Part 4

176 35 8
                                    

Ada kelebihan di setiap kekurangan
Ada kebaikan di setiap keburukan
Dan akan slalu ada Allah di setiap
Perjalanan seorang hamba.

Setiap santri pasti sangat mengimpikan ilmu laduni. Lebih lebih santri yang mengkhususkan mengkaji ilmu kebatinan. Siang malam mereka tiada henti-hentinya ber-riadat dan ber-munajahadat kepada Tuhan, agar mendapatkan ilmu laduni. Orang yang sudah mendapat ilmu laduni berarti dapat memiliki berbagai macam ilmu tanpa melalui proses belajar. Al Janaid menjelaskan dalam tasawuf, ilmu laduni merupakan ilmu pengetahuan secara lengkap. Ilmu ini di perolah orang yang saleh dari Allah SWT, melalui ilham dan tanpa di pelajari lebih dahulu melalui suatu jenjang pendidikan tertentu.

Kalau ada santri yang tidak tahu akan kehebatan ilmu laduni, mungkin hanya Ranu Sadewa seorang. Ketika semua santri ber-riadat dan ber-munajahadat, ia pun mengikutinya, tetapi bukan untuk mendapat ilmu laduni. Semua itu di lakukan agar dapat mencintai Tuhannya. Ranu sadar, belum bisa mencintai Tuhan sepenuhnya. Kadang pikiran dan perasaannya di penuhi oleh bayangan Syafira. Karena itu, ia mengakui selama ini sholatnya hanya baru sebatas membayar kewajiban.

Berkali kali sudah Ranu meminta petunjuk kepada Kyai Misbah agar dapat khusyuk sholatnya. Untuk sementara Kyai menganjurkan, agar slalu mengikuti acara riadat dan mujahadat bersama. Sejak itu ada atau tidak ada acara tersebut, siang dan malam tak pernah bosan ia ber-munajahadat. Ranu lebih mantab dan yakin, jika Kyainya yang memimpin acara ber-munajahadat itu. Karena dengan riadat dan munajahadat bersama, setidaknya dapat menambah beberapa wirid yang belum di hafalnya. Acara riadat biasanya setelah latihan silat. Acara itu diadakan seminggu dua kali, menjelang tengah malam. Setelah itu, dia melanjutkan munajahadat hingga subuh.

Malam itu Ranu agak ragu untuk mengikuti latihan. Ia khawatir peristiwa seperti malam sebelumnya terulang lagi. Tetapi karena segan pada Kyai Misbah akhirnya ia ikut juga.

Melihat Ranu muncul dalam latihan, beberapa santri bernafsu ingin mencoba kwmampuannya. Sejak peristiwa Komarudin, siang malam tidak henti hentinya para santri mengasah semua ilmu dalam yang di milikim. Mereka juga mempersiapkan sabuk, hizib,rajah, dan berbagai jimat lain yang di anggap mampu memiliki kekuatan ghaib.

Ranu gugup, hatinya was-was saat latihan tiba. Salah seorang santri jangkung dan kurus yang tiap hari hampir puasa mutih, memanggilnya di tengah kalangan. Fauzi terkenal akan ilmu silat dan kebatinannya. Ia di perkirakan bakal menjadi Kyai kondang nantinya. Hampir sepanjang waktu di pergunakan untuk mendalami berbagai ilmu dari beberapa Kyai tersohor. Malahan Kyai Misbah sendiri sering menunjuk untuk menggantikannya membahas kitab.

Selain itu, Fauzi juga sering diminta orang untuk membuatkan sabuk azimat antisenjata yang dibeli dengan harga tinggi. Dari hasil pekerjaannya itu Fauzi bisa membeli berbagai macam keperluan dan menabung. Tak mengherankan, bila ia menjadi satu-satunya santri yang paling kaya di pondok.

Ketika ada pemilihan kepala desa, Fauzi banyak di cari oranh. Dia serinh diminta membuat sabuk atau membantu mengamankan para calon kepala desa yang di ancam preman. Biasanya bila ada proyek keamanan, ia slalu mengajak beberapa orang santri untuk membantunya. Meskipun taruhannya nyawa, tidak satupun santri yang menolak. Mereka justru menganggu-nunggu karena selain mendapat makanan enak dam bayaran lumayan, mereka juga bisa jual tampang di desa. Setelah itu pulangnya di antar mobil seperti tamu kehormatan. Tidak jarang pula mereka diperlakukan secara istimewa.

Fauzi berdiri tegap di tengah kalangan yang dikelilingi semua santri. Berkali-kali dia memanggil Ranu Sadewa yang tetap diam membisu. Bahkan ketika semua santri berteriak mengolok-oloknya, ia tetap tak bergerak seperti tak ada apa-apa. Ranu khwatir, menang atau kalah musuhnya akan bertambah. Senjata pamungkas yang terbaik baginya adalah diam.

Sabuk Kyai [SEGERA DI FILMKAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang