Part 8

174 29 4
                                    

Allhamdulillah setelah banyaknya kesibukan dan setelah mood nulisku balik akhirnya aku bisa melanjutkan part-nya. Di part special ini aku berharap kalian dapat mengambil hikmah, pelajaran, serta nasehat yang terkandung di dalamnya. Perlu di ketahui, cerita ini hanya sebuah rekayasa belaka, kalau nanti ada kesalahan atau keanehan mohon di maafkan :). Sebagai seorang penulis aku hanya ingin mempublikasikan karya yang penuh makna ini.


Selamat membaca..
Sebelum itu folow dulu akunnya.

∆∆∆

Beberapa hari kemudian, slang oksigen di hidung Ranu dilepas. Ranu sudah bisa bernafas normal, tetapi kesadarannya belum pulih. Hal itu benar-benar membingungkan para dokter. Berkali-kali mereka mengecek, setelah diadakan analisis hasilnya normal. Darah, syaraf, otak, dan semua bagian tubuh vital lainnya tidak ada kelainan. Tim dokter angkat tangan hampir menyerah untuk menangani Ranu.

Kesulitan yang dihadapi tim dokter adalah mengapa pasiennya masih tertidur, sampai berhari-hari ? Belum pernah mereka temukan dalam literatur, kondisi seperti itu. Akhirnya mereka hanya menjaga kesehatannya, dengan bantuan infus yang selalu di kontrol dengan ketat.

Melihat kesehatan Ranu yang tidak menentu itu. Kang Nur semakin khawatir. Siang malam ia berada di sisi Ranu. Pakaian dan segala keperluannya diurus para santri. Mereka secara bergilir menemani Kang Nursalim menjaga Ranu.

Para santri yang dulu mendukung Fauzi, setelah menyaksikan penderitaan Ranu, berbalik memusuhinya. Setiap pulang dari rumah sakit, di pondok, mereka tiada habis-habisnya membicarakan sisi gelap Fauzi.

"Sudah lama Fauzi itu mengincar sabuk Mbah Kyai. Berbagai daya upaya ditempuhnya, melalui jalan yang baik maupun cara menyimpang. Namun, ia tidak berhasil, bahkan melihatnya juga belum. Karena itu, ia sangat kecewa ketika mengetahui sabuk Mbah yang diincarnya itu akan diwariskan Ranu Sadewa," ujar Kang Irul.

"Tetapi mengapa harus membunuh Dek Ranu, Kang ?." tanya Ngatman yang dulu sering diajak Fauzi mengamankan pemilihan kades.

"Itulah, yang tidak kumengerti."

Sabuk azimat milik Kyai Misbah merupakan suatu barang yang tidak asing lagi bagi para santri. Mereka juga mengetahui khasiatnya yang sangat ampuh. Oleh karena itu, sabuk itu slalu jadi bahan pembicaraan para santri secara turun-temurun dari mulut ke mulut. Cerita yang semestinya hanya beberapa kata karna pengultusan dan rasa kagum mereka, lama-lama menjadi ratusan meter.

Secara estafet cerita terus hidup dengan berbagai versi. Para santri senior merasa dekat dengan Kyainya, setiap hendak tidur slalu menceritakan perihal sabuk tersebut. Mereka juga membicarakan desas-desus Gus Azka dan Gus Azri yang bakal menjadi Kyai besar melebihi orang tuanya.

"Sabuk itu sudah berkali-kali hilang, tetapi slalu kembali" sambung Irul, santri seangkatan Kang Nursalim.

"Hilangnya dimana, Kang?." tanya seorang santri baru.

"Terkadang hilangnya di atas tembok tempat wudhu. Sebab setiap hendak buang air kecil, Mbah Misbah slalu melepas dan meletakkan sabuknya di depan kamar kecil di atas tembok bak."

"Mengapa mesti di copot segala. Mbah itu kan sudah tua, pasti sering lupa."

"Karena sabuk Kyai itu berupa hizib , tulisannya saja Arab. Khasiatnya akan ngabar bila dibawa kencing apalagi buang air besar !"

Sabuk Kyai [SEGERA DI FILMKAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang