24 - Alasan

60 10 2
                                    

Tekan bintangsebelum membaca

Happy reading

。^‿^。

Ku kira cuma aku yang sekarang sedang dekat denganmu. Dugaanku salah. Ternyata rasamu sebercanda itu.

···...

Yang dilakukan Ara sejak sepuluh menit lalu hanyalah guling-guling tidak jelas di kasurnya. Malam ini Ara benar-benar merasakan kesendirian itu. Makan malam sendiri, ngapa-ngapain sendiri di dalam rumah ini. Padahal biasanya juga begitu.

Biasanya juga di jam-jam sekarang ini, Ara tengah sibuk membalas pesan dari para gebetannya. Atau menonton televisi guna meramaikan suasana. Malam ini Ara merasa berbeda, seperti ada satu kejanggalan dalam hatinya.

"Mood gue kenapa mendadak hancur gini, sih?" gumam Ara merasa kesal entah dengan siapa.

Dengan pandangan lurus menatap langit-langit kamar, Ara mulai memikirkan rencana selanjutnya. Antara dirinya dan Artur.

Sejujurnya Ara sudah lelah, terus berusaha menarik perhatian Artur sampai cowok itu terjebak dalam pesonanya. Tapi Ara merasa sejauh ini tidak ada respons ataupun timbal balik dari Artur yang begitu menunjukkan jika dia menerimanya. Artur selalu menganggap Ara gila dan aneh, jika tidak ya Artur merespons dengan kalimat tajamnya.

Ara heran, sebenarnya Artur ini jenis cowok seperti apa, sih? Cowok lain di luar sana berlomba mendekatinya, sedangkan Artur memiliki kesempatan emas itu malah menyia-nyiakannya.

Tak terhitung lagi banyaknya waktu yang Ara buang hanya demi mendekati Artur. Demi pembuktian yang sampai sekarang belum menemukan titik terang. Dan belakangan ini justru Artur tampak sedang dekat dengan Binar.

Belum merasuk terlalu dalam mengetahui Artur yang sebenarnya, Ara sudah disambut dengan kekesalan lain. Bolehkah ini dikatakan sebuah keberengsekan? Dimana Ara berusaha keras pendekatan dengan Artur, malah sekarang Binar yang mencuri garis start.

Ara tidak cemburu, ia hanya merasa terlalu kesal saja. Apalagi ketika mengingat tadi pagi Artur mengantar Binar sampai kelasnya. Secara gamblang, diantara Ara dan Binar seperti ada konflik tak kasat mata. Mereka berdua seolah bersaing. Binar sebenarnya yang tak ingin tersaingi oleh Ara.

Memakan hampir setengah jam digunakan Ara untuk merenung. Bukan mendapatkan jalan keluarnya, malah semakin memusingkan kepala. Cewek itu memilih beranjak masuk ke kamar mandi, membasuh wajah cantiknya.

Dengan handuk kecil yang dipegang Ara untuk mengeringkan muka, sebelah tangannya lagi digunakan untuk meraih ponsel di nakas. Menghidupkannya setelah beberapa saat lalu sengaja dimatikan. Agar tidak menggangu acara renungan malamnya tadi.

Ara menyambungkan ponselnya dengan jaringan wifi rumah. Seketika itu pula ledakan notifikasi masuk semuanya, entah panggilan tak terjawab atau pesan yang belum terbaca. Satu persatu Ara membuka, lalu membalas seadanya. Sampai ada satu pesan yang membuatnya geleng kepala.

Unknown Number
Hei, Ra. Sekarang lagi apa? Jangan lupa simpan nomor gue, ya.
Aditya

MY BAD GIRLFRIENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang