Tekan bintang ⭐ sebelum membaca
Happy reading
。^‿^。
Jika memilikimu adalah sebuah keberuntungan. Maka sekarang ini aku sedang melepaskan keberuntunganku untuk dimiliki orang lain.
···...
Jarum jam telah menunjukkan pukul dua malam, meski begitu Ara belum juga menutup mata dan menjelajahi dunia mimpi. Pikirannya berkelana tak menentu setelah mendengar rekam suara yang dikirimkan seseorang kepadanya.
"Lo harus jadi pacar gue, dan gue bisa komporin Ara setiap hari sampai dia sakit hati."
"Lo lupa? Lo sendiri yang bilang tadi, dia bukan cuma dekat sama gue. Logikanya, dia nggak terpaku sama gue doang. Terus apa untungnya lo bikin Ara sakit hati lewat gue sebagai perantaranya? Kalau di hidup dia aja, bukan cuma gue cowok yang lagi dekat sama dia,"
"Yaudah, sekarang apa rencana lo? Kalau nggak ada rencana yang pas, terpaksa gue sebar foto kalian berdua waktu di club itu biar nama Ara makin tercemar di sekolah!"
"Gue bisa menahan Ara."
Kalimat itu seolah terngiang di telinga Ara. Entah sudah berapa kali Ara mendengar suara itu. Yang pasti, Ara sudah menyimpulkan sesuatu.
"Jadi, Artur deketin Binar karena dia berusaha melindungi gue?" gumam Ara sembari menatap langit-langit kamarnya.
Ara menghela napas panjang. "Terus gue harus apa sekarang?"
Untuk masalah ini Ara tidak boleh melangkah sendiri, dengan keputusannya. Ia membutuhkan saran dari Kelly. Dan sekarang Ara memutuskan untuk tidur, mengistirahatkan pikirannya dari semua ini.
Ara merasa dirinya baru saja menutup mata. Namun dia juga tidak bisa menyalahkan alarm dari ponselnya yang berdering membangunkan lelapnya.
Dengan raut wajah lesu, Ara tetap melaksanakan rutinitasnya di pagi hari. Mulai dari membersihkan rumah, menyiapkan sarapan, dan bersiap-siap pergi ke sekolah. Ara sudah biasa melakukan ini semua seorang diri.
Ara sudah siap. Raut wajah yang semula kusut dan lesu, kini berganti segar dan cerah di bantu polesan make up tipis yang dikenakannya. Setelah mengunci pintu rumah, Ara mematung saat matanya menangkap Artur yang sedang menunggunya di luar pagar.
"Kenapa? Kok kayak kaget gitu?" tanya Artur merasa aneh melihat reaksi Ara yang berbeda dari sebelumnya.
Jika hari-hari kemarin cewek itu sangat percaya diri menanyakan pada Artur, ia sudah cantik belum, ada yang kurang atau tidak. Lain dengan sekarang yang hanya diam, menatap tak percaya.
"Lo jemput gue?"
"Lo pikir gue kesini bakalan jemput siapa selain lo?" retoris Artur.
Ara tersenyum lebar, langsung saja ia naik di boncengan Artur. "Gue kira lo udah lupa sama kesepakatan kita waktu itu," celetuknya asal.
"Gue nggak lupa. Kata lo, cowok yang dipegang omongannya, kan? Gue berusaha menepati itu." sahut Artur yang dibalas anggukan oleh Ara.
Setelah motor itu melaju di jalanan, tak ada lagi yang membuka suara. Ara terlalu bingung ingin bersikap seperti apa. Pikirannya dihantui rasa bersalah, juga penyesalan tersendiri ketika mengingat apa yang dilakukan Artur padanya dan apa balasan yang ia berikan pada Artur. Tidak ada. Sejauh ini Ara tidak membalas apa-apa, kecuali malah semakin menyelidiki Artur guna membuktikan teorinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY BAD GIRLFRIEND
Teen Fiction"Setiap cowok akan berengsek pada waktunya." Setidaknya begitulah isi pikiran seorang Azellia Kaisara Arashi yang membuatnya bermain-main atas perasaan setiap cowok yang dekat dengannya. Kelly sudah capek dengan sikap sahabatnya yang hobi sekali go...