tweleve months

690 66 9
                                    

Keempatnya serempak berdesakan dengan posisi tidur tengkurap. Sama-sama penasaran dengan isi video yang ada di dalam sana.

Jari Mika mulai bergerak, menekan video tersebut.

Semuanya nampak keheranan, melihat layar hitam yang terlihat di layar Mika selama lima detik, sebelum indera pendengaran mereka menangkap suara alunan mirip piano-tersengar sangat samar-membuat Mika menaikkan volume suara speaker miliknya.

Alunan itu terus berbunyi, dan ketiga teman Reva hanya diam mendengarkan, tidak tahu siapa yang memainkan lagu itu, bahkan merekamnya-terdengar direkam dengan peralatan seadanya.

Reva terdiam, mendengarkan alunan piano itu sampai di ujung lagunya. Tetap tidak berkomentar apapun, dan layar itu kembali menampilkan satu cuplikan dengan latar berbeda. Terlihat itu adalah pemandangan suatu stadion yang sengaja diedarkan kameranya dari ujung hingga ujung-membiarkan berakhir untuk merekam satu punggung perempuan yang beranjak turun dari tangga.

Keterangan yang tertulis di pojok kanan bawah merupakan keterangan waktu di mana video itu diambil-membuat Reva kembali merasakan debaran di dadanya.

"Itu kok kayak lo sih, Rev?" tanya Julia polos. Perempuan itu tetap menompang dagu dan terus melihat ke arah laptop, walaupun Reva tidak menjawabnya.

Cuplikan kembali berganti di mana kamera mengarah ke salah satu kaki dengan celana jeans dan sneaker biru tuanya. Jelas, sekarang Mika yang menyadari siapa sosok yang daritadi muncul di dalam video mereka.

"Rev, itu kayaknya sepatu yang suka lo pake nggak sih?"

Reva tak menjawab, tetap diam mendengarkan alunan lagu yang tercipta di sana. Perempuan itu tahu, di mana video itu diambil-saat mereka tampil pertama kali di café milik keluarga Mika.

Cinan kembali menimpali, "Itu manggung di mana sih?"

"Cafe gue deh kayaknya," jawab Mika sambil berpikir.

Seingat Reva, semua orang yang ada di sana fokus dengan alat musiknya masing-masing. Tidak ada yang memegang ponsel-terutama orang yang Reva curigai atas semua cuplikan ini.

"Ini Juna bukan yang ngirim kaya gini?" Tanya Cinan ketika cuplikan kembali menghitam-mungkin hendak berganti scene nya.

Mika mengangguk, "Bisa jadi, sih. Tapi emang Juna kaya gitu? Masa sih?"

Julia menyikut Mika. "Lo malah balik tanya ya kita nggak tau lah!" jawabnya dengan gemas.

Ketiga perempuan itu sibuk berebut ketika satu klip terakhir muncul di hadapan mereka. Sebuah video dengan latar kota Jakarta dari ketinggian. Langitnya sedikit menggelap, mungkin baru saja bertranformasi dari semburat jingga, jika dilihat dari nuansa ungu sebagai latarnya.

Ketiga perempuan itu bungkam, mengikuti Reva yang semakin mengerti siapa, kapan, dan kejadian apa yang ia lihat sekarang. Ia tahu, itu saat di mana dia dan Juna berada di bekas landasan helikopter selepas pulang kerja.

Dan lagi-lagi, gerakan kamera itu terhenti pada punggung perempuan yang tengah berdiri di tengah huruf H dengan tegap. Rambutnya tersapu angin ke arah kanan, dan betapa simetrisnya sang pengambil gambar membiarkan frame video itu sejajar dengan landasan helikopter-sempurna.

Tiba-tiba, semua layar menghitam. Tak meninggalkan apapun kecuali keheningan di antara mereka berempat.

"Hah, udah nih?" Tanya Julia sambil menepuk laptop milik Mika.

Mika segera menyingkirkan tangan temannya itu. "Apaan sih ditepuk-tepuk, ini udah habis tau!"

Jari Mika kembali bergerak, memperlihatkan menit video yang habis ditonton mereka semua. "Laptop gue bukan motor yang lo tendang tau tau gak jadi mogok ya, Julia."

Twelve Months ; Jeno Ryujin ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang