Ada rasa yang lain. Tapi aku juga tidak tahu rasa apa ini. Setelah bertemu dengan Orion tadi, entah kenapa hatiku yang selama ini gamang, tiba-tiba merasa tenang. Padahal sebelum bertemu Orion, selama satu bulan ini banyak hal-hal yang kupikirkan. Aku bahkan sempat ingin menggagalkan pertunangan ini karena Orion yang tidak ada kabar berita. Terkesan dia hanya menggantung ku begitu saja. Aku sendiri juga bingung apa yang terjadi padaku saat ini.
"Lu tuh lagi jatuh cinta. Udah deh bener tebakan gue."
Aku langsung menatap kesal ke arah Ziko.Dia ini emang gangguin. Padahal aku udah menguap dan berpamitan untuk masuk ke dalam kamarku, tapi dia menahanku. Kami memang masih ada di kamar Bang Angga yang paling gede dan ada ruang tamunya. Sedangkan aku dan Ziko memang memilih memesan kamar saja.
Bang Angga sedang ngobrol serius dengan Mahesa. Ponakan yang nggak mau memanggilku Tante dan aku juga malah seneng kalau dia memanggil Mbak. Berasa muda terus. Silsilah keluarga tetap kami hormati, dan tahu. Hanya sekedar panggilan bagiku tidak masalah. Toh Mahesa juga masih sangat sopan kepadaku. Berbeda dengan Mahendra, kakak Mahesa dan anak Bang Angga yang tertua. Mahendra kalau bertemu denganku pasti panggilnya aunty.
Jarak usia kami yang hanya beda satu tahun, tetap membuatnya mematuhi silsilah keluarga. Mahendra sekarang juga sedang meneruskan pendidikan di London. Dia mendapatkan beasiswa di salah satu universitas ternama di sana. Anaknya Bang Angga memang tokcer semua otaknya.
"Emang mata gue ada lope-lopenya?"
Aku mengganti channel televisi dan menemukan channel National Geographic.
"Neng, udah akui aja. Lagian, Mas Pilotnya ganteng gitu. Lu kan bisa keliling dunia juga entar."
Beuh. Kagak nyambung. Anak juragan jengkol ini memang kalau ngomong kadang nggak dipikir dulu.
"Nggak usah bahas gue, gimana cerita lu sama dedek imut? Alias Nada Angelica Putri?"
Ziko langsung melempar bantal yang tengah didekapnya ke arahku. Mukanya sudah merah padam dan aku ngakak. Nah aku tahu kelemahannya.
Semua juga sudah tahu, kalau Ziko ini naksir berat sama putrinya Om Miko. Salah satu sahabat Mama juga. Om Miko punya putri sulung yang bernama Nada. Anaknya imut-imut, cantik dan menggemaskan. Sayang, masih kelas 1 SMA. Tapi si Ziko ini keliatan banget naksir berat.
"Neng, gue tinggal pulang ke rumah kalau lu nyebut si Nada."
"Ecieeee...merah euy.. Merah itu pipi."
Ledekan ku membuat Ziko kini malah mendekat ke arahku dan mengacak rambutku.
"Bang Angga, adeknya nakal nih."
Tuh kan bisanya ngadu. Uh Zik Zik nggak asyik.
*****
Akhirnya aku bisa merebahkan diri di atas kasur. Lelah mendera ku. Seharian ini keliling dan akhirnya tadi bertemu dengan Orion. Dia memang berpamitan pulang ke hotel tempatnya menginap. Jauh dari sini. Jadi aku memang menyuruhnya pulang sebelum kemalaman. Dan aku pikir kita akan lebih maju satu langkah. Karena sudah saling ngobrol gitu. Tapi dia tidak menghubungiku lagi. Baik pesan atau telepon. Bahkan sekarang sudah menunjukkan pukul 1 malam dan Orion tidak mengabariku apapun.
Aku sudah meminta untuk mengabariku kalau sampai hotelnya. Tapi apa coba? Dia tetap Orion, kulkas yang sangat dingin.
Mataku baru saja mau terpejam saat mendengar sebuah pesan masuk ke dalam ponsel. Dengan mengantuk, aku mengambil ponsel di atas nakas. Menyipitkan mata dan terkejut mendapatkan pesan dari Orion.
Mas Pilot : Adek
Pipiku langsung memerah membaca panggilan itu. Ih dia udah ber adek adek saja.
Jingga : Ya Mas
Mas Pilot : belum bobok?
Jingga : nungguin Mas kasih kabar. Nyasar ke hotelnya?
Mas Pilot : owh
Nah kan. Balasannya buat kesal. Masa cuma dikasih owh aja. Aku segera mengetikkan jawaban lagi.
Jingga : ih nyebelin. Kan aku udah bilang tadi, kasih kabar gitu kalau udah nyampe hotel
Mas Pilot : udah kok
Jingga : belum ya? Kapan?
Mas Pilot : sama Hesa
Pingin aku cubit itu pipi. Yang tunangannya sekarang siapa? Kok malah ngabarin Hesa?
Jingga : lah, apa hubungannya sama Hesa? Kan aku yang minta kabar
Mas Pilot : tadi Hesa juga bilang gitu. Makanya sekalian
Dasar kutu beras. Aku menghela nafas dan menatap langit-langit. Emang susah ya buat kulkas jadi panas.
Jingga : ya udah. Ngantuk
Mas Pilot : ok. Met malam.
Lah. Gitu aja? Aku menatap layar ponselku. Masih menunggu dia mengirimkan pesan.
Krik krik krik. Tapi aku malah melihat kalau statusnya menjadi off line. Duh gusti, paringono sabar.
......
Bersambung
Nah udah dijelasin ya kenapa Hesa manggilnya Mbak. Dan udah disebutin anaknya Angga yang pertama. Sabar dong ah kalau baca. Kan ini baru awal ya enggak semua bisa disebutin anaknya Angga, Miko, Hafidz dan semuanya. Ikutin alurnya saja ya. Sabar menunggu
KAMU SEDANG MEMBACA
Assalamualaikum Mas Pilot
RomansaDikejar deadline nikah. Itulah yang aku rasakan, Mama selalu mengatakan ingin segera punya cucu, padahal aku masih asyik melajang. Tentu saja, di usiaku yang sudah menginjak 25 tahun, harusnya masih senang berkarir dan ingin mengembangkan passion la...