22

103 9 0
                                    

Darah?!

Puasa pertama rasanya berat sekali, baru jam sepuluh pagi tapi rasanya sudah sangat lapar, bahkan rasa lapar dikala hamil dua kali lipat lebih terasa dibanding waktu sebelum hamil. Aku mulai gelisah sendiri diatas kasur, sedari tadi sinyal juga tak mendukung, ingin tidur namun perut terasa tak enak, serba salah rasanya.

" mas.. Ade ga kuat puasa"

" yaudah batalin aja ya.. Ga usah puasa dulu gapapa lagipula juga udzur kan ade hamil, trimester awal lagi.."

" mau ice cream tapi"

" yaudah yok beli di alfamart sekalian beli jajanan karna kan gada makan siang, tapi ade makan pisang dulu buat batalin puasa, kasian dedenya di dlm perut"

" hmm okey"

Ternyata rasa puasa saat awal kehamilan memanglah berat, memang aku tak nafsu makan namun terkadang pula diwaktu yang berbeda muncul rasa lapar yang berlipat ganda dari biasanya.

Seusai kumakan satu buah pisang, segera kuambil tas slempang yang berwarna hijau, berjalan mengekor mas Afif yang langkahnya jauh lebih cepat dibandingku.

" Jangan lupa kunci pintu beb".

Ia menyodorkan kunci pintu padaku, kuambil kunci yang sudah agak bekarat itu dari genggamannya dan langsung menutup pintu. Done sesuai perintah.

Udara di jam sepuluh ini panasnya sangat terik, walau daerah sini masih banyak sekali pepohonan namun rasa panasnya matahari menerobos masuk lewat celah celah yang ada. Kutatap wajahnya dari kaca spion, tatapannya tajam fokus menelusuri jejalanan, dahinya sudah berkeringat padahal kami berdua belum lama berada dijalanan.

Delapan menit sudah kami telah sampai di toko mitra, satu satunya swalayan yang berada dekat dari kediaman kami.

" Aku aja yang masuk, mas di motor gapapa kok dari pada cape jalan"

" Okey, jangan lama lama ya"

Kumengangguk sambil segera berjalan masuk. Mengambil satu keranjang yang telah tertata disamping pintu masuk.

Kulangkahkan kakiku menuju tempat perjajanan, kedua manik mataku terbelalak menatap jejeran jajan yang tersusun rapi, syurga dunia..

Malkis, jajan pokok yang memang tak boleh terlupakan. Setelah kukira cukup segera kuberjalan mengambil ice cream dan membayar semua perbelanjaanku dikasir.

Rasanya sudah sangat lapar bahkan aku tak sanggup untuk menahannya, ditengah perjalan dua ice cream sekaligus kumakan dengan lahap, sesekali mata kami saling bertatap lewat spion, kelihatannya dia memata mataiku sedari tadi.

" maaf abis ga bisa ditahan lapernya"

" iya tau kamu kan tukang laper"

" ga gitu, kali ini yang laper kan dede janinnya mas"

" udah selesai makan kan? Sekarang pegangan.. Mas mau agak cepet ini panas banget soalnya"

Aku mengangguk sambil memeluknya dari belakang..

Ahh nikmat sekali pembatalan puasa ditengah panas seperti ini.. Astagfirullah setan :v

Sejak kejadian pembatalan puasa itu aku jadi memilih untuk mengambil yang tidak berpuasa karena fisikku juga lemah, takut jika terjadi suatu hal. Toh juga wanita yang sedang hamil mendapat rukhsoh untuk tidak berpuasa, tapi dengan syarat wajib menggantinya.

Sungguh indah islam itu, memerintahkan suatu kewajiban namun disertakan dengan sebuah rukhsoh bagi yang tidak mampu, namun dengan begitu masih banyak manusia yang mengkufuri nikmat islam dengan meninggalkan banyak kewajiban yang Allah bebankan pada tiap individualnya.

Dalam Satu AamiinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang