SUDAH memakan waktu cukup lama sejak mereka mulai memilih dekorasi. Yuki memutuskan untuk istirahat sejenak. Ia duduk di salah satu kursi dan menaruh tasnya di meja. Tangannya terulur untuk memijat betisnya yang terasa pegal. Hari ini ia memakai high heels 5 cm demi menyelaraskan pakaiannya dengan Mingyu. Walau tidak terlalu tinggi, tetap saja melelahkan.
Yuki mengalihkan pandangannya pada Mingyu. Pria berkaus putih gading dengan lengan sesiku itu terlihat sedang berbincang bersama pemilik tempat dekorasi dan kepala dekorasi. Yuki baru sadar kalau pakaian Mingyu lebih santai dari yang kemarin.
Tidak lama, Mingyu datang menghampiri Yuki dan duduk di sisi lain dari meja—mereka berhadapan. Sebotol air mineral ia ulurkan pada Yuki. Wanita itu tampak sedikit terkejut, namun akhirnya tetap menerimanya.
"Aku sudah bicarakan tentang keinginanmu pada kepala dekorasi, Nona Park. Mereka akan menyiapkannya," ujar Mingyu. Pria itu berkata sambil menatap Yuki.
Yuki mengangguk paham. "Terima kasih," ucapnya.
Mingyu melirik tangan Yuki yang masih sibuk memijat. Pria itu pun beranjak dari sana dan meninggalkan Yuki. Namun, tak lama kemudian, Mingyu kembali dengan kotak kecil di tangannya.
"Pakai ini. Ototmu akan lebih rileks nanti," ucap Mingyu sembari mengulurkan sekotak cooling gel pad. Benda itu bisa digunakan dengan menempelkannya di bagian otot yang tegang atau semacamnya.
Yuki kembali terperangah. Mingyu memang memegang prinsipnya. Talk less do more. Dan Yuki bersyukur akan hal itu.
Wanita itu pun menerima pemberian Mingyu. Yuki segera menempelkan gel pad itu pada betisnya. Dan benar saja, sensasi dinginnya berhasil membuat ototnya terasa lebih baik.
Tak lama kemudian, Asisten Kang datang dengan sepasang sepatu kets. Sepatu itu ditaruh di dekat kaki Yuki. Setelah itu, Asisten Kang langsung berdiri di belakang Mingyu.
"Pakai itu saja," Mingyu menyuruh sambil menatap Yuki. Namun, tatapan itu tetap tanpa ekspresi.
"Ah, aku baik-baik saja," tolak Yuki secara halus.
Namun, Mingyu justru beranjak dari kursinya dan jongkok di hadapan Yuki. Ia melepas high heels Yuki tanpa menyentuh kaki wanita itu. Lalu, Mingyu mendongak menatap Yuki dan meminta izin, "apa aku boleh memegang kakimu, Nona Park?"
Yuki terkejut. Mingyu bahkan meminta izin padanya untuk hal seperti itu. Yuki pun mengangguk sebagai jawaban.
Mingyu segera memakaikan sepatu kets putih itu ke kaki Yuki dengan perlahan. Sentuhan tangan besar Mingyu terasa di pergelangan kaki Yuki untuk membantu kaki Yuki masuk ke dalam sepatu. Semua pergerakannya yang lembut dan hati-hati tak lepas dari mata Yuki.
Hati Yuki menghangat hanya dengan Mingyu yang bersikap menghargai dan memperhatikannya. Mereka bahkan belum menikah. Dan baru bertemu beberapa hari yang lalu. Tapi, semua perlakuan Mingyu mampu membuat Yuki terpana.
"Istirahatkan kakimu sebentar. Setelah itu, kita akan pergi makan siang," ujar Mingyu sambil berdiri dari posisi sebelumnya.
Yuki mengangguk patuh. Betisnya memang masih terasa pegal.
Lalu, dapat Yuki lihat, pria itu beranjak menjauh darinya dan mengeluarkan ponsel. Setelah itu, Mingyu terdengar membicarakan soal bisnis dengan seseorang di telepon. Yuki jadi merasa tidak enak hati. Mingyu pasti sibuk. Dan sekarang ia mengambil waktu pria itu hanya karena betisnya terasa pegal.
Begitu Mingyu menutup telepon, Yuki beranjak mendekatinya. Pria itu pun menoleh. "Kau butuh sesuatu, Nona Park?" tanya Mingyu.
Yuki menggeleng. "Kita langsung pergi saja. Kau pasti sibuk," ucapnya dengan senyum tipis.

KAMU SEDANG MEMBACA
Don't Listen to My Secret
FanfictionPark Yuki terjebak dalam kontrak yang dibuat oleh ayahnya dengan pimpinan Semicolon Group untuk menyelamatkan perusahaan sang ayah yang nyaris bangkrut. Namun, ternyata kontrak itu mengharuskannya menikah dengan pewaris tunggal Semicolon Group, Kim...