, tapi aku nekat berangkat kerja. Dan ujung-ujungnya cuma dipalak sama si Zik-Zik.

"Makan lu banyak."

Jawabanku membuat Ziko malah menyeringai dan tak mempedulikan ucapanku. Dia makin melahap ramen di depannya. Aku kini menyobek-nyobek tisu yang udah aku buat lap ingus tadi.

"Ih.. Astaga. Cewek kok jorok. Neng, buang nggak itu?"

Ziko langsung melotot melihat tanganku yang masih aktif menyobek-nyobek tisu. Membuat aku malah kini terkekeh, suka godain dia. Aku langsung mendekat dan mengangkat tanganku untuk mencubit nya tapi Ziko langsung beranjak berdiri.

"Awas lu ya... "

Ziko malah membawa mangkuk ramen bersama dirinya. Aih lucu.

"Apa sih Zik... Ini tuh baru. Tuh ambil dari kotaknya."

Tapi Ziko menatapku tak percaya. Ah dia mah nggak gampang ketipu.
Aku sudah ngakak saat tiba-tiba ada seseorang yang melangkah ke arah kami. Ah si perusak suasana.

"Zik, gue ke toilet bentar."

Aku langsung beranjak berdiri dan kini segera melesat ke toilet sebelum Orion sampai di tempat kami. Aih aku nggak mau mendengar ocehannya itu. Aku nggak mau bimbang lagi. Randu calon suami ku. Titik.

****

Aku menatap kanan kiri, atas bawah. Lalu ke arah toilet yang sudah 15 menit aku gunakan untuk bersembunyi. Aih aku kenapa sih? Akhirnya aku menegakkan diri, membenarkan blazer warna biru muda yang aku pakai hari ini. Menatap sepatuku yang tampak kotor karena tadi malah terkena air. Aish aku ini emang jorok beneran.

"Bismilah."

Aku melangkah keluar dan menuju tempat aku duduk tadi. Tapi si Ziko nggak ada di tempatnya. Semprul kemana tuh bocah?

Aku segera melangkah mendekati masnya yang tadi melayani kami.

"Mas, boleh tanya?"

Masnya yang memakai seragam merah itu kini menoleh ke arahku dan tersenyum dengan ramah.

"Iya Mbak... "

"Ehm Masnya liat temen saya di sini nggak?"
Aku menunjuk tempat duduk Ziko. Masnya tampak mengernyit tapi kemudian menganggukkan kepala.

"Owh, iya. Tadi diajak sama Bos Orion, ke dapur."

"Hah?"

Masnya malah menganggukkan kepala. Duh gusti. Ngapain si Ziko malah ngikut si es? Aku langsung duduk kembali dan menyesap air putih hangat ku. Iya aku cuma pesen ini. Nelangsa. Tapi kalau kata Randu malah sehat ya sudah nurut saja.

Ponselku tiba-tiba berbunyi dan aku segera mengambil dari slingbag ku. Nama Randu langsung membuatku tersenyum.

"Halo"

"Hai juga Dokter."

"Bagaimana pasien ku hari ini? Nggak kerja kan?"
Waduh ketahuan. Aku segera beranjak berdiri dan melangkah ke arah samping dari resto yang tampak sepi. Ada taman kecil di sana dan aku segera duduk di kursi besi warna putih yang tersedia.

"Owh... Enggak. Ini lagi tiduran aja."

"Seneng dengernya. Owh iya, Jingga besok aku sama Mama Papa ke rumah ya?"

"Hah?"
Aku melongo mendengar ucapannya. Dia mau ngapain coba? Masa ke rumah sama ortu?

"Loh kok Hah? Aku mau ngelamar kamu. Aku cinta sama kamu Jingga."
Deg

Astaga.

Tapi sebelum aku bisa menjawab, aku malah bersin dan batuk-batuk yang membuat suasana lamaran romantis itu buyar.
****

Sudah pilek, kena es lagi. Makin parah kan?! Nah itulah keadaanku saat ini. Si Ziko emang beneran  ya tadi dia sekembalinya dari dapur sama Orion yang ternyata disuruh nyicipin menu barunya Orion, dia malah pamit karena dapat panggilan dan Mas Raka, bosnya dia di bagian kreatif. Dan yah aku ditinggal sendiri di sini. Nah saat mau balik lagi ke kantor aku malah makin parah bersin dan batuknya. Alhasil sama Orion ditahan dan dibawanya ke lantai atas. Tempat ruangan Orion berada. Disuruh minum susu hangat dan duduk di sofa yang membuatku ngantuk. Sedangkan Orion sejak tadi cuma mendiamkan ku dan dia sibuk dengan entahlah pembukuan atau apa di meja kerjanya.

"Aku balik, deh."

Aku meletakkan gelas susu hangat yang masih ada isinya separo. Mendengar ucapanku Orion malah beranjak dari duduknya dan melangkah ke arahku. Dia berdiri di depanku dan memasukkan kedua tangannya di saku celana.

"Randu udah bilang?"

Aku menatap Orion dengan sinis.
"Bilang apa?"

Orion tidak menjawab, dia malah kini duduk di depanku dan mengusap dagunya. Memamerkan rahangnya yang kokoh dan bekas bercukur.

"Yakinkan hatimu dulu, Jingga."

Bersambung

Hemmm aku udah yakin kok mas Orion... Pilih kamu eaaa..

Yang mau emak bapaknya dan oma opanya Jingga ya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Yang mau emak bapaknya dan oma opanya Jingga ya. Ada paket nih cuma 150 rbu yuhuuu

Assalamualaikum Mas PilotTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang