martabak, satu

261 65 5
                                    

Terdengar suara ketukan pintu berirama di penghujung senja hari libur itu. Satu rumah terlihat sepi, kecuali senyap yang gagal hadir karena Yasmin sibuk dengan speaker JBL nya—hasil menabung dari kecil, katanya.

Sambil di temani samar-samar bunyi lagu korea yang diputar Yasmin, suara ketukan pintu justru hampir menyamai beat musik yang terdengar, membuat si pemilik kamar akhirnya bersiap dengan sapu lidi sebelum benar-benar menggenggam ganggang pintu.

"Satu.. dua..," hitungnya perlahan dari balik pintu. Dia tahu, siapa yang suka mengganggunya setiap sore hari—merengek untuk membajak motornya, lagi.

"Ti..," hitungan gadis itu justru di akhiri dengan tanda tanya setelah melihat sosok yang bermain dengan pintunya daritadi. "Ga–?"

"–eh, Jun, sorry ini tadi gue habis bersih-bersih pake lidi, hehe. Kenapa ya?" lanjut Reva dengan senyum canggungnya.

Reva menurunkan acungan sapu lidi kecil miliknya yang biasa ia gunakan untuk membersihkan kasur dari remah cemilan keripik kentangnya. Perempuan itu hanya tersenyum tipis—sedikit canggung setelah mengacungkan sapu lidi ke arah laki-laki di depannya.

"Haha, sorry gue berisik. Lo lagi sibuk ya- woah! Itu desain interior?" ujar Juna dengan antusias. Pria itu mengintip, melihat ke arah laptop yang menyala—menampilkan bidang milimeter untuk mendesain hal-hal yang harus di buat detail nya oleh Reva.

"Oh, iya. Kerjaan kemarin, kan habis ketemu client," jawab Reva setelah memastikan bahwa yang terlihat adalah aplikasi CAD¹ miliknya, bukan web vlive yang justru ia lihat sebelum mengganti tab di laptopnya dengan aplikasi CAD. "Kenapa, Jun? Mau ngomong di dalem?" tanya Reva.

"Nggak kok. Gue cuma mau ngajak lo kalau mau ikut. Berangkatnya habis maghrib sih soalnya Juwita tadi nitip marta–"

"KAK AKU MAU JUGA!" teriak Yasmin dari ambang pintu, memutus penjelasan Juna yang sekarang menoleh keheranan ke arah kamar sebelah.

"Heh, lo ngapain sih? Kecilin tuh speakernya!" Ujar Reva setelahnya. Perempuan itu ikut mengintip dari bingkai pintu, menatap tajam perempuan pemilik kamar sebelah. "Sana, masuk lagi!"

"Ngusir ngusir aja sukanya.. heran kok Kak Jun suka modelan begitu," gumam Yasmin. Perempuan itu mendengus, lantas menjulurkan lidahnya pada Reva sebelum menutup pintu kamarnya dari dalam.

"Jadi?" Tanya Juna. Pria itu menunjukkan eyes smile nya, membuat pemilik nama Reva itu harus terpaku melihat pemandangan di depan nya untuk sesaat.

"Oh, iya. Bentar, gue ikut. Kebetulan butuh nyemil, iya. Bener, bentar ya."

Reva berbalik, menutup pintunya setelah Juna memutuskan untuk menunggu di ruang tamu. Wajah kepiting rebusnya mungkin bisa terlambat di sadari Juna jika ia tidak bertindak cepat, bukan?

Peduli apa dia dengan penampilan. Celana training dengan kaos putih berlogo siluet simbol film starwars itu yang ia kenakan sekarang. Hanya mengambil jaket abu-abu favorite nya dan ponsel sebelum terburu lari menyusul Juna.

"Cih, kasmaran. Di ajakin ogah-ogah padahal demen."

Yasmin mengatai suara pintu kamar sebelahnya yang tertutup rapat, di tambah suara derap langkah kaki kakak nya memenuhi lorong depan kamarnya. Perempuan itu tidak ambil pusing, justru persiapan skripsinya yang harus ia pikir, bukan mengurusi kakaknya yang notabene pacaran pun tidak pernah, kecuali dengan si Kontrak itu.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Twelve Months ; Jeno Ryujin ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang