KANTIN kampus cukup ramai siang ini. Yuki sedang duduk di bangku pojok kantin sambil menyeruput jus mangganya. Di hadapannya, Junhee dan Hyesoon sedang sibuk mengerjakan artikel. Junhee sempat bersungut-sungut padanya karena datang telat ke kampus.
"Sekarang Yuki sudah sibuk sendiri," Junhee kembali melanjutkan sungutannya.
Merasa disebut, Yuki pun memutar bola matanya jengah. "Aku juga punya urusan pribadi, Moon Junhee. Dasar anak manja," sahutnya kesal.
Junhee pun mencibir. Namun, Yuki tak mempedulikannya. Ia malas berdebat siang ini. Sedangkan, Hyesoon hanya tertawa dan mengomeli Junhee yang tidak fokus pada artikelnya.
"Yuki, Selasa depan temani aku survei, ya?" pinta Hyesoon sambil menyeruput chocolate milkshake-nya.
Sontak Yuki tersedak mendengar permintaan Hyesoon. Sial, Selasa depan adalah hari pernikahannya. Bagaimana Yuki akan menolak Hyesoon? Sedangkan, ia belum siap memberitahukan perihal pernikahannya.
Tak ada pilihan selain berbohong, "Maaf, Hyesoon. Aku ada urusan keluarga di hari itu."
"Benar, kan. Yuki sibuk dengan urusannya sendiri dan mengesampingkan kita, Hyesoon," serobot Junhee dengan sewot. Yuki pun melirik tajam ke arah pria nyinyir itu. Dan saat Junhui mencibir pelan, ia langsung menggetok kepala temannya itu.
Hyesoon yang kalem pun hanya tersenyum dan menyahut, "tidak apa-apa, Yuki. Sebagai gantinya, aku akan mengajak Junhui."
"Kenapa aku?!" sewot Junhee.
Yuki memberikan seringai ejekan pada Junhee. "Kenapa menolak? Bukannya kau tidak sibuk, Moon Junhee? Selalu.ada.untuk.teman~" sindirnya dengan penekanan pada kalimat terakhir disertai nada sing a song.
Yang disindir pun melirik kesal. "Ini karena ada satu orang yang sok sibuk," balasnya.
"Setidaknya, aku benar-benar sibuk," balas Yuki tak mau kalah.
Hyesoon pun menengahi, "sudahlah. Kalian seperti anak kecil saja. Aku akan pergi sendiri kalau begitu."
Yuki dan Junhee pun melotot kaget. Mereka jadi merasa bersalah karena membuat Hyesoon merasa seperti ditolak.
"Kalau bukan hari itu, aku akan menemanimu, Hyesoon," sahut Yuki sembari menggenggam tangan sahabatnya itu.
"Kalau begitu, bagaimana kalau hari Rabu?" tanya Hyesoon.
Yuki pun berpikir sejenak. Seketika ia menyesal tidak menekankan pada Hyesoon agar memilih hari sebelum Selasa. Apakah Mingyu mengizinkannya pergi sehari setelah pernikahan? Agak tidak etis, bukan? Tapi, mereka kan hanya menikah kontrak.
Aish, sudahlah! Kalau Mingyu marah, pikirkan nanti saja.
"Baiklah," jawab Yuki setuju.
"Oho~ sudah tidak sibuk," Junhee melanjutkan ledekannya.
Kali ini bukan Yuki yang menggetok kepala Junhee, melainkan Hyesoon. "Jangan cerewet. Kerjakan artikelmu!" omel wanita kalem itu.
Ponsel Yuki tiba-tiba bergetar. Ia pun mengecek notifikasinya dan ternyata ada pesan dari seseorang. Dan orang itu adalah Kim Mingyu. Ada apa tiba-tiba mengirim pesan? Yuki pun membuka pesan dari pria itu.
Direktur Kim
| Apa kau sudah makan, Nona Park?
Wow.
Ada apa ini? Kenapa tiba-tiba direktur utama itu bersikap manis? Tanpa sadar, Yuki mengulas senyum tipis.
Belum |
Kenapa, Direktur Kim? |
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't Listen to My Secret
FanficPark Yuki terjebak dalam kontrak yang dibuat oleh ayahnya dengan pimpinan Semicolon Group untuk menyelamatkan perusahaan sang ayah yang nyaris bangkrut. Namun, ternyata kontrak itu mengharuskannya menikah dengan pewaris tunggal Semicolon Group, Kim...