#Gladys 21

75 8 0
                                    

Glann mengajak Dhiya ke wahana permainan yang ada di mall ini, melihat semua ini, mata Dhiya berbinar, ia mengingat teman-temannya dulu. Dulu saat sekolah di sekolah lamanya Dhiya sering sekali bolos dan mempir ke Mall ini hanya untuk bersenang-senang.

"Mau main apa?" Tanya Glann

Dhiya masih diam, kalau ditanya semua permainan ini Adys sudah jagonya, ya jelas sejak kecil tempat-tempat seperti ini hampir seminggu sekali ia bermain disini. Tapi ia harus ingat, sekarang Adys sedang menjadi Dhiya, yang belum pernah ke tempat seperti ini

"Kok diem? Mau main gak?" Tanya Glann

Dhiya menggelengkan kepalanya "kita pulang aja yuk!" Ajak Dhiya

Glann langsung menarik tangan Dhiya dan membeli kartu yang sudah terisi saldo, dan disana mereka bisa main sepuasnya "mulai dari main yang gampang, ini cuma kayak main basket aja"

"Glann...ta tapi aku gak bisa"

"Bisa, ayo mulai ya" Glann memulainya, Glann sangat lincah sekali memasukan bola itu kedalam ring

Sedangkan Dhiya masih diam menatap Glann yang tengah main

Glann melirik wanita yang ada disampingnya "ayo!"

"Biar kamu aja yang main" ujar Dhiya.

Glann menggeleng, lalu mendekat dan memegang kedua tangan Dhiya, ia mengajari cara memasukan bolanya kedalam ring

Glann Lo kenapa buat gue jadi gak karuan gini sih, ujar Dhiya dalam hati, kini pipinya bersemu merah

"Gampang kan, ayo coba lagi!" Glann terus mengajari

"Kok bengong, ayo coba!" Suruh Glann

Dhiya tersentak "i...iya" Dhiya mencoba melempar bola itu masuk kedalam Ring

Setelah puas bermain bola basket, Glann mengajaknya bermain apa saja yang ada disana, hampir semuanya mereka coba, terkecuali mainan balita, lelah bermain Glann tertawa senang duduk dikursi yang ada disana

Dhiya hanya tersenyum melihat ekspresi Glann yang tengah tertawa seperti itu, mungkin siapapun yang melihat wajah Glann seperti ini pasti mereka akan klepek-klepek, dengan badan tegap, tinggi, kulit putih, hidung mancung juga ada lubang dipipinya setiap ia tersenyum

****

Tidak terasa hari sudah sore, sebentar lagi langit akan berubah warna. Sekarang Glann dan Dhiya sudah tiba di depan rumah makan Padang

Saat menginjakan kaki ketempat ini, Dhiya benar-benar terasa asing, tempatnya sangat sederhana, tidak terlalu bersih juga panas, berbeda dengan restoran yang selalu ia kunjungi

"Apa harus makan disini?, bisa kehilangan selera makan gue" batin Dhiya

Mereka duduk disalah satu meja "mbak nasi padang nya dua ya, dibungkus" sorak Glann

Dhiya terdiam, ia bingung kenapa harus dibungkus? Kenapa tidak makan ditempat?

Mbak penjualnya hanya mengangguk tanpa bilang apapun, tidak butuh waktu lama pesanan mereka pun sudah siap "ini dia nasi Padang nya"

Glann mengambil 2 bungkus nasi Padang itu lalu memberikan uang lima puluh ribu kepada penjualnya "ini mbak! Kembalinya ambil aja"

"Makasih ya mas" ujar Mbak itu

Glann mengangguk lalu berjalan keluar rumah makan Padang itu, ia berjalan entah kemana, Dhiya hanya mengikuti nya saja dari belakang

Glann duduk dipinggir jalan yang terlihat sepi "sini aja"

GladysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang