Part 19🍁

1.5K 91 13
                                    

Raka duduk dengan tidak semangatnya bersender di tepi kasurnya, dan tentu saja sedari tadi teman-temannya datang ke rumahnya. Untuk menginap pasti, mereka udah terbiasa akan hal itu. Bergiliran untuk menginap di rumah siapa saja.

"Lu kenapa bro, kek gaada semangatnya aja," tanya Reygan yang sedang bermain ps bersama Devan.
Raka yang di tanya menggeleng pelan.

"Cerita aja kali, gak usah sungkan. Kita kan sohib sehidup semati," ujar Devan tentu saja tak mengalihkan perhatiannya dari ps tersebut.

"Gue ketemu dia tadi," ujar Raka pelan.

Iya, yang melihat Icha dan Kenzo tadi itu adalah Raka. Raka pergi ke supermarket karena permintaan Ibunya.

Andai ia tolak, mungkin ia tak akan melihat itu yang membuat suasana hatinya memburuk.

"Kenapa gak lu samperin aja, kan lumayan buat pdkt-an," ujar Reygan lagi.

"Gak mungkin gue samperin juga kali, dia aja tadi gak sendirian. Dia sama ketos itu," sewot Raka dengan kesal.

Devan terkekeh melihat tingkah Raka seperti ini. Sudah lama, semenjak seseorang itu pergi dari hidup sahabatnya ini.

"Ya udah sih, gak usah nge gas juga kali," timpal Devan terkekeh kecil.

"Kalian ngomongin siapa sih? Kata mama Niko gak boleh ngomongin orang lain," tanya Niko yang ada di kasur Raka sedari tadi sambil memeluk bantal guling.

Mereka yang ditanya langsung mengarahkan perhatiannya ke arah Niko yang kini duduk sambil memeluk erat guling tersebut.

"Ngomongin lu Nik, kalo tidur suka ngorok." Sahut Reygan dengan kesal. Tentu saja itu tidak benar, Niko yang polos ini tidaklah mengorok saat tidur melainkan ileran.

"Ihh... kata Mama, Niko itu gak ngorok tidur. Kalo tidur Niko tetap ganteng kok," ujar Niko dengan memonyongkan bibirnya tanda kesal.

"Dah, gak usah didengarin mending lu tidur aja sama guling itu. Anak bayi gak boleh tidur larut malam," timpal Devan agar tak semakin larut memojokkan Niko.

Kasian juga, Niko yang tak tau apa-apa selalu aja kena semprot teman-temannya.

"Ya udah, Niko tidur dulu ya. Mau mimpiin Icha sama Niko nikah terus punya bayi lucu," ujar Niko tak sadar kalo ia sedang membangunkan singa yang siap membunuh siapa saja. Tentu saja, Raka.

Raka langsung menatap tajam Niko saat mendengar nama Icha. Ayolah, entah kenapa apabila disangkut pautin dengan Icha. Raka selalu merasa sensitif.

Niko yang ditatap seperti itu langsung takut dan dengan segera berbaring di kasur tak lupa menarik selimutnya untuk menutupi seluruh tubuhnya.

Sesekali Niko mengintip dengan membuka sedikit celah selimut tersebut untuk melihat Raka. Masih sama saja, Raka tetap memandangnya dengan sorot mata tajam. Buru- buru Niko langsung menutup celah tersebut.

"Udahlah Rak, gak usah natap Niko begitu. Lu tau kan, kalo Niko suka ngoomong ngelantur." Ujar Devan dengan menepuk bahu Raka pelan.

Raka mengangguk pelan dan mengarahkan perhatiaannya ke Reygan dan Devan.

Iya, kini Reygan dan Devan tidak lagi memainkan ps. Mereka lebih memilih untuk mendengar curhatan seorang Raka. Kapan lagi kan? Seorang Raka curhat, kalo bisa dikatakan itu mustahil.

"Lu ada rasa gak sih sebenarnya sama Icha," ujar Reygan untuk membantu Raka mengetahui isi hatinya yang sebenarnya.

"Gue gak tau Rey," ujar Raka jujur.

"Gini aja, lu jawab aja pertanyaan gue sesuai hati lu dengan jujur. Dengarin baik-baik terus lu jawab," ujar Devan dan tentu saja Raka mengangguk cepat.

RACHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang