Aku keluar dari kamar mandi setelah membasuh wajah untuk menyadarkanku. Aku tak ingin kembali salah paham, cukup sulit untukku bisa berada sampai pada titik ini. Pada titik dimana mengendalikan perasaanku juga menganggap kebaikan Gefarin tak lain karena kami adalah teman.
"Hafla" saat aku berjalan di lorong untuk kembali ke ruang karaoke kami, Arfa memanggilku.
Aku menghampiri Arfa "kenapa, Arfa?"
Wajah Arfa terlihat serius, sampai akhirnya ia melontarkan tanya yang sepertinya sudah lama ia simpan "Rachel beneran udah putus sama pacarnya?"
"Tunggu! Jadi ini yang mau kamu tanyain dari kemarin?" tanyaku pada si ketua. Pantas saja sejak beberapa hari lalu dia menanyakan lagu yang menjadi favorit Rachel, diam - diam tengah mengincar sahabatku.
Arfa mengangguk sebagai balasan.
"Kamu suka sama Rachel?"
Lagi, Arfa mengangguk.
Aku menarik napas memandang Arfa "ya, mereka emang udah putus. Tapi kayaknya bukan waktu yang tepat deh buat kamu nembak dia dalam waktu dekat ini. Rachel butuh waktu buat kembali nerima seseorang." berada dikelas yang sama dengan pria berbibir tebal ini membuatku sedikit banyak tahu, dia pria yang baik.
Arfa mengangguk mengerti maksud ucapanku "pasti enggak akan mudah. Aku cuma mau mastiin dulu, buat nentuin langkah aku kedepannya. Dan sekarang aku udah dapet. Aku bakalan nunggu sampai dia memang siap dan sampai hal itu tiba, aku mau disamping dia, bantu dia nyembunyin lukanya"
Aku tersenyum mendengar penuturan Arfa, aku tahu pria ini adalah pria yang baik "aku tahu perasaan kamu tulus"
"Terimakasih Fla udah me-"
Arfa terhuyung sebelum menyelesaikan kalimatnya karena tinjuan dari arah samping.
"Gefarin!" teriakku terkejut bukan main saat melihat pelaku yang memukul wajah Arfa.
"Kamu bilang enggak suka sama Hafla! Tapi kenapa kamu terus deketin dia? Terus kamu bilang apa tadi? Suka?" ucap Gefarin dengan nada tinggibpada Arfa dan menghiraukan teriakkanku tadi.
Aku terkejut mendengar penuturan Gefarin. Dia sudah salah paham, tapi kenapa juga sikapnya sangat berlebihan?!
Arfa tersenyum "apa salahnya deketin Hafla? Kamu siapanya Hafla larang aku?"
Ucapan Arfa membuatku ikut menatap Gefarin dan menunggu jawaban darinya.
Nyatanya, dia tetap bergeming tak mengeluarkan satu patah katapun.
"Lihat? Berarti enggak masalah 'kan kalau aku deketin Hafla?" ucap Arfa yang malah kembali mengundang amarah Gefarin.
Gefarin kembali hendak melayangkan tinjunya pada Arfa "Gefarin, udah! Kamu kenapa sih? Sikap kamu bikin aku bingung! Arfa bener, apa urusannya sama kamu kalau kami deket!" ungkapku menahan tangis.
"Berhenti. Aku enggak mau bikin hari Rachel rusak karena pertengkaran yang gapenting ini" ucapku berlalu dari keduanya.
Gefarin menjauhkan dirinya dari Arfa menatap nanar diriku yang sudah menjauh "Gefarin, kalau emang suka kenapa enggak jujur sama perasaan kamu?" Arfa menepuk bahu Gefarin sebelum kembali ke ruang karaoke.
•••
Kacau, hatiku kacau selepas kejadian di lorong kamar mandi tadi. Aku kecewa, marah, dan kesal pada sikap Gefarin yang kembali membuatku berharap bahwa sikap yang dia lakukan seperti menunjukkan bahwa dia memiliki perasaan lebih untukku.
Kami sudah akan pulang, dan siap turun untuk ke basement parkiran. Tidak denganku yang masih bergeming. Pasalnya kami berangkat dengan motor Gefarin, Jafin, dan Arfa.
KAMU SEDANG MEMBACA
ADORE YOU [Selesai]
Teen FictionAku menarik tanganku lepas dari genggaman Gefarin. Hatiku sudah lebih dulu perih kala merangkai kata yang akan kuucapkan "Gefa, jangan bersikap baik sama aku. berhenti bersikap baik sama aku" disaat itu bintang dimata Gefarin meredup seiring kakiku...