Matahari mulai terbit dan cahayanya menerobos masuk ke dalam celah kamar Icha. Membuat Icha mengernyit dan membuka matanya dengan perlahan menyesuaikan sinar yang menerpanya.
Ia melirik ke samping dimana jam weker berada disana "ternyata dah pukul 06.00," gumamnya perlahan dan perlahan duduk di kasur nya sambil merenggangkan otot nya.
Tak seperti biasanya ia dibangunkan, entah angin darimana Icha bisa bangun sendiri tanpa digedor- gedor dulu pintu kamarnya.
Ia beranjak dari kasurnya dan melangkahkan kakinya menuju kamar mandinya. Setelah selesai melaksanakan ritual mandinya selama 15 menit. Ia memakai seragam sekolah nya, tak lupa dengan bedak baby nya ia oleskan ke wajah nya dan liptint sedikit ia poles ke bibirnya agar tak terlihat pucat.
Merasa penampilannya udah bagus, ia keluar dari kamarnya dan hendak menuju ke bawah untuk menemui keluarganya.
"Eh, udah bangun. Cepat amat, tadinya mau dibangunin" heran Kenzo yang hendak mengetok pintu Icha.
Icha cengengesan memperlihatkan gigi putihnya yang tersusun rapi, "hehehe sekali kali bang." jawab Icha dengan semangat membuat Kenzo mengernyit heran.
Ada apa dengan Icha sampe membuat ia senang hari ini. Kemarin aja menangis sampe matanya sembap tapi sekarang seperti tak terjadi apa apa. Hal itu, membuat Kenzo meneliti Icha dari atas sampe bawah dengan bersidekap dada sambil mengitari Icha.
Icha yang risih akan tatapan Kenzo berdecak kesal " ada yang salah ya, Bang?" tanya Icha dengan penasaran.
"Aneh aja, kemarin lu nangis- nangis sekarang bahagia. Gak salah obat lu, Dek?" tanya Kenzo heran.
Icha menghela napas dan kembali tersenyum "gak lah, Bang. Lagipula gue gak selebay itu, gue gak akan terus galau kalau gini. Jalani aja kek hari biasa biasanya" jawab Icha enteng membuat Kenzo ikut tersenyum.
"Bagus, ini namanya adek abang. Gak boleh galau terlalu lama, jangan karena cinta jadi goblok" tutur Kenzo penuh bijaksana. Icha mengangguk tanda ia mengerti dan paham.
"Ya udah ayok ke bawah. Momy sama Dady mungkin dah nungguin" ajak Kenzo dan langsung menarik lengan seragam Icha seperti menarik bebek agar tak lamban. Icha yang ditarik seperti itu hanya pasrah dan mengikutinya saja tanpa sepatah kata pun.
"Tumben gak teriak teriak" tanya Maya yang tak sengaja melihat anak nya turun dari atas.
"Hehehe, pengen aja mom" jawab Icha langsung duduk di kursi samping ibunya.
Kenzo ikut duduk di samping Icha dengan gaya cool nya."Ya udah makan sini, nanti terlambat lagi" uhar Chandra yang sedari tadi duduk disitu membuat mereka mengangguk.
Mereka memakan makanan dalam keadaan hening dan hikmat.
"Mom, Dad. Kita pergi dulu ya" ujar Kenzo yang sudah selesai memakan makanannya dan hendak menandaskan air minumnya. Icha yang melihat itu juga segera menghabiskan makanannya sampe tak ada sisa."Hati- hati ya, Nak" ujar Chandra dengan penuh kasih sayang membuat mereka berdua mengangguk dengan semangat.
Tak lupa mereka menyalimi tangan kedua orangtuanya dan beranjak pergi darisana.
"Anak- anak kita sudah besar ya, Mom." ujar Chandra yang sedari tadi melihat ke arah pintu.
Maya mengangguk dan tersenyum manis "Iya, Dad. Gak kerasa banget, baru ingat aja kemarin masih timang mereka sama gantiin popoknya." jawab Maya dengan nada sedih.
Chandra yang mendengar itu menarik tangan istrinya dan memeluknya dengan penuh cinta sambil berbisik "terimakasih sudah menjadi ibu sekaligus istri yang terbaik buat aku dan anak- anak" ujar nya sambil mengecup kening Maya.
KAMU SEDANG MEMBACA
RACHA
Teen FictionMaaf typo banyak bertebaran, mohon krisannya kak:) "WUAHHH,,, MATA MILIK RAKA LUCU DEH PENGEN PELUK. SINI SINI ICHA PELUK," teriak histeris Icha membuat siswa melotot tak percaya. Tatapan tajam milik Raka di bilang lucu? Gila nih cewek batin mereka...