17. The Art Of Letting Go

2.2K 247 62
                                    

[Disarankan untuk mendengarkan album Menari Dengan Bayangan selama membaca chapter ini. Agar lebih mudah, bisa play video di mulmed. Dengarkan dengan volume yang tidak terlalu kencang agar bisa tetap fokus membaca.]

——





Chandra mengetuk-ngetukkan jarinya di atas meja cafe yang saat itu lumayan ramai. Cowok itu mengedarkan pandangannya ke sepenjuru cafe dengan senyum bahagia yang tidak pernah luntur dari bibirnya sejak ia menyetir mobilnya menuju cafe ini.

Di sabtu sore yang cerah ini, Chandra akan bertemu dengan mamanya.

Dan memikirkan kenyataan itu saja, sudah membuat Chandra bahagia.

Hampir sebulan belakangan ini, Chandra tidak menemui mamanya karena selain mamanya adalah orang yang sibuk dan jarang bisa diajak bertemu, Chandra sendiri sedang sibuk dengan bandnya dan latihan vocalnya dengan Wendy.

Dan baru hari inilah dirinya bisa bertemu dengan mamanya setelah hampir sebulan tidak bertemu.

Chandra telah menunggu hampir 20 menit, terbukti dari secangkir kopi hitam yang tadinya panas sampai mengepulkan asap kini telah mendingin.

Kopi hitam kesukaan mamanya, yang sengaja Chandra pesankan untuk mamanya itu.

Suara lonceng dari pintu cafe berhasil menarik perhatian Chandra, cowok itu menoleh ke arah pintu masuk cafe lalu senyumnya kian melebar ketika kedua netra matanya menangkap seorang wanita paruh baya yang memakai blus juga rok pensil di atas lutut yang terlihat sedang mencari-cari seseorang.

Chandra mengangkat tangannya ke atas lalu melambai-lambaikannya, berusaha menarik perhatian wanita paruh baya itu.

Dan berhasil, kedua netra mata wanita itu yang tadi sibuk mencari-cari keberadaan seseorang kini terhenti ketika matanya menangkap sosok Chandra yang sedang melambai-lambaikan tangannya.

Wanita itu berjalan dengan anggun ke arah Chandra yang telah menurunkan tangannya dan masih mempertahankan senyum lebar di wajahnya.

"Hai, ma." ucap Chandra sedikit canggung ketika wanita itu kini telah duduk di kursi yang berada di depannya.

Wanita yang merupakan mama dari Chandra—Widya, tersenyum kecil.

"Ada apa, Chandra?" tanya Widya, sambil mengeluarkan handphonenya dari slingbag miliknya.

"Aku—"

Ucapan Chandra terpotong ketika handphone milik Widya tiba-tiba berdering, membuat wanita itu langsung mengangkat tangannya ke arah Chandra sebelum akhirnya menggeser layar handphonenya ke kanan.

"Halo, Pak?"

Chandra menipiskan bibirnya sambil menatap Widya di depannya yang Chandra tebak sedang mengobrol dengan bosnya. Raut wajah Chandra berubah sendu, cowok itu menundukkan kepalanya sambil mengepalkan tangannya sendiri yang berada di atas meja cafe.

Selang beberapa menit kemudian, Widya mengakhiri panggilannya dengan bosnya itu. Sementara Chandra masih menundukkan kepalanya.

"Jadi ada apa, Chandra?" tanya Widya, sambil memasukkan handphonenya ke dalam slingbag miliknya.

"Tadi telfon dari bos mama, ya?" tanya Chandra, tanpa mengangkat kepalanya untuk menatap sang mama.

Widya mengerutkan alisnya ketika mendengar ucapan Chandra. Namun tidak lama kemudian, kerutan di alis wanita itu menghilang dan Widya membuka suaranya untuk menjawab pertanyaan Chandra.

MetanoiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang