"Gila banget sih. Kelakuan Icha tadi bikin gue ngakak suerr," tutur Reygan sedikit terkekeh yang duduk anteng di kursinya sambil mengangkat sebelah kakinya di atas meja.
"Hooh, gue gak nyangka aja dia bisa berulah seperti itu. Salah satu cewek di sekolah ini yang gue kenal paling barbar sekaligus cantik," timpal Devan sedikit terkekeh ditambah dengan memuji kecantikan Icha.
Raka yang mendengar itu lantas menatap tajam Devan membuat Devan kikuk sekaligus merasa takut.
"Hehehe, gak usah melotot gitu juga Rak. Gue gak maksud apa-apa suerr," papar Devan sedikit gugup sungguh ia merutuki dirinya sendiri. Bisa salah paham nantinya.
"Hmm, awas sekali lagi lu bilang gitu gue pites lu. Cukup gue aja yang bilang dia cantik dan gue harus dapatin hatinya," tutur Raka keceplosan membuatnya salah tingkah sejenak.
Buru-buru ia kembali menetralkan ekspresinya, bisa-bisa ia akan di ejek oleh sahabat lucknut nya ini karena hal itu.
"Ciee... yang mulai suka ciee," goda Reygan dengan kurang ajarnya mencolek-colek genit dagu Raka.
Raka langsung menepis tangan Reygan darinya, "awas, tangan lu bau tai. Belum cuci tangan lu ya?" tanya Raka yang memang benar saat mencium aroma tak sedap saat tangan Reygan mendarat mulus di dagunya.
Reygan yang dituduh seperti itu mendelik tak terima dan mencium tangannya.
"Hehehe, padahal gue udah cuci deh. Kok bisa bau gini sih?" tanya Reygan heran sekalian mengendus-endus kembali telapak tangannya.
"Idih, cuci sih cuci tapi cuma kena air dikit doang abis itu udah. Gimana gak bau? Pasti lu habis boker ye tadi?" tanya Devan sedikit bergerak sedikit untuk menjauh dari Reygan.
"Hehehe, tau aja. Peramal ya lu mas?" tanya Reygan sambil mengedipkan sebelah matanya dengan genit.
"Jauh-jauh lu bangke dari gue hush hush. Teman lucknut, biadab, gada akhlak, jorok banget lagi," umpat Devan dengan kesal.
"Reygan kalo cuci tangan itu pake sabun yang bersih biar wangi, terus kumannya gak nempel gitu. Kata Mama Niko gitu kok," timpal Niko yang menempelkan dagunya di atas meja tak lupa tangannya bermain-main dengan botol minyak kayu putihnya.
"Idih, bocah nasehatin gue. Mau gue gampar lu hah?" ujar Reygan tidak serius.
"Kan, Niko cuma bilang. Reygan mah mau gampar-gampar segala," lirih Niko pelan karena takut ditatap seperti itu.
"Hadeh, iye-iye gak usah takut gitu. Gue tau kok, lagian tadi gue juga cuma bercanda doang. Maafin gue ya bikin lu takut gini," ujar Reygan yang berusaha membujuk Niko dengan mengelus rambutnya pelan seperti memperlakukan anak kecil.
Niko mengangguk dan menikmati setiap elusan lembut dari Reygan. Mereka sangat menyanyangi Niko, walaupun sifatnya seperti itu. Mereka beruntung punya teman seperti Niko selalu itu yang mereka bilang apabila ada yang bertanya atau mengejek Niko, merekalah yang maju paling depan untuk melindungi Niko.
"Udah, kita lagi bahas Icha nih. Jangan jadi bahas yang gak penting," lerai Devan malas.
"Emang bahasin Icha penting apa? Kagak juga, kalian persis banget deh kek ibu-ibu komplek sana." Tutur Reygan sinis terhadap Devan.
"Sakarepmulah, ini juga penting buat babang Raka paling ganteng. Lu juga ikutan ngegosip gak usah sok alim gitu deh," sarkas Devan tak terima.
"Udah-udah, napa jadi ribut gini sih. Jangan sampe berantam benaran ya? Gue penggal pala lu satu-satu," canda Raka karena memang ia tak akan senekat itu juga.
"Iya-iya gak akan kok, owh ya Rak. Gimana? Udah lu pikirin apa yang lu lakuin selanjutnya?" tanya Reygan yang sekarang sedikit serius.
Raka menatap satu persatu temannya dan mengedikkan bahu tanda tak tau. Mereka menghela napas pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
RACHA
Teen FictionMaaf typo banyak bertebaran, mohon krisannya kak:) "WUAHHH,,, MATA MILIK RAKA LUCU DEH PENGEN PELUK. SINI SINI ICHA PELUK," teriak histeris Icha membuat siswa melotot tak percaya. Tatapan tajam milik Raka di bilang lucu? Gila nih cewek batin mereka...