2

525 21 9
                                    

Hari itu tepat pada tanggal 2 Juli 2020, moment yang tak bisa kulupa. Saat kedua keluarga berkumpul, saling tatap, saling melengkap, bahkan saling mengakrab.

" MashaAllah cantiknya " pujian demi pujian terlempar untukku, setelah perias usai menyelesaikan jobnya untuk mendandaniku. Aku menatap diriku sendri dari balik cermin, berperang dengan pemikiran yang masih tak percaya. Memejamkan mata, menikmati degupan jantung yang berirama. Tetamu sudah mulai berdatangan, duduk dan menanti pasangan dari pemeran utama. Hari itu kurasa benar benar milikku, aku sangat bahagia

" Mobilnya sudah datang! " Ujar tamu laki laki karena mereka berada di ruang tamu sedangkan tamu perempuan berada di dalam. Mataku melirik mencari sesosok dari pemeran utama itu, tapi terlalu bernyali jika aku melakukannya, karena aku sendri pun masih kacau dalam berperang melawan rasa grogi yang melanda.

" Assalamualaikum umi " Kuhampiri wanita hebat yang telah melahirkan sesosok pasangan dari pemeran utama dalam kisahku. Kucium punggung tangannya dan mempersilahkannya duduk disampingku.

Bismillah.. Perlahan acara dimulai, acara perkenalan keluarga sekaligus lamaran kami. Ada cerita tak terduga di balik peristiwa ini, tapi banyak hikmah yang bisa ku petik darinya.

Setelah acara pembuka selesai kini giliran acara utama sekaligus acara yang paling dinanti oleh para tetamu undangan.
" Ayu.. Sini nak " ...Abi ku memanggil sembari melambai tangan
" Ayu pak? " aku terkejut sembari memastikan apakah panggilan tadi itu nyata? Atau hanya efek pikiranku yang terlalu abstrak.
" iya " jawab bapak dengan tersenyum

Ku langkahkan kakiku penuh dengan rasa tegang, gemetar rasanya, lebih dari demam panggung saat akan ujian pidato di pondok.

" Mas afif kan disini mau melamar ayu, apa ayu bersedia? "

Air mataku menetes haru, aku benar benar merasakan rasa bahagia yang luar biasa, bahkan tak bisa ku lukiskan hanya dengan kata kata..
Aku hanya mampu mengangguk sembari menutup mataku, tak sedikitpun berani kedua bola mata ini menatap luas tetamu yang hadir penuh dengan wajah wajah bahagia

" Dalam lamaran ini ayu menerima bukan karena unsur paksaan kan? Menerima karena hati ayu sendri? "

Aku kembali mengangguk.. Dan hanya itu yang bisa kulakukan. Aku tak berani berkata bukan karena apa, tapi karena saking bahagianya dan masi tidak menyangka bahwa semua ini nyata. Maa Qodarullohu khoir

Berlanjut pada sesi pemasangan cincin. Ibunda Afif lah yang memasangkan dijari manisku dengan wajah yang penuh haru bahagia. Ia memelukku sembari mengucapkan barakallah untukku..



Dalam Satu AamiinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang