Episode 7: Si Pemilik Vespa Hijau

274 38 0
                                    


"Ini hari ulang tahun kamu, mereka mau ngerjain kamu kayak yang aku bilang tadi" Gefarin menghela napas "hari kelahiran itu hari yang istimewa, kenapa mereka malah ngelakuin hal konyol dan kekanakan gini sih"

Astaga! Jadi itu sebabnya Rachel dan Sheira berusaha membuatku kesal?! Benar - benar ya!

Perkataan Gefarin memang benar adanya, aku juga sangat tidak suka dengan hal - hal tak berguna seperti ini, tapi tanpa dompet dan tasku bagaimana aku bisa pulang? "tapi, dompet aku ada di-"

"Aku anterin pulang" dia merapihkan barangnya, memasukkan semuanya kedalam tas.

"Ayo!" ajaknya berjalan lebih dulu meninggalkan ruangan kelas.

Aku mengangguk dan mulai mengekor dibelakangnya. Baru saja beberapa langkah dia berhenti sejenak kemudian melepas sepatunya "pakai ini"

"Ya?" aku kaget setengah mati dengan yang Gefarin lakukan.

"Kamu takut aku punya penyakit kulit?"

Mana mungkin! "Enggak, bukan kayak gitu. Kalau ini aku pakai, nanti kamu pakai apa?" letak kelas kami berada paling ujung barat, dan parkiran kendaraan ada diujung timur jelas saja kami akan berjalan cukup jauh. Belum lagi siswa yang masih berkegiatan, mereka akan melihat Gefarin dengan tatapan aneh karena tak menggunakan sepatu.

"Kalau enggak mau tinggalin aja" Gefarin meninggalkanku begitu saja, berjalan hanya menggunakan kaus kaki.

Akhirnya aku memakai sepatu yang ukurannya lebih besar dariku dan berlari menyusulnya.

Benar saja, Gefarin menjadi pusat perhatian setiap mata yang kami lewati. Namun Gefarin terlihat cuek dan masa bodoh, tetap berjalan seperti Gefarin biasanya. Membuat satu lagi kekagumanku terhadap pria ini bertambah.

Setidaknya 5 menit tatapan aneh siswa telah berakhir karena kami sudah sampai di parkiran.

Aku tersenyum melihat motornya, sebuah Vespa berwarna Hijau mengkilap.

"Kenapa ketawa? Aku enggak punya motor yang gede" ungkapnya ditengah aktivitasnya mengeluarkan sesuatu dari bagasi motor vespa hijaunya. Ternyata, sebuah sandal.

Menggelengkan kepala tentu saja, karena bukan itu sebab aku tersenyum "aku jadi inget kakak aku, dia juga punya vespa" hanya saja milik kakakku berwarna Biru.

"Serius?" tanyanya terlihat penasaran.

"Iya. Dia bahkan buka bengkel dan punya banyak teman penggemar vespa. Kau mau ikut gabung?" candaku.

"Ada biaya pendaftarannya enggak?" dia membalas candaanku, hal yang cukup mengejutkan.

Aku tergelak "buat kamu nanti aku negoin biar gratis"

Dia mengangguk dan tersenyum "ayo naik!"

•••

Tidak jauh kami berangkat, Gefarin membawa kemudinya berhenti kesebuah tempat makan.

"Kenapa kesini?" tanyaku bingung.

"Daritadi perut kamu bunyi terus-" ungkapnya "-kamu belum makan dari kemarin ya?" tanyanya yang terdengar seperti sebuah omelan.
Aku mendapatkan hal baru lagi, seorang Gefarin Wirdas ternyata bisa mengomel.

"Cuma dari siang kok" aku tersenyum kaku.

Gefarin mendengus "roti tadi siang juga, cuma kamu masukkin ke dalam tas"

Bagaimana dia tahu?

Aku hendak bertanya, dia malah sudah berjalan masuk ke restoran ayam di hadapan kami ini.

Saat sudah duduk di salah satu kursi, teringat jika aku tak punya uang "Gefa, aku enggak punya uang. Dompet aku ada ditas."

"Aku ada. Kamu pikir aku biarin kamu yang bayar?" dia menjeda sejenak "kata ibu aku, dihari ulang tahunnya, seseorang itu harus diperlakuin dengan spesial. Kayak orangtua mereka mempersiapkan semuanya serba spesial dihari pertama dia lahir ke dunia"

Aku tak bisa untuk tak tersenyum mendengar kalimatnya. Gefarin nyatanya orang yang hangat dan penuh perhatian "terimakasih banyak Gef, aku enggak tahu kamu orang yang kayak gini"

Gefarin mengerling "kayak gini gimana?"

Sejenak aku membeku, tak tahu jika Gefarin memiliki mata seindah ini. Sangat berbinar - seakan ada bintang yang tinggal disana.

"Kayak gini gimana?" ulang Gefarin.

Gugup kembali menyerangku saat matanya semakin menatap dalam mataku "makanannya udah datang! Aku lapar banget" aku segera mengalihkan perhatian saat seorang waitress mengantar makanan kami.

•••

Setelah makan Gefarin mengantarku sampai ke depan rumah.

"Terimakasih banyak Gefa buat hari ini" aku menuruni vespanya yang berhenti di depan pagar rumah.

Gefarin mengangguk dengan senyum manis yang selalu membuatku terhempas ke neverland dalam satu hembusan "sama - sama. Selamat Ulangtahun"

Ini terlalu manis, Tuhan! Pipiku langsung memanas mendengar ucapan ulang tahun dari seseorang tak terduga - sekaligus orang yang kukagumi. Atau mungkin sudah kusukai?

Berdeham untuk mengembalikan suaraku, kemudian aku mengucap "ya, terimakasih. Hati - hati dijalan"

"Ya, aku pulang sekarang" ia mulai menyela mesin vespanya.

"Mmm, Gefa" aku meninggikan suaraku agar Gefarin masih bisa mendengarku dengan suara vespa yang sudah menyala.

"Ya?" pria itu menengok, mengurungkan niatnya untuk menarik pedal. Ia mematikan mesin motornya.

"Aku boleh traktir kamu lain waktu? Sebagai ucapan terimakasih" tanyaku sedikit ragu.

Gefarin terkekeh mendengar pertanyaanku barusan. Apa ada yang salah?

"Sebenarnya enggak usah. Tapi kalau memang itu lebih nyaman ke kamunya boleh. Aku tunggu traktirannya" tangannya terulur menepuk pelan puncak kepalaku.

Ibu, pegangi jantungku! Dia sudah mau melompat keluar!

"Dah, aku pulang ya" dia pergi setelah aku mengangguk pelan dan mengucap hati - hati untuk kali kedua.

Aku menatap punggungnya yang semakin menjauh. Dan saat sudah menghilang dari pandanganku, saat itu juga aku melompat kelewat senang.

"Ibuuuuu!" teriakku girang. Terimakasih Tuhan, ini kado terindah diumur ke 17 ku!

"Siapa tuh?" kakakku muncul dari balik pintu rumah.

Aku melirik kearah kak Vais "dasar Curious George!" ejekku sembari melenggang santai kedalam rumah menghiraukan kakakku yang mengomel sebal.

"Bakal aku tanya sama komunitas vespa siapa yang bawa vespa hijau itu"



•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
ADORE YOU [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang