22: Good & Bad News

77 9 2
                                    

AKHIRNYA, hari ini Yuki kembali bekerja. Setelah mengambil cuti untuk persiapan pernikahan dan cuti untuk bulan madu. Haha, bulan madu apanya? Penuh rintangan.

Yuki sudah siap dengan blus soft blue dan rok hitam selutut. Ia berdiri di depan cermin panjang dengan gugup.

Orang-orang di kantornya pasti akan sangat terkejut dengan berita pernikahannya. Dan ia belum sempat berkomunikasi dengan mereka. Yah, hanya saat sesi foto di acara resepsi.

Omong-omong, Yuki bekerja di perusahaan majalah yang bergerak di bidang hiburan. Ia baru lima bulan bekerja di sana. Dan bisa-bisanya mengambil cuti sangat lama.

Tentu saja. Ada campur tangan Semicolon Group.

Yuki pun menghembuskan napas dengan kuat demi menetralisir rasa gugupnya. Selain itu, begitu keluar dari kamar, ia pasti akan bertemu dengan Mingyu.

Ia sengaja pulang subuh dengan diantar oleh ayahnya. Alasannya, tentu saja karena belum mempersiapkan mental untuk bertemu suaminya. Tapi, sekarang ia sudah menyiapkan hatinya.

Yuki berjalan menuruni tangga dan pergi menuju dapur. Ia berniat membuatkan sarapan untuk Mingyu. Seingatnya, pria itu tak pernah sempat untuk sarapan. Mungkin hanya makan buah atau selembar roti.

Ia memilih untuk memasakkan sup daging dan kimchi. Saat masakannya hampir matang, Mingyu datang ke dapur dengan pakaian sudah rapi.

Pria itu membuka kulkas dan mengambil sebotol air mineral. Ia lalu melirik Yuki. Awalnya agak ragu, namun akhirnya ia tetap bertanya, "sudah lebih baik?"

Yuki terkesiap mendengar pertanyaan Mingyu. Ia pun mengangguk pelan. Ia masih tak berani menatap mata pria itu.

"Baguslah," ucap Mingyu. Lalu pria itu mengambil buah apel yang tersedia di atas meja makan.

Melihat itu, Yuki pun menginterupsi dengan suara gugup, "a-aku membuat sarapan untuk kita berdua. Jadi, jangan hanya makan buah."

Mingyu terhenyak. Cukup terkejut dengan inisiatif Yuki untuk membuatkan sarapan. Tapi, akhirnya ia duduk di salah satu kursi dan menunggu masakan Yuki.

"Terima kasih," ucapnya dengan nada datar. Namun, entah kenapa terdengar tulus di telinga Yuki.

Akhirnya, Yuki meletakkan hidangannya di meja makan. Ia mengambilkan dua mangkuk nasi untuk Mingyu dan untuk dirinya.

"Makan yang banyak. Kau orang yang sibuk. Butuh banyak energi," ujar Yuki sembari memberikan beberapa daging ke mangkuk Mingyu.

Pria itu sedikit bingung dengan sikap baik Yuki padanya. Begitu tiba-tiba dan seperti tanpa alasan. Tapi, ia memilih untuk menerimanya tanpa bertanya.

"Perlu kuantar ke kantormu?" tanya Mingyu tanpa melihat ke arah Yuki. Tanpa ia sadari, Yuki terkejut dengan pertanyaannya.

Lalu, Yuki pun membalas dengan gelengan. "Aku akan berangkat sendiri. Kau harus segera ke kantor, bukan?"

"Hari ini aku cukup senggang. Rapatku dimulai tiga jam lagi," jawab Mingyu.

Yuki pun mengangguk mengerti. Benar juga. Teman-teman kantornya tahu ia sudah menikah. Pasti akan aneh kalau ia berangkat kerja sendirian.

Setelah selesai sarapan dengan suasanan canggung, kedua insan itu pun akhirnya berangkat. Selama berada di dalam mobil Mingyu, Yuki tidak berniat untuk cerewet seperti yang sebelum-sebelumnya.

Mingyu juga memang pada dasarnya tak banyak bicara. Ia tidak akan bicara sebelum diajak lebih dulu atau karena kepentingan. Maka dari itu, suasana yang menyelimuti mereka masih canggung.

Don't Listen to My SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang