topi

459 119 1
                                    

Reva melangkah gontai setelah masuk dari pintu belakang bangunan yang selalu ramai di saat malam hari.

Bangunan itu identik dengan diskotik, bar dengan berbagai macam minuman berakohol, pole dancing, karoke dengan pemandunya yang seksi, dan tidak lupa fasilitas kamar one night stand yang disediakan di tempat itu.

Iya, Reva bekerja disini.

Dengan latarbelakang hidupnya yang kacau dari kecil, dia harus membanting tulangnya untuk mencari pekerjaan. Selama sekolah, yang bisa ia lakukan adalah kerja serabutan. Di siang hari ia sekolah, mulai sore bekerja hingga malam.

Ia bekerjasama dengan adiknya. Adiknya mengerjakan tugas sekolah nya yang bukan mata pelajaran kejuruan, sedangkan dirinya mengerjakan mata pelajaran kejuruan dan pergi bekerja.

Seperti itu selama hampir tujuh tahun. Setelah di tinggal pergi ibunya dan hanya mendapat harta warisan berupa rumah dan berberapa nominal uang, Reva akhirnya memutuskan untuk bekerja sambil belajar.

Bagaimana pun, Yasmin, adalah satu-satunya anggota keluarga yang tersisa baginya.

Reva menguatkan niatnya, dia berjalan perlahan ke tempat dimana semua pesanan di catat. Ada satu temannya yang bekerja disana, dimana ia memberikan rekomendasi nama untuk menemani satu malam dengan harga tertentu.

"Psst, Ci."

Jari lentik Reva bergerak, mengode agar temannya datang menghampirinya.

Dia hanya mengintip dari celah pintu, tidak berani untuk membukanya atau orang-orang di lobby itu bisa-bisanya melihat ia.

Beruntung temannya mendengar, lantas datang dengan wajah kebingungan. Tumben sekali Reva mampir, biasanya perempuan itu lebih memilih langsung terjun bekerja. Dia tahu apa alasan Reva bekerja disini.

"Tumbenan, kenapa?" Tanya temannya. Ia sudah keluar dari meja yang menyerupai tempat resepsionis itu. Dan sekarang menghadap pada perempuan manis berambut hitam sebahu didepannya.

"Iya, jadi gue butuh uang semester buat adik gue. Dan harus bayar banyak kayaknya, butuh uang yang lain. Ya udah, intinya gue butuh uang."

Temannya menimang perkataan Reva. Dia tahu apa maksudnya. "Ya udah, terus gimana? Hasil mandu karoke kurang?"

Reva menggaruk tengkuknya, sedikit mengangguk sebagai jawabannya. "Iya, jadi gue mau..,"

"Mau apa?"

"Lepas mahkota gue." jawab Reva datar.

"Hah? Gila ya lo!"

Sedetik kemudian, Reva menaruh jari telunjuk tepat di bibirnya. Meminta temannya untuk diam.

"Diem, jangan berisik gitu."

Temannya memijat pelipisnya sendiri, memutar otak memikirkan cara lain. Pasalnya, Reva tidak bekerja di bidang itu, dan ia tahu hal semacam itu adalah yang pertama kali bagi Reva.

"Lo mikir lah Rev, mending kerja nyari yang lain deh. Jangan relain punya lo sendiri."

Reva menggeleng cepat. "Gue butuh uang dalam waktu dekat, Ci! Please, kasihan adik gue nanti.."

Akhirnya, dengan berat hati temannya mengalah. "Okay, okay! Jadi lo mau malam ini juga?"

Yang di tanya berpikir sejenak. Dia tahu ini sangat beresiko, bahkan tanpa sadar jari-jari kecilnya meremat ujung kaosnya sendiri.

"Iya, Ci. Gue beneran butuh uang."

Dengan segala keberanian, Reva mengiyakan pertanyaan temannya dengan suara bergetar.

Twelve Months ; Jeno Ryujin ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang