Part 18🍁

1.4K 96 3
                                    

Sejak pulang sekolah tadi, entah kenapa Icha terus bermanja ria terhadap Kenzo. Gapapa sih, tapi mengherankan saja batin Kenzo.

Merengek minta inilah minta itulah, oke kali ini Kenzo mungkin butuh ekstra sabar menghadapi sikap Icha yang berubah-ubah seperti Bunglon.

"Bang, Icha pengen es krim"

"Icha pengen boneka tata"

"Gak deh, Icha pengen mie ayam aja"

"Eh gak jadi, Icha pengen cokelat aja"

Sedaritadi hanya itu yang Icha lontarkan menganggu Kenzo yang sedang duduk anteng membuka buku pelajarannya. Gimana lagi? Kenzo bentar lagi akan ujian, tidak ada lagi waktunya untuk bermain-main kan?

Apalagi sekarang, Kenzo dipusingkan dengan permintaan Icha yang sedari tadi berubah-ubah.

Icha memberengut kesal karena merasa diabaikan oleh Kenzo. Padahal, ia hanya ingin menghabiskan waktunya hari ini dengan Kenzo.

"Bang ihhh, dengar kagak sih?" sungut Icha yang sudah merasa kesal diabaikan.

"Dengar Icha, tapi Abang lagi belajar." Jawab Kenzo sebisa mungkin untuk bersabar.

"Tapi kan, Icha pengen main sama Abang." Ujar Icha lagi berusaha untuk meluluhkan hati Kenzo.

"Gak bisa Icha, ujian bentar lagi kan dimulai. Lebih baik kamu belajar aja di kamarmu," papar Kenzo lagi tanpa mengalihkan perhatiannya dari bukunya tak lupa dengan jari-jemarinya yang lihai menulis di catatannya.

Icha tambah kesal, ia merasa bosan seperti ini. Namun, belajar saja juga tak ada di pikirannya. Dengan segala cara, ia lakukan untuk membujuk Kenzo agar mau menemaninya seharian ini.

Icha lantas beranjak dari kasur Kenzo dan menarik paksa buku yang sedari tadi Kenzo baca.

Kenzo tentu saja kaget, disaat ia serius membaca malah ada yang mengganggunya. Ia benci dengan hal itu, ia juga butuh ketenangan sendiri.

"DAH BERAPA KALI GUE BILANG CHA, ABANG SIBUK. NGERTI GAK SIH?" bentak Kenzo dengan muka memerah serta kepalan tangan yang menegas membuat urat tangannya menonjol.

Icha yang dibentak kaget sekaligus tak percaya. Ia dibentak? Ini mimpi atau tidak? Tolong bangunkan Icha, ia takut di situasi ini.

Sungguh ini bukan keinginannya, ia hanya ingin menghabiskan waktunya bersama Kenzo.

"Ab-abang bentak Icha?" lirih Icha tak percaya yang menahan airmatanya agar tak mengalir begitu saja. Sebisa mungkin ia tahan isaknya.

"Maaf Cha, Abang kelepasan. Maaf, maaf." Mohon Kenzo yang berusaha mendekati Icha.Namun, dengan segera Icha pergi dari sana dengan sedikit berlari menuju kamarnya sambil menitikkan airmata.

Kenzo tau ia keterlaluan, ini bukan hal yang ia inginkan. Ia hanya kelepasan meluapkan emosinya. Kenzo mengusap wajahnya dengan kasar.

"Gue salah, gue harusnya gak ngebentak Icha," lirih Kenzo dengan muka bersalah.

Kenzo lantas mengejar Icha dan tibalah ia di depan pintu kamar Icha. Sudah Kenzo pastikan, pintunya pasti di kunci dari dalam.

Tokk...tokk...tokk...

"Cha, bukain dong. Abang minta maaf," ujar Kenzo sedikit berteriak agar Icha mendengarnya.

"Cha, Abang minta maaf. Nanti Abang temanin deh Icha," lagi-lagi tak ada sahutan dari dalam.

Iya, Icha menangis tanpa bersuara dengan menelungkupkan wajahnya di atas bantal. Airmata yang ia tahan tadi mengucur deras.

"Cha, tadi mau beli boneka tata kan? Cokelat, es krim kan. Ayo sekarang Abang temanin." Icha mendengar semuanya. Namun, ia tak menggubrisnya.

RACHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang