Part 8

452 45 2
                                        

Karina saat ini sedang memasukkan buku-bukunya setelah dosen itu selesai menjelaskan materi. Dengan cepat, ia merapikan kertas-kertas dan buku tebal yang memenuhi meja, berusaha menyingkirkan semua pikiran tentang pertemuan yang akan datang. Hari ini adalah hari penting; ia harus bersiap untuk interview karena lamarannya sudah diterima.
Saat melangkah di lorong kampus yang luas dan modern, suasana di sekelilingnya terasa hidup dengan tawa dan obrolan. Bangunan bergaya arsitektur kontemporer menjulang tinggi, dengan dinding kaca yang memantulkan cahaya matahari. Tiba-tiba, dari arah tempat duduk, sekelompok wanita menghampirinya. Mereka bergerak serentak, seolah sudah merencanakan ini, dan menatap Karina dengan sinis, seakan memiliki dendam yang tak terucapkan. Karina merasa canggung, karena ia tidak mengenal mereka; mereka bukan dari jurusannya.

"Aku ingatkan kepadamu, jauhi Haechan. Dia tidak pantas bersamamu" ucap salah satu dari mereka, nada suaranya penuh tekanan dan percaya diri. Langkah kaki Karina terhenti, rasa ingin tahunya tercampur kesal. Ia membalikkan badan dan menatap mereka dengan datar, berusaha tetap tenang di tengah kerumunan yang ramai.

"Sebelum kau katakan itu, aku juga sudah melakukannya. Lagian, aku juga tidak sudi berada di dekat pria itu" jawab Karina dengan nada tegas. Keberaniannya mengejutkan mereka, wajah-wajah itu menunjukkan ekspresi terkejut.

Setelah itu, Karina melanjutkan langkahnya, meninggalkan mereka semua. Dalam hati, ia merasakan kemarahan yang membara. Bagaimana bisa semua orang begitu mendewakan Haechan? Ia melanjutkan perjalanannya, pikirannya dipenuhi dengan gambaran Haechan yang dikenal sebagai pria tampan dan karismatik, tetapi di balik itu semua, sikapnya yang kasar dan merendahkan tidak bisa ia abaikan.

"Semua orang sudah buta, apa tampannya Haechan sampai mereka begitu tergila-gila dengan dia?" gumamnya dengan heran, menatap lantai lorong yang dipenuhi mahasiswa yang bergegas pulang.

Satu per satu, kenangan Haechan muncul di benaknya. bagaimana pria itu berbicara dengan kasar kepadanya. Dan membawa motornya dengan kecepatan yang tinggi tadi pagi. Karina merasa jengkel, seolah semua orang di kampus ini terperdaya oleh penampilan luar Haechan, tanpa menyadari siapa dia sebenarnya. Karina terus berjalan keluar kampus, berharap bahwa hari ini akan lebih baik dan dia tidak akan lagi terganggu oleh orang-orang yang terobsesi dengan Haechan.

Haechan bersama dengan temannya saat ini berada di depan markas tempat geng Felix kumpul setelah pulang kuliah. Markas tersebut terletak di sebuah gang yang sepi dan gelap, dengan dinding-dinding yang sudah kusam dan cat yang mulai mengelupas. Tidak ada tanda-tanda penghuni di tempat ini, mungkin mereka belum selesai dengan aktivitasnya.

"Tepat dugaan ku mereka belum berkumpul. Sebelum mereka datang kita harus membuat kejutan untuk mereka" titah Haechan hanya dibalas anggukkan mereka.

Mereka mengeluarkan bahan-bahan yang sudah dia bawakan itu, termasuk tepung dan telur busuk yang telah disiapkan sebelumnya. Tanpa berpikir panjang, dirinya langsung melemparkan bahan-bahan tersebut ke seluruh area tempat ini, membuat lantai dan meja mereka berantakan. Setelah selesai, mereka langsung meninggalkan tempat ini sebelum geng Felix kembali.
Tak lama kemudian, geng Felix datang ke markasnya. Mereka mencium bau tidak enak yang menyengat di ruangan itu, membuat hidung mereka berkerut. Mereka terkejut melihat tepung dan telur busuk yang berceceran di lantai dan meja mereka, membuat tempat itu tampak seperti kekacauan.

"Astaga, kenapa bisa begini?" seru salah satu anggota geng Felix, mengelilingi ruangan dengan wajah bingung dan marah.

"Ada yang ingin mencari masalah dengan kita. Kita harus memberikan mereka pelajaran" celetuk temannya Felix yang sudah mulai emosi untuk menghajar habis-habisan wajah orang itu. Suasana di ruangan semakin tegang.

The Strength Of UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang