ESOK paginya, Yuki terbangun dalam keadaan masih terbungkus selimut. Ia pun keluar dari bungkusan itu dan meregangkan tubuhnya. Mingyu sudah tidak ada di kamarnya.
Dalam keadaan setengah mengantuk, Yuki mendapati sebuah sticky note di atas nakas. Ia pun mengambil catatan kecil tersebut dan membacanya.
Aku harus segera pergi ke kantor. Di rumah ada seseorang yang akan membantu dan menemanimu. Namanya Lee Seokmin. Tenang saja. Dia orang yang baik.
-Kim Mingyu-
Yuki pun langsung beranjak untuk memastikan orang yang disebut oleh Mingyu. Bisa-bisanya suaminya meninggalkannya dengan pria lain di saat ia masih terlelap. Bagaimana kalau orang itu tidak bisa dipercaya.
Tapi, kenapa namanya tak asing, ya?
Begitu sampai di bawah, Yuki mendengar ada suara di dapur. Ia pun menuju ke sana. Ternyata, ada seorang pria yang ia yakini adalah Lee Seokmin. Saat pria itu berbalik, barulah Yuki mengingatnya.
Dia pembawa acara di acara pernikahannya dan bekerja sebagai kepala bagian di Semicolon.
Senyuman cerah langsung menyambutnya. "Selamat pagi, Nyonya Yuki," sapa Seokmin, "saya diperintahkan oleh Direktur Kim untuk membantu anda. Karena, sepertinya anda masih dalam keadaan syok."
Yuki pun tersenyum canggung. "Oh, begitu. Terima kasih, ...." Yuki tak tahu harus memanggilnya apa.
"Ah, anda boleh memanggil saya dengan santai. Seokmin saja juga boleh," sahut pria dengan senyum lebar itu saat menyadari kecanggungan Yuki.
Mendengar itu, Yuki pun merasa lega. Ia pun mengucap, "terima kasih, Seokmin. Kau juga boleh berbicara dengan santai padaku."
"Tenang saja. Tidak ada Mingyu," lanjutnya sambil berbisik entah karena apa.
Seokmin pun tertawa lepas. Ia senang karena istri atasannya bukan orang yang kaku. Setidaknya, ia akan merasa nyaman selama menemani Yuki.
"Kalau begitu, ayo duduk. Aku sudah menyiapkan sarapan untuk nyonya cantik ini," ujar pria itu sembari menarik salah satu bangku untuk Yuki.
Karena perutnya juga sudah keroncongan, Yuki pun tersenyum dan duduk di sana. Ia lalu terperangah dengan hidangan yang disiapkan oleh Seokmin. Benar-benar bervariasi. Pria itu pasti jago masak.
"Silakan dinikmati. Maaf kalau rasanya kurang memuaskan," Seokmin mempersilakan.
Yuki pun dengan antusias langsung mencicipi salah satu menu. Dan hasilnya tidak mengecewakan. Rasanya sangat lezat seperti yang diharapkan.
"Wah, kau pasti jago masak, Seokmin!" puji Yuki tanpa malu-malu.
Mendengar pujian itu, Seokmin pun tersenyum malu sambil menggaruk tengkuknya. "Ah, bisa saja. Aku jadi merasa tersanjung," ungkapnya.
Yuki tertawa melihat tanggapan Seokmin. "Aku serius. Cepat duduk dan ikutlah makan denganku. Kau juga pasti lapar," ajaknya.
Dengan senang hati Seokmin ikut bergabung di meja makan. Ia pun langsung menyantap hidangan sarapan tersebut bersama Yuki.
Setelah mereka kenyang, Yuki mengajak Seokmin mengobrol. Awalnya, memang membicarakan seputar pekerjaan dan tentang diri masing-masing. Namun, lama-kelamaan jadi mengarah pada satu orang, Kim Mingyu.
"Coba ceritakan tentang Mingyu padaku. Kau kan sudah lama bekerja padanya," pinta Yuki sembari menopang dagu dengan kedua tangannya.
Seokmin tersenyum saat mendengar permintaan Yuki. "Kau memilih orang yang tepat. Aku adalah teman Mingyu saat masih kecil," sahutnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Don't Listen to My Secret
FanfictionPark Yuki terjebak dalam kontrak yang dibuat oleh ayahnya dengan pimpinan Semicolon Group untuk menyelamatkan perusahaan sang ayah yang nyaris bangkrut. Namun, ternyata kontrak itu mengharuskannya menikah dengan pewaris tunggal Semicolon Group, Kim...