Part 7

176 34 9
                                    

Sementara itu di pesantren Al-Kharomah, persiapan Fauzi untuk mengalahkan Ranu Sadewa sudah mantab. Apalagi ia mendapat dukungan dari Gus Azka dan Guz Azri. Semangat untuk mengalahkan Ranu membara di dada. Ia berasa berada di atas angin.

Sementara Gus Azka dan Gus Azri bersatu kembali setelah merasa sabuk bapaknya akan di wariskan kepada Ranu. Mereka ingin mengusir anak Jakarta itu agar urung mendapatkan sabuk Kyai yang di pegang bapaknya. Gara-gara Ranu, dirinya sering dibandingkan dalam segala hal, kepandaian, ketekunan, wirid, sopan santun, bahkan sampai kemampuan ilmu dalamnya.

Selain itu, bapaknya juga berkeinginan mengembalikan sabuk ajimatnya kepada yang berhak dan pantas memakainya. Hal itu pernah di katakan bapaknya satu minggu setelah Ranu datang. Kyai Misbah secara tidak langs pernah melontarkan kalimat "Yang punya sabuk telah datang."

Sekalipun tanpa menyebut nama, tetapi Gus Azka dan Gus Azri langsung bisa menebak. Satu-satunya orang yang dimaksud bapaknya adalah Ranu Sadewa.

Tebakan itu tidak asal tebak saja. Sebab jauh sebelumnya, Gus Azka dan Gus Azri pernah mendapat cerita dari Ibunya tentang asal usul sabuk titipan seorang Kyai Cilacap yang bernama Imam Sakiman.

"Sabuk itu sewaktu-waktu harus dikembalikan kepada anak cucu Kyai Imam Sakiman. Kalau kalian mengharap, itu salah Anakku. Apalagi kini kalian tidak mau belajar, suatu saat kalian akan menyesal. Jangan terlalu mengandalkan bapakmu. Kelak bapakmu meninggal dan ilmu laduni tak juga didapatkan, kalian pasti jadi orang bodoh. Sehingga tak kan ada orang yang menghargaimu," nasehat ibunya ketika dulu anaknya enggan bersekolah.

Sekarang kedua Gus itu merasa tersisihkan. Apa yang dikatakan ibunya kini jadi kenyataan. Sabuk itu pasti tak bakal diwariskan kepada mereka. Tanpa memiliki sabuk Kyai, keduanya merasa kehilangan kesempatan untuk menjadi Kyai. Ilmu laduni pun sudah jatuh ke tangan Ranu Sadewa. Untuk memulai belajar dari awal, keduanya merasa sudah tak mungkin lagi. Dalam keputusasaan itu jalan satu-satunya adalah menyingkirkan Ranu Sadewa dengan cara halis membuatnya tak betah di pesantren, mengusir, atau membunuhnya bila perlu.

Mengetahui dendam kesumat Fauzi, Gus Azka dan Gus Azri bersatu dan bersepakat memanfaatkan Fauzi dalam melancarkan niatnya menyingkirkan Ranu. Dengan cara itu keduanya yakin akan aman sekalipun Ranu Sadewa terbunuh. Dengan demikian keduanya bisa memiliki sabuk azimat tersebut tanpa rasa khawatir.

Sejak merasa tersisihkan kawan-kawannya dan Kyai Misbah, Fauzi semakin bernafsu memiliki sabuk itu. Maka ketika Gus Azka dan Gus Azri menemui dan mengajaknya menyingkirkan Ranu, Fauzi seolah mendapat jalan. Ranu hendak dihabisi, kemudian Fauzi akan menghilangkan jejak seolah-olah pembunuhnya adalah Gus Azka dan Gus Azri. Apabila kedua anak Kyai masuk bui maka muluslah niatnya menguasai sabuk Kyai.

Fauzi berkali-kali merenung mencari cara yang paling aman. Membunuh Ranu, bukan masalah sebab kekuatan ilmunya sudah meningkat. Ranu bukanlah lawan yang perlu dikhawatirkan. Sebuah senyum kemenangan segera menyungging dibibirnya, ketika ia menemukan cara jitu. Ia segera berangkat mengambil sarung Gus Azka dan Gua Azri. Sarung itu sesuai rencana, akan ditinggalkan disekitar tempat pembunuhan. Dengan cara begitu ia yakin tuduhan akan semakin kuat mengarah kepada kedua Gus itu.

Rencana Fauzi sudah beberapa malam dimata-matai Nursalim. Ia merasa ada sesuatu yang janggal melihat Fauzi akrab dengan Gua Azka dan Gus Azri. Firasatnya mengatakan ada sesuatu bahaya mengancam Ranu Sadewa. Sejak banyak yang iri kepada Ranu, tiada henti-hentinya Nursalim menasehati adik angkatnya.

Suatu malam ketika Ranu hendak pergi, Kang Nursalim mencegahnya. "Besok siang saja ke sana , Dek ?"

"Wahh, terlanjur janji. Kasihan orangnya kalau menunggu Kang," alasan Ranu.

Sabuk Kyai [SEGERA DI FILMKAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang