Twenty Six

1.6K 277 6
                                    

❝Win or Lose

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

❝Win or Lose.❞

"Aku lengah, benar aku lengah. Tapi aku tak akan kalah."

Irene menggertakan giginya, ia memijat pelipisnya sambil berjalan mondar-mandir di ruangannya. "Eunwoo. Cha Eunwoo.. Ya anak kecil yang dulu pernah menamparku hanya karena aku membakar jari Jennie."

Beberapa detik kemudian Irene tertawa, "Hah.. Bagaimana bisa aku baru menyadarinya? Kau!" Irene mendekati pria di depannya lalu mendorongnya dengan telunjuk.

Eunwoo hanya menatapnya, ia tak takut untuk melawan tapi lawannya sekarang bukan hanya Irene, ada beberapa bodyguard yang memiliki badan besar yang menatapnya dari belakang. Bagaimana pun ia akan kalah.

Setelah acara penghargaan selesai Eunwoo dan Jennie tiba-tiba saja di arahkan untuk mendatangi ruangan VVIP yang mana hanya petinggi disana yang bisa memakainya, mereka pikir itu adalah petinggi yang akan membawa kesuksesan tapi sayangnya petinggi ini menyebabkan mala petaka, ya itu Irene. Ia sudah berperan penting dalam industri ini. Ruangan VVIP bukan apa-apa baginya.

"Kau itu kenapa?? Aku sekarang sangat bersedia untuk pergi dari kehidupan dan keluargamu. Jadi tolong jangan pernah mengganggu hidupku lagi," ucap Jennie, tangannya di ikat ke belakang membuatnya kesulitan untuk bergerak.

"Berikan berkas-berkas yang kau kumpulkan," ucap Irene, ia kembali mengintimidasi Eunwoo. "Maka aku akan melepaskan hidup Jennie."

"Bae Irene kau bukan tuhan." Jennie menatap Irene marah.

Irene kembali tertawa begitu kencang, membuat semua orang di ruangan itu diam. "Apa kau bilang? Tuhan tak pernah adil Jennie-ah." Irene bergerak menjauhi Eunwoo dan mendekati meja di sampingnya dan mengambil pisau dari sana.

"Aku akan mengajarimu tentang keadilan."

Ia mendekati Eunwoo lalu mengangkat dagunya, pisau yang ia genggam ia tempelkan di pipi Eunwoo. Lalu sratt ia menyayatnya. Melukiskan luka sayatan di pipi Eunwoo.

"Oppa!" lirih Jennie, sedangkan Eunwoo diam tak bereaksi.

"Kenapa kau diam? Ayo meringis!" ucap Irene. "Ah.. Apa kau harus melihat luka ini terlukis di pipi adik mu?"

Eunwoo menoleh, "Jangan sentuh dia," ucapnya, membuat Irene tertawa kembali.

"Oh kalian manis sekali. Tapi Jennie-ah.." Irene menggantung perkataannya, ia berjalan ke arah Jennie. "Bukankah tidak adil bila hanya Eunwoo yang mendapat sayatan itu?"

Irene menaruh ujung pisaunya di pipi Jennie lalu dengan sangat.. pelan ia menyayatnya, membuat Jennie meringis keras sekali. Eunwoo menutup matanya tak kuasa melihat wajah adiknya yang menangis kesakitan.

"Sayang sekali kau mengetahui kebenaran, padahal jika menjadi adikku yang penurut seperti dulu kau bisa meringis seperti ini setiap hari. Bukan kah itu indah?" Irene menatap Jennie, sementara Jennie menundukkan wajahnya. Ketakutan yang selama ini ia tutup terbuka lagi dengan sia-sia.

That Psycholog • TN ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang