Part 9🍁

1.1K 121 11
                                    

Sedangkan kelas Xl IPS 2 mereka sangat serius menjawab soal soal yang diberikan oleh gurunya. Ya, hari ini mereka ada ulangan dadakan membuat Raka dkk mendengus kasar.

"Buset nyet, pake ulangan segala dikira gue robot apa bisa jawab ini semua" gerutu Devan dengan nada pelan yang terus menatap soal nya.

Raka yang mendengarnya terkekeh pelan, memang ia juga tak suka namun tidak seperti Devan yang selalu saja komat- kamit tak jelas.

Reygan mengisi jawabannya dengan asal- asalan, baginya yang penting selesai soal nilai bagus atau tidak itu urusan belakang. Niko mengisi jawabannya dengan telaten, ia memang tak pandai dalam bidang sejarah. Tapi kalo urusan menghitung ia bisa.

"Apa yang dimaksud dengan sejarah?" baca Niko satu persatu soal nya sambil memutar mutar penanya tak lupa dengan minyak kayu putih yang selalu ada di mejanya.

Niko tak sengaja melihat minyak kayu putih nya dan menemukan jawabannya "sejarah adalah minyak kayu putih Niko yang makin hari makin banyak xixixi." Niko menulis nya begitu sambil terkikik geli.

Setiap soal selalu ia sangkut pauti dengan minyak kayu putihnya.

"Anak- anak waktunya sudah habis silahkan kumpulkan lembar jawabannya ke depan" ujar Bu Rani, guru sejarah mereka.

Semua siswa IPS 2 maju ke depan dan meletakkan lembar jawabannya ke depan dan kembali lagi ke tempat duduknya.

Bu Rani duduk dan membaca satu persatu jawaban anak didiknya dan tak sengaja ia melihat milik Niko membuat nya menghela napas.

"Niko, kenapa jawaban mu begini" tanya Bu Rani menatap Niko dengan kertas jawaban melekat di tangannya.

"Karena Niko suka lah, Bu" jawab nya dengan enteng membuat yang lain penasaran sekaligus Bu Rani yang mendengarnya mendelik tak suka.

"Apa- apaan ini jawabannya kok ada minyak kayu putih semua" ujar Bu Rani dengan nada sedikit kesal membuat yang lain tertawa mendengar penuturan Bu Rani. Membuat Raka dkk menahan malu atas kelakuan sahabat nya ini.

****

Setelah bel istrahat berbunyi siswa- siswi berhamburan menuju kantin mengisi perut nya yang kelaparan. Icha dkk berjalan santai dan tak kala sering menyapa balik yang menyapanya.

Icha menelusuri semua ujung kantin dan menemukan letak duduk Raka dkk, alhasih membuat Icha langsung menarik tangan temannya untuk menuju kesitu.

"Hai Raka, Devan, Reygan, dan Niko dedek" sapa Icha sambil melepaskan tangannya dari temannya.

"Hai Cha" jawab mereka kecuali Raka.

"Boleh duduk nggak" tanya Icha berharap mereka mau.

"Bol..."

"Gak boleh, cari tempat yang lain" potong Raka sebelum temannya menyelesaikan ucapannya.

"Ish Raka jahat banget deh, dah penuh semuanya" bujuk Icha dengan puppy eyes nya.
Membuat kaum adam yang melihatnya menahan napas untuk tak segera mencubit pipinya.

"Sekali gak boleh nggak" ketus Raka lagi.

Icha tak menghiraukannya dan langsung duduk di samping Raka dan begitu juga temannya memilih duduk disitu. Raka mendelik dan memberi jarak agar tak berdekatan dengan Icha.

Icha mencolek colek bahu Raka agar menoleh ke arahnya namun, segera Raka menepis kasar tangan Icha. Semua itu tak luput dari perhatian teman- temannya apalagi siswa disana menatap tajam keempat gadis tersebut, bukan Icha namanya kalo takut.

RACHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang